E.M. Erwani Setya Purnami

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
PENDIDIKAN ANAK, MENJADI TANGGUNG JAWAB SIAPA
Dokumen pribadi

PENDIDIKAN ANAK, MENJADI TANGGUNG JAWAB SIAPA

Siapakah yang mengambilkan rapor saat anak sekolah? Berapakah yang menjawab ayah? Berapakah yang menjawab ibu? Bapak atau ibu wali kelas, ketika membagikan rapor yang datang lebih banyak kaum bapak atau kaum ibu? Adakah yang bapak dan ibu? Jawaban pertanyaan-pertanyaan itu dapat untuk mengambil kesimpulan siapakah yang lebih peduli dengan pendidikan anak.

Kenaikan kelas Juni 2022 lalu penulis mendampingi 11 siswa. Dari sebelas siswa ini ada 3 siswa yang diambilkan oleh ayahnya, satu oleh kakaknya, dan sisanya oleh ibunya. Mungkin kondisi tidak jauh berbeda ketika ada pertemuan orang tua di sekolah. Kaum ibu lebih banyak yang hadir dibandingkan kaum bapaknya. Sementara, yang bapak beserta ibu tidak lebih dari lima pasang dari jumlah siswa 38 siswa. Di grup WA orang tua siswa juga tidak jauh beda. Yang bergabung di dalamnya kebanyakan kaum ibu?

Jadi, siapakah yang bertanggung jawab terhadap pendidikan anak kalau seperti itu? Jawaban yang ideal tentu saja ayah dan ibu. Namun, dari jawaban pertanyaan-pertanyaan di atas bisa disimpulkan ibu lebih memiliki kepedulian terhadap pendidikan anak-anaknya. Barangkali kaum bapak bisa berargumen bahwa mereka bekerja, tidak bisa atau tidak enak kalau harus izin. Sementara, si ibu  ibu rumah tangga, hanya di rumah, tidak terikat oleh peraturan pekerjaan, waktunya lebih leluasa. Lalu, ibu-ibu pun berdalih untuk meringankan beban bapak. Atau barangkali malah merasa itu memang menjadi tanggung jawab yang harus diambil alihnya.

 

Lalu, bagaimana dengan peran bapak di rumah? Apakah juga menyerahkan segala urusan kepada sang ibu? Bisa jadi pulang kerja sudah malam, lelah sehingga butuh istirahat dan waktu untuk memanjakan diri tanpa diganggu oleh permasalahan tentang anak-anaknya. 

Kalau keadaan demikian berlarut-larut maka pendampingan pendidkan ke anak-anak dari seorang ayah juga akan kurang maksimal. Keadaan itu akan mengaburkan kehadiran seorang bapak/ayah dalam kehidupan anak. Anak hanya merasakan kehadiran ibu yang siap menyediakan waktu untuk memenuhi kebutuhan afeksinya. Kondisi ini yang sering dikenal dengan istilah fatherless. 

Fatherless adalah ketiadaan peran dan figur ayah dalam kehidupan seorang anak. Ketiadaan ayah atau bapak ini bukan hanya secara fisik, namun juga secara psikologis. Kalau secara fisik bisa jadi karena perceraian yang membuat si anak ikut ibu. Bisa juga karena ayahnya meninggal. Atau pada situasi tertentu ayahnya harus bekerja di luar kota berhari-hari atau malah berbulan-bulan. Sedangkan ketidakhadiran ayah secara psikologis terjadi karena si bapak sibuk dengan pekerjaan dan karirnya sehingga tidak punya waktu menemani anak-anaknya. Peran itu diambil alih oleh ibu yang tidak bekerja dan sebagai ibu rumah tangga.

Ketidakhadiran ayah ini ternyata bisa memengaruhi psikologis anak. Anak menjadi mudah takut, mudah cemas, malas belajar. Tentu saja kondisi ini akan memengaruhi prestasi anak di sekolah. Kondisi berbeda ketika sang bapak ikut mengapresiasi anak dengan ikut mengorbankan waktu kerjanya untuk bisa hadir mendampingi anak mengambil rapor. Toh, paling dua kali dalam setahun. Perasaan dihargai ini akan menjadi bekal anak untuk berjuang. Dia akan memperjuangkan sesuatu untuk tidak membuat orang tuanya kecewa karena mereka juga sudah berjuang dan berkorban untuknya. Terlebih bapaknya yang telah mengorbankan kesibukannya untuk mau hadir di sekolah bersama-sama menghadapi hasil belajar sang anak. Dengan begitu, prestasi belajar yang diharapkan akan terpenuhi. 

Semoga saja, peran pendidikan anak ini tidak pincang karena dipikul salah satu pihak. Akan tetapi, kedua orang tua, ayah dan ibu memiliki tanggung jawab yang sama dalam mendampingi tumbuh kembang anak menuju manusia dewasa yang sempurna.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap... Lanjut Bestie.

07 Aug
Balas

Injih, Mbak. Hehehe lg diwoco.

12 Oct

Luar biasa bu .Kenyataan di lapangan sperti itu.

27 Jul
Balas



search

New Post