Emi Indra

Lahir di desa Soni 13 Juli 1972. Punya anak semata wayang. Mengajar di SMPN 1 Palu. ...

Selengkapnya
Navigasi Web
MUTIARA DARI TANAH PAPUA (Catatan Perjalanan Guru Magang ke Papua)

MUTIARA DARI TANAH PAPUA (Catatan Perjalanan Guru Magang ke Papua)

Sebuah kisah perjalanan yang tidak akan pernah terlupakan seumur hidup adalah ketika kita melakukan perjalanan ke suatu tempat yang dipandang kecil di mata orang, tetapi memiliki kebesaran keindahan tak terkira yang tidak pernah mereka lihat”.

Perjalanan saya kali ini menuju sebuah ibu kota yang terletak di ufuk timur Indonesia. Dahulu kala menjadi sengketa antara Pemerintah Belanda dan Republik Indonesia yaitu Jayapura atau dahulu yang dikenal dengan nama Hollandia. Selama 10 hari dari tanggal 22 Okrober- 2 November 2015 saya melaksanakan tugas dari Kemdikbud yaitu Program Kemitraan Guru SMP Berprestasi dalam Program Pemagangan dalam Negeri.

Keinginan saya untuk mengunjungi wilayah Papua yang terkenal memiliki kekayaan mineral dan sumber daya Alam sebenarnya sudah lama ada dalam benak, namun untuk sampai ke sana sepertinya mustahil. Di Papua saya tidak mempunyai keluarga. Kemustahilan itu terjawab ketika saya terpilih bergabung dengan tim Prov. Papua dalam tugas Kemitraan Guru SMP Berprestasi Ke Sekolah Program Pemagangan Dalam Negeri.

Sebelum keberangkatan ke Papua, saya membaca banyak informasi tentang Jayapura, Sentani dan sekitarnya. Perjalanan saya dimulai dari Palu pada hari rabu tanggal 21 Oktober 2015 pukul 07.00 WITA dengan menumpangi burung besi Lion Air menuju Makassar. Tiba di Makasar pukul 08.00 WITA padahal jam keberangkatan ke Sentani Jayapura pukul 02.00 dini hari. Selama transit di Makassar, saya dijemput teman sesama guru magang yang juga bertugas di Papua untuk istrahat di rumahnya.

Tepat pukul 02.00 dini hari WITA, burung besi Garuda menerbangkan saya dan pak Arsyidin ke Sentani Jayapura. Pukul 06.00 WIT, kami tiba di Bandar Udara Frans Kaisiepo Biak. Transit di Biak sekitar 25 menit, selanjutnya perjalaanan dilanjutkan ke Sentani.

Pada hari kamis, 22 Oktober 2015 pukul 09.00 WIT, pesawat yang saya tumpangi akhirnya mendarat di Bandar Udara Sentani Jayapura. “Finally,” ucap saya sesaat setelah pesawat Garuda Indonesia mendarat mulus di Sentani. Perjalanan sudah saya tempuh selama 1 hari 1 malam dari Palu. Pagi itu, cuaca di Sentani terang. Rupanya masih musim kemarau di Sentani seperti pada daerah-daerah lain di Indonesia. Dari ketinggian, saya sudah melihat Gunung Cyclops, dan Danau Sentani yang secara langsung telah membuat saya terpesona.

Danau Sentani adalah danau terbesar di Papua. Menurut sejarahnya, danau ini dahulu kala menjadi satu dengan samudra pasifik, namun karena pergeseran lempeng danau ini akhirnya terpisah menjadi sebuah danau tersendiri. Danau ini sangat jernih terlihat, warna laut yang membiaskan sinar matahari membuat warna danau ini menjadi sedikit terlihat keperakan, dan Gunung Cyclops yang notabene diberi nama Cyclops oleh Mc Arthur (panglima perang dunia ke II) karena bentuknya terlihat seperti raksasa yang sedang tidur dari kejauhan.

*bersambung

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post