Cintaku Karam di Laut
Oleh: Emi Indra
Kau bilang sangat menyukai laut. Kau memang tidak mengatakannya langsung kepadaku sebagaimana juga hal-hal lainnya. Namun, dari balik dinding kamar aku pernah mendengar kau bicara tentang itu; tentang keinginanmu berdiri di depan laut dan kau menyaksikan ikan-ikan berlompatan.
Kecintaanmu pada lautlah yang membawaku setiap tahun mengunjungi pantai Talise. Tiga tahun lalu, kita berdua memandangi laut lepas dengan deburan ombak yang sesekali membasahi ujung celanamu. Di tepi pantai, kamu menyatakan keinginanmu untuk memperisteriku.
“Lihat ikan-ikan yang berlompatan itu sayang,” katamu menggodaku
“Aku ingin menangkapnya dan membakarnya sebagai lauk sebentar malam,” jawabku sambil terus memperhatikan ikan yang terus berkejar-kejaran.
“Jangan ditangkap, biarkan ia menikmati hidupnya seperti kita menikmati hembusan angin yang memberikan rasa sejuk,” jawabmu kepadaku
“Sayang, aku ingin mengatakan sesuatu kepadamu. Aku berharap kamu mau ya..” Ucapmu dengan nada memelas.
“Apa yang mau kamu sampaikan, sayang?” Aku menjawab dengan perasaan malu-malu.
“Aku ingin menjadikanmu bidadariku, kamu bersedia kan sayang?” pertanyaanmu membuat rona merah di wajahku.
“Apa aku bisa jadi bidadarimu?” kembali aku bertanya kepadamu.
“Sangat bisalah, makanya sore ini sambil menikmati indahnya laut, aku mau mengutarakan niatku untuk memperisterimu,” Sahutmu dengan nada optimis.
“Baiklah kalau begitu, permintaanmu aku terima, dengan perjanjian terima aku apa adanya dengan segala kelebihan dan kekuranganku,” jawabku dengan suara lembut.
Sejak saat itu, keinginan untuk kita menjalin hubungan ke jenjang lebih serius telah kita sepakati. Penentuan tanggal pernikahan pun telah kita tentukan. Tinggal menunggu hari pelaksanaanya.
Sebelum senja masuk dalam peraduannya, kami hendak meninggalkan pantai. Tiba-tiba gelombang besar mengamuk dan menghempaskan semua yang ada di sekitar pantai hingga 7 meter jauhnya. Hempasan gelombang pertama, kita masih bergandeng tangan untuk berlari menyelematkan diri, namun pada hempasan kedua, tanganku terlepas dan kita pun berpisah.
Aku berusaha menyelematkan diri dengan berpegangan erat pada sebuah pohon. Tiba-tiba ada seseorang yang meraih tanganku dan membawaku berlari menjauhi pantai. Suara orang berteriak meminta tolong saling bersahut-sahutan. Aku sangat berharap juga mendengar suaramu memanggilku.
Sore itu, musibah tsunami telah menghempaskan semua janji kita untuk membangun rumah tangga. Keinginanmu untuk tetap memandang laut dan bermain dengan ikan-ikan benar-benar menjadi nyata. Kamu tidak hanya datang memandangi laut namun kamu telah tinggal di laut sebagai bentuk cintamu yang sangat mendalam.
Palu, 10 April 2022
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar