MENUNGGU ADALAH PELUANG
Banyak orang yang tidak menyukai kata “menunggu”. Menunggu membuat banyak orang kesal, kecewa, bahkan memaki-maki sering terlontar akibat terlalu lamanya menunggu. Menunggu identik dengan membuang-buang waktu dan tidak menguntungkan. Banyak diantara kita yang tidak menepati waktu jika berjanji untuk bertemu. Itulah salah satu penyebab membuat kita kesal dalam menunggu.
Menunggu memang membosankan. Namun, menunggu juga bisa mengasyikkan jika kita mampu menjadikan menunggu sebagai emas. Orang yang produktif dapat menjadikan waktu menunggu untuk menghasilkan karya. Bahkan banyak orang sukses karena menunggu. Tapi, tak sedikit orang kesal dan mengumpat karena menunggu.
Menunggu ibarat api. Ia dapat membakar gedung sampai habis, namun juga dapat mematangkan nasi dan memanaskan coto makasar menjadi lebih lezat. Menunggu bisa menjadi hal yang dicintai sekaligus menjadi hal paling dihindari.
Dalam menunggu, kita bisa memanfaatkan waktu agar tidak merugi percuma. Jika menunggu kita identikkan dengan ‘diam’ dengan penuh harapan akan sesuatu sedangkan kita tidak melakukan sesuatu, maka energi akan terkuras dan pastinya kita merasa bosan. Apalagi yang ditunggu tak kunjung datang. Saat seperti inilah, menunggu sangat membosankan.
Jika menunggu kita gunakan untuk sesuatu yang bermanfaat, maka menunggu bisa menjadi peluang untuk berkarya. Berapa banyak orang menyelesaikan pekerjaan saat menunggu pesawat di bandara. Berapa banyak orang menyelesaikan artikel, membaca buku, mengaji, membalas email saat menunggu di bandara.
Saya pernah membaca tulisan J.S.Khairen ketika ia menjadi asisten seorang dosen. Ia mengamati pak dosen saat di pesawat maupun saat menunggu di bandara. Waktu menunggu itu dipergunakan untuk menulis artikel. Menulisnya pun bukan di laptop, tapi sang Dosen tersebut selalu menyiapkan kertas untuk menulis. Setelah tulisannya selesai barulah kertas itu diserahkan ke J.S Khairen untuk dituliskan di laptop. Dari situlah sang novelis ini belajar menghargai waktu. Tak heran jika novelis dari Padang ini sudah menghasilkan banyak karya.
Waktu menunggu bukanlah sampah waktu. ia dapat menjadi emas jika kita mampu menaklukkannya. Ia dapat menjadi ladang amal jika dipergunakan untuk berzikir atau mengaji.
Salah satu tips agar menunggu tidak menjadi hal yang membosankan, siapkan buku, kertas, dan polpen ke manapun kita pergi. Menunggu juga bisa menjadi moment menemukan ide tulisan. Jadi tidak ada yang terbuang percumaa. Mari kita mengelola waktu menunggu menjadi sesuatu yang bermanfaat.
Palu, 05 Januari 2023
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantap Bu Emi, liburan kemarin saya juga harus menunggu transit selama 7 jam. terasa singkat karena saya manfaatkan untuk membaca AlQur'an di mushalla bandara. Sukses selalu Bu
Masyaa Allah bund. Semoga setiap menunggu kita gunakan ke hal2 yg dapat memperberat timbangan amal kita. Sehat selalu bund
Mantap ulasannya, Bu. Salam sukses selalu.
Makasih bund. Salam literasi