MENGGANTUNG IJAZAH (Bagian 3)
Menggantung Ijazah (BAGIAN 3)
Oleh: Emi Indra
Ketika masuk SMA, aku lolos di sekolah swasta yang memiliki reputasi tertinggi di daerahku. Di situlah aku mulai fokus belajar. Lingkungan tempatku mengubah pola belajarku. Dengan bimbingan guru, aku bisa mewakili sekolah dalam lomba cerpen tingkat SMA dan sederajat yang dilaksanakan Universitas Tadulako. Aku dinobatkan menjadi juara 2. Sebuah prestasi akademik pertama yang aku raih. Ibu sangat bangga dengan pencapaianku. Nilai-nilai di laporan pendidikanku pun semakin bagus, tak ada nilai remedi atau pun nilai pas KMM, semua melewati KKM.
Kesibukan belajar tidak melunturkan hobiku di bidang seni. Selain belajar, jadwal ke taman budaya tetap kujalani meski tidak serutin ketika masih SMP. Aku lebih fokus di pelajaran sekolah. Di samping seni, aku juga hobi olahraga. Aku salah satu tim bola basket di sekolah. Aku juga masuk club basket di luar sekolah. Hampir setiap pertandingan, sekolah dan clubku selalu juara.
Masa SMA telah kulalui dengan beberapa prestasi di bidang akademik, seni, dan olahraga. Tibalah saatnya aku masuk perguruan tinggi. Aku sangat ingin kuliah di Jawa. Keinginanku ditentang orang tua, terutama Ibuku. Aksi bersitegang dengan orangtuaku selalu mewarnai hari-hariku. Setiap aku menyampaikan keinginanku, suara Ibu selalu dengan nada tinggi. Akhirnya, Ibu menyetujui mendaftar di Universitas Hasanuddin (UNHAS) Makasaar. Dengan catatan, aku tetap disuruh memilih Universitas Tadulako sebagai pilihan kedua.
Karena belum pernah ke Makassar, Ayahlah yang mengantarku. Ayah alumni di salah satu perguruan tingggi swasta di Makassar. Saat pengumuman, aku dinyatakan tidak lulus di Unhas, aku lulus di Untad pada fakultas Tekhnik jurusan Elektro. Dengan sedikit rasa kecewa, kuterimalah takdir dari Allah. Ibu menyemangatiku dengan menceritakan kisah perjalanan kuliahnya.
“Ibu dulu juga ingin kuliah di Untad dengan jurusan matematika atau IPA karena Ibu di SMA jurusan A1 (Fisika), tapi Allah menakdirkan untuk menjadi guru agama. Ibu tidak lulus di Untad, ternyata Allah menyiapkan hadiah terindah. Allah menyuruh Ibu kuliah di IAIN agar bisa menerima hadiah itu. Dengan menjadi guru agama, Ibu bisa berkeliling Indonesia bahkan diberi penghargaan ke luar negeri. Boleh jadi menurut kita tidak baik, tapi bagi Allah itu sangat baik.”
Begitulah nasihat yang Ibu berikan untuk tetap menyemangatiku. Aku tak membantah lagi. Nasihat itu kucerna dan kumasukkan dalam hati. Mungkin Ibu benar. Aku menikmati prestasi Ibu selama menjadi guru agama Islam. Hampir setiap bulan, Ibu selalu mendapat undangan ke luar kota untuk menjadi narasumber atau pun mengikuti berbagai pelatihan tingkat Nasional. Segudang prestasi yang telah Ibu torehkan membuatku semakin semangat untuk mengalahkan prestasinya.
“Kalau Ibu bisa seperti sekarang, kamu harus lebih bisa,” kata Ibu saat aku terheran-heran melihat sertifikat penghargaan yang Ibu miliki.
“Aku pasti bisa, Bu. Aku harus mengalahkan, Ibu,” jawabku dengan penuh semangat.
Bersambung****
(Tagur-365-H48)
Palu, 17 Februari 2022
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Wah tulisannya keren. Menceritakan perjalanan hidupnya yang sarat inspirasi. Jadi penasaran kelanjutannya. Sehat, bahagia, dan sukses selalu. Barakallah buat bunda Emi Indra
Alhamdulillah Barokallah, keren karyanya Bu Emi Indra
Terima kasih, Pak Ahmad. Sehat dan sukses selqlu
semaki keren ceritanya bu Emi kutunggu lanjutannya
Boleh jadi menurut kita tidak baik, tapi bagi Allah itu sangat baik. Cerpen yang penuh dengan motivasi, lanjutkan Bun, saya tunggu ceritanya. Semoga selalu sehat dan sukses bersama keluarga tercinta Bunda Emi.
Terima kasih, Bund. Saya sudah berkunjung jg td Bund. Sehat selalu
Keren ceritanya bu Emi..lanjutkan bu Emi..salam sehat..
Terima kasih Bu Eva. Salam sehat
Keren menewen bunda Emi cerita nya