“Kamu tak perlu bersikeras menjelaskan siapa dirimu. Orang yang mencintaimu tak membutuhkan itu dan orang yang membencimu tak percaya itu”. ( Ali bin Abi Thalib )

Menjadi orang baik itu wajib, tapi tidak harus menyenangi hati semua orang karena ada hal-hal dalam diri kita yang tidak bisa diterima oleh semua manusia lainnya. Dan kita tidak bisa memaksa mereka untuk menerima semua yang ada dalam diri kita. Oleh sebab itu, tak perlu memaksakan diri untuk sesuai dengan yang orang lain suka.

Jadilah yang terbaik semampu kita. Bukan agar orang lain tertarik pada kita. Tapi demi rasa syukur kita kepadaNya yang sudah menciptakan kita dengan sangat sempurna. Karena ukuran baik itu relatif.

Mungkin kita masih ingat kisah klasik “ Keledai dan Tuannya “. Dalam kisah ini menceritrakan, Suata hari seorang Ayah ingin memberikan pelajaran hidup kepada anaknya tentang bagaimana reaksi manusia terhadap perilaku kita. Sang ayah mengajak anaknya untuk melakukan perjalanan dengan melewati beberapa perkampungan. Awalnya sang ayah dan anak menaiki keledai muda. Tiba di kampung pertama, orang-orang di kampong itu berkomentar “ tega banget orang ini, masa keledai muda dinaiki dua orang, benar-benar tidak berperi kehewanan”. Sang Ayah berkata kepada anaknya “Kamu dengar, Nak komentar orang-orang”. Biarlah bapak yang turun dan kamu yang naik keledai ini.

Sang Ayah yang memegang tali dan sang anak tetap di atas keledai. Ketika melewati sekumpulan orang, Orang-orang yang melihatnya berkomentar, “ Tega banget anak ini, masa Ayahnya jalan kaki sementara dia enak di atas keledai, dasar anak tidak tahu sopan santun”. Sang ayah berkata kepada anaknya “Kamu dengar, Nak apa kata orang-orang”, turunlah dan ayah yang naik keledai, kamu jalan kami dan pegang talinya.

Sang anak turun dan sang ayah yang naik keledai. Ketika melewati sekelompok kerumunan orang lain, merekapun berkomentar “Dasar bapak yang tidak punya belas kasihan, masa anak kecil dibiarkan jalan kaki sementara dia enak-enak naik keledai”. Akhirnya sang bapak berkata kepada anaknya “Dengan tadi, Naka apa komentar orang-orang?”, Kalau begitu mari kita jalan bersama dengan keledai ini.

Akhirnya mereka jalan sama-sama. Ketika melewati sekelompok orang lain, lagi-lagi mendapat komentar. “Dasar manusia bodoh, ada keledai yang bisa ditumpangi kok mau jalan kaki”. Sang ayahpun berkata kepada anaknya, “ Kamu dengar, Naka apa kata orang-orang tadi? Kalau begitu mari kita pikul keledai ini saja”. Mereka berdua kemudia memikul keledai itu sambil melanjutkan perjalanan. Mereka melewati sekelompok orang, komentar orang-orang semakin pedis. “ Dasar orang gila, masa keledai dipikul, harusnya mereka naik berdua di atas keledai”.

Maka sang Ayahpun memberi nasehat kepada anaknya “ Nak, seperti itulah hidup. Setiap tindakan kita selalu mendapat respon dari orang lain. Tetapi kalau kita ingin menuruti semua kata orang maka sungguh hanya akan menimbulkan penyesalan. Kita tidak akan pernah bisa membuat semua orang suka pada kita, pasti ada yang pro dan kontra, selalu ada yang mendukung dan menolak, selalu ada puji dan caci maki tapi tetaplah bertindak, Nak, pilihkah perbuatan yang sesuai hati nuranimu. Jadilah dirimu sendiri. Jangan selalu mengikuti apa kata orang”.

Begitulah hidup ini, kita tidak bisa memuaskan semua orang, pasti ada yang suka dan ada yang tidak suka. Bila kita memaksa diri untuk memuaskan semua orang maka penyesalan pada akhirnya. Jangan habiskan waktu untuk tampak baik di hadapan semua orang, cukup jadilah terbaik versi kita dengan tetap mematuhi aturan-aturan agama.

Salam Literasi

Palu, 02 Januari 2023