Madu Bagimu Racun Buatku (Bagian 2)
Oleh: Emi Indra
Kepulanganku ke kampung halaman kali ini ingin menziarahi makam Ibu yang telah pergi menghadap Ilahi. Umurku ketika Ibu meninggal sekitar sepuluh tahun. Kepergian Ibu membawa luka bathin yang dalam. Aku bersama kak Arman hidup terlunta-lunta. Ayah yang telah beristeri dengan sekretarisnya tidak lagi memedulikanku dengan kak Arman. Ayah lebih menyayangi anak tirinya dan saudara tiriku.
Sebulan sejak kepergian Ibu, kak Arman hijrah ke ibu kota negara mencari hidup. Aku bertahan hidup bersama Ibu tiri dan anak-anaknya. Aku sangat ingin keluar dari rumah namun aku belum punya modal. Aku baru kelas 4 SD, terpaksa bertahan seatap dengan Ibu tiri. Jangan ditanya bagaimana penderitaanku. Aku harus mengerjakan semua pekerjaan rumah karena Ibu tiri menghentikan asisten rumah tangga yang telah bekerja bertahun-tahun.
Aku harus bangun sebelum azan berkumandang. Pekerjaan rutinku sebelum berangkat ke sekolah harus membuat sarapan, mencuci, menyapu, mengepel. Semua kukerjakan seorang diri. Anak dari ibu tiriku masih menikmati empuknya kasur.
Ayah pun seperti tidak memedulikan apa yang aku rasa. Ibu tiri selalu memperlakukanku dengan baik jika Ayah masih ada di rumah. Seolah-olah aku sangat disayanginya. Namun ketika ayah tidak berada di rumah, aku diperlakukan layaknya pembantu. Kebaikan Ibu tiri hanya kepalsuan semata. Aku juga tidak pernah mengadu dan mengeluh ke ayah.
“Kamu butuh apa, Nduk?” tanya ibu tiri saat ayah menikmati sarapan.
“Tidak butuh apa-apa, Bunda,” jawabku dengan senyuman palsu.
“Uang jajanmu masih ada, Nduk?” sambung Ayah sambil membuka dompetnya dan menyerahkan selembar uang berwarna merah kepadaku.
“Tidak usah, Yah. Eda masih punya uang,” jawabku sambil mendekati ayah.
Jujur, aku sangat ingin dipeluk ayah seperti saat masih ada Ibu. Kebiasaan ayah sebelum sarapan selalu memeluk dan membelai rambutku. Kini setelah ayah menikah lagi, kasih sayang seketika hilang. Apa lagi saat Ibu telah meninggal.
Saat pulang sekolah, aku kembali mengerjakan semua pekerjaan rumah. Tidak pernah lagi menikmati nikmatnya tidur siang. Aku bisa istirahat setelah semua orang di rumah makan malam. PR dari sekolah kukerjakan dengan sisa-sisa tenaga. Tak jarang nilai PRku tidak tuntas.
Bagaimana nasib Zuraeda selanjutnya? apa ia tetap bertahan serumah dengan ibu tirinya?
Bersambung***
T365-H58
Palu, 27 Februari 2022
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Pnasaran endingnya say,,,,
Makasih say
Madumu Racunku keren. Salam sukses.
Makasih pak Fadlin. Salam literasi
Dramatis sekali.. keren
Makasih Bu Hidayatun