Panggil Aku Aini (Bagian 2)
Oleh: Em Indra
Aku menawarkan ke Aini untuk tinggal di rumahku. Istriku sangat merindukan kehadiran seorang anak. Ia sangat menginginkan anak perempuan. Paslah jika Aini mau. Istriku pasti sangat senang. Aini menerima tawaranku, namun ia ingin pulang ke rumahnya terlebih dahulu untuk mengambil pakaiannya.
“Rumahmu di mana, Dek?” tanyaku lagi
“Tidak jauh dari sini, Om, hanya sekitar 100 meter. Saya tidak punya tetangga, hanya sendirinya rumah yang ada di situ. Om mau ke rumahku?” gadis itu balik menawarkanku untuk melihat rumahnya.
“Biar aku antar kamu pulang ke rumahmu, ya….”
Aku dan Aini beranjak menuju rumahnya. Aku tak tega membiarkan ia pulang sendirian di malam yang mulai larut. Lolongan anjing saling bersahut-sahutan. Kulihat Aini tak sedikit pun takut mendengar suara anjing menangis seperti melihat sesuatu. Aku teringat cerita nenek, jika ada anjing yang melolong tengah malam, itu tandanya, anjing melihat makhluk halus. Bulu kudukku mulai berdiri.
“Masih jauh rumahmu, Dek?” tanyaku kepada Aini.
“Tidak, Om. Tinggal 10 meter.”
Aini berbelok ke kanan sambil memegang tanganku. “Mungkin ia takut,” gumamku. Aini berjalan pelan, aku pun mengikuti irama langkahnya. Akhirnya, sampailah kami di rumah Aini. Tempat berteduh yang tak layak disebut rumah, tapi gubuk.
Aku tak menyangka, gubuk yang ditempati Aini hanya berukuran sekitar 3 x 3 meter. Gubuk dengan lantai tanah, atap rumbia yang sudah bocor sana-sini. Tak terlihat kursi, hanya sebuah bale dengan dua buah bantal yang warnanya sudah pudar. Tungku dari batu dan beberapa piring besi tergeletak di dapur. Ruangan sempit ini multi fungsi, sebagai dapur, ruang makan, kamar tidur sekaligus ruang tamu.
“Maaf, Om. gubuk Aini berantakan,” suara Aini membuyarkan lamunanku.
“Tidak apa-apa, Aini. Nanti kalau tinggal sama Om, kamu tidur di kamar yang kasurnya empuk,” jawabku sambil mengarahkan netraku kesemua sudut rumah Aini. “Kamu ambil baju seadanya saja, nanti kita ke toko beli baju,” lanjutku memberi semangat ke Aini.
“Saya mau dibelikan baju, Om? Asyik dong! Saya bisa pakai baju baru.” Aini terlihat girang ketika kutawarkan akan membeli baju baru.
Aku meraih gawai di kantong celana untuk menghubungi istriku. Aku akan menyampaikan kabar gembira ini.
T365H81
Palu, 22 Maret 2022
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar