SEDANG TIDAK BAIK-BAIK SAJA
Di berita Kompas TV pagi, Senin, 27 Juni 2022 diinformasikan bahwa Menteri Keuangan ibu Sri Mulyani mengungkapan tahun ini pasti terjadi krisis keuangan di Indonesia. Lalu ditayangkan diagram inflasi di dunia. Untuk saat ini Indonesia masih aman dibandingkan negara lain termasuk negara besar seperti Amerika. Namun, tidak bisa dipungkiri efek krisis perekonomian dunia akan memengaruhi Indonesia. Lalu bagaimanakah sikap kita sebagai masyarakat biasa?
Krisis ekonomi itu pasti akan memengaruhi kehidupan masyarakat umum. Krisis ekonomi ini meliputi krisis pangan dan krisis energi. Untuk krisis pangan, kita sudah mulai merasakan. Harga-harga kebutuhan pangan meningkat. Di pasar dan pusat perbelanjaan harga terigu, telur, daging ayam, daging sapi, minyak goreng, cabe, bawang merah, dan sayur-sayuran serta buah-buahan mulai merangkak. Masih bersyukur beras belum terlihat terkerek ke atas. Untuk melindungi warganya, Presiden Joko Widodo menghimbau untuk memanfaatkan lahan. Lahan yang ada ditanami tanaman yang bisa menyokong ketahanan pangan. Setidak-tidaknya tanaman yang dalam tiga bulan ke depan sudah menghasilkan seperti jagung, ubi, cantel atau sorgum, dan porang. Kalau memungkinkan hasilnya bisa untuk membantu bangsa lain yang kesulitan pangan.
Dampak krisis energi juga sudah mulai dirasakan. Harga gas 5 kg dan 12 kg naik. Gas dengan tabung 12 kg enam bulan lalu masih di harga Rp150.000,00 Tiga bulan berikutnya sudah naik Rp205.000. Kali ini sudah mendengar kabar menjadi Rp235.000,00. Listrik juga akan naik. Bensin yang nonsubsidi sudah naik. Sementara yang nonsubsidi cara untuk menghemat di antaranya dengan mendaftar di platform tertentu. Demikian juga dengan penggunaan solar. Kenaikan bahan bakar ini berimbas terhadap kenaikan harga barang-barang produksi lainnya. Kita sudah tidak bisa menemukan harga sabun cuci baju, sabun cuci piring, sabun mandi, shampo, pewangi rumah tangga di posisi harga tujuh bulan lalu. Semua sudah naik hampir 50%.
Lalu, kita sebagai masyarakat awam memiliki kontribusi apa untuk membantu mengatasi dampak krisis ini? Masyarakat harus bisa berswadaya mengusahakan ketahanan keluarga. Barangkali cara-cara ini bisa dilakukan.
1. Memanfaatkan lahan dengan efisien. Yang memiliki lahan luas bisa menanam singkong, ubi, jagung, sayur-sayuraran, cabe dan lainnya. Kita bisa menghidupkan kembali warung hidup dan apotik hidup yang dulu pernah digalakkan. Yang memiliki lahan terbatas bisa menggunakan pot bunga atau polibag. Bahkan, di youtube terdapat informasi yang cukup kreatif dengan satu ember bisa untuk memelihara lele dan membudidayakan kangkung. Mungkin bisa di kembangkan jenis sayuran dan jenis ikan yang lain supaya tidak bosan. Setidak-tidaknya pemanfaatan lahan dengan efisien ini mampu menahan pengeluaran menjadi lebih ekonomis.
2. Membatasi pengeluaran. Pandemi covid-19 sudah memberi pembelajaran untuk melakukan hal yang penting-penting saja. Dalam memenuhi kebutuhan hidup juga demikian. Kebutuhan dasar yang lebih esensial yang mendukung kesehatan dan penguatan daya tahan yang diutamakan. Pengeluaran yang utama adalah pemenuhan kebutuhan primer, baru sekunder, selanjutnya tersier. Namun seiring peningkatan kesejahteraan kebutuhan tersier menggeser kebutuhan primer. Kebutuhan primer menjadi kurang penting dibandingkan tersier. Akibatnya, bukan makanan sehat yang diutamakan, namun makanan untuk kesenangan. Banyak pengeluaran dihabiskan ungtuk memenuhi kebutuhan yang kurang penting.
3. Memenuhi kebutuhan esensial yang mendukung kesehatan. Mengingat bahan kebutuhan pokok dan bensin mahal, yang anak-anaknya suka war wer nongrong naik sepeda motor dikurangi. Alokasi rokok dibatasi, kalau perlu stop. Kebiasaan jajan dan jalan-jalan dibatasi. Ibu-ibu bisa memasakkan masakan sederhana yang bergizi.
4. Mengurangi perilaku konsumtif. Membelanjakan uang bukan karena keinginan namun karena kebutuhan. Kebutuhan yang menunjang pengembangan produksi sesuatu atau yang menguatkan daya tahan tubuh. Dengan demikian, tubuh tidak mudah sakit. Dengan demikian tetap bisa produktif dan tidak harus mengeluarkan biaya pengobatan.
5. Tetap teguh dan dispilin melaksanakan protokol kesehatan, seperti 5 M, yaitu menggunakan masker, mencuci tangan dengan sabun, menjaga jarak, membatasi mobilitas, menghindari kerumunan. Mereapkan juga perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan tetap berolahraga, makan makanan bergisi, dan berpikir postif supaya hati bahagia.
Ikhtiar perlu dilakukan agar yang tidak baik-baik saja menjadi baik-baik saja. Jangan selalu mengandalkan pemerintah dan orang lain untuk bisa menjadi baik-baik saja. Semua bermula dari diri sendiri. Pikirkan apa yang bisa dilakukan untuk keluarga kecil kita agar bisa bertahan di tengah gempuran yang mengancam.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Ulasannya keren.