Emi Indra

Lahir di desa Soni 13 Juli 1972. Punya anak semata wayang. Mengajar di SMPN 1 Palu. ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Mutiara dari Papua

Mutiara dari Papua

Oleh: Emi Indra

Sebuah kisah perjalanan yang tidak akan pernah terlupakan seumur hidup adalah ketika kita melakukan perjalanan ke suatu tempat yang dipandang kecil di mata orang, tetapi memiliki kebesaran keindahan tak terkira yang tidak pernah mereka lihat.”

Tulisan saya kali ini, menceritakan kisah perjalanan saya menuju sebuah ibu kota yang terletak di ufuk timur Indonesia yang dahulu kala menjadi sengketa antara Pemerintah Belanda dan Republik Indonesia yaitu Jayapura atau dahulu yang dikenal dengan nama Hollandia. Saya menikmati Papua selama 10 hari dalam melaksanakan tugas dari Kemdikbud yaitu Program Kemitraan Guru SMP Berprestasi dalam Program Pemagangan dalam Negeri.

Keinginan saya untuk mengunjungi wilayah Papua yang terkenal memiliki kekayaan mineral dan sumber daya alam sebenarnya sudah lama ada dalam benak, namun untuk sampai kesana sepertinya mustahil karena di Papua saya tidak mempunyai keluarga. Kemustahilan itu terjawab ketika saya ditunjuk untuk bergabung dengan tim Prov. Papua dalam tugas Kemitraan Guru SMP Berprestasi Ke Sekolah Program Pemagangan Dalam Negeri.

Sebelum keberangkatan ke Papua, saya membaca banyak informasi tentang Jayapura, Sentani dan sekitarnya. Perjalanan saya dimulai dari Palu pada hari rabu tanggal 21 Oktober 2015 pukul 07.00 Wita dengan menumpangi elang besi, Lion Air menuju Makassar. Tiba di Makasar pukul 08.00 Wita, padahal jam keberangkatan ke Sentani Jayapura pukul 02.00 dini hari. Saat tiba di bandar udara Hasanuddin, saya dijemput oleh teman sesama guru magang yang juga bertugas di Papua untuk beristirahat di rumahnya.

Tepat pukul 02.00 dini hari, kembali elang besi menerbangkan saya ke Sentani Jayapura. Kami transit di Biak terlebih dahulu sebelum ke Sentani. Tiba di Bandar Udara Frans Kaisiepo Biak pukul 06.00 Wit, transit di Biak sekitar 25 menit lalu perjalaanan dilanjutkan ke Sentani.

Pada hari kamis jam 09.00 Wit , pesawat yang saya tumpangi akhirnya mendarat di Bandar Udara Sentani Jayapura. “Finally,” ucap saya sesaat setelah pesawat Garuda Indonesia mendarat mulus di Sentani. Perjalanan sudah kami tempuh selama 1 hari 1 malam dari Palu. Pagi itu, cuaca di Sentani terang. Rupanya masih musim kemarau di Sentani seperti pada daerah-daerah lain di Indonesia. Dari ketinggian, saya sudah melihat Gunung Cyclops, dan Danau Sentani yang secara langsung telah membuat saya terpesona.

Seperti apa keindahan Sentani, Papua? silakan dibaca pada episode berikutnya

Palu, 30 Maret 2022

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Perjalanan yang menarik dan inspiratif. Salam literasi.

04 Apr
Balas



search

New Post