Emilia Trias Ananda

“Kalau kamu bukan anak raja dan engkau bukan anak ulama besar, maka jadilah penulis”(Imam Al-Ghazali) Emilia Trias Ananda, lahir di Kota Payakumbuh...

Selengkapnya
Navigasi Web
BUMBU LANGKOK YANG TERLUPAKAN
Sumber : Foto Ummu Afwa

BUMBU LANGKOK YANG TERLUPAKAN

#tagur-138

BUMBU LANGKOK YANG TERLUPAKAN

oleh : EMILIA TRIAS ANANDA

Hari ini menu lauk kami adalah gulai kinco. Gulai yang terkenal di daerah kabupaten Lima Puluh Kota. Ketika ada acara-acara tertentu gulai kinco akan hadir dalam jamuannya. Atau di hari pasar gulai kinco juga ada orang yang menjual. Entah kenapa tadi pagi terbersit saja keinginan untuk membuat gulai kinco ini secara santan masih ada di kulkas. Sayur-sayur pelengkap gulai kinco ada di pekarangan tinggal petik. Alhamdulillah.

Lidah Minang kami tak bisa dibohongi kalau makan tak ada kuahnya tidak berasa makan. Sebenarnya saya belum pernah bikin gulai kinco. Modal saya ya nekad saja toh cemplung semua bahan ke kuali akan tetap jadi gulai. Wangi gulai kinco menyeruak keseantero ruang bikin lapar perut. Walau jauh bentuknya dari gulai kinco asli namun gulai kinco ala saya mampu membuat nasi di magiccom cepat kosong. Beda dengan kemarin ketika hanya ada sayur dan goreng ikan nasi tak begitu laris manis. Istilah suami saya dek pandayuangnyo indak ado. ( Ibarat perahu pendayungnya tidak ada maka tentu susah perahunya jalan ) hehehe.

Sore tadi menjelang makan saya panaskan lagi gulai kinco. Bumbu-bumbu atau biasa kami menyebutnya dengan langkok seperti daun limau, serai, daun salam dan daun kunyit mulai saya singkirkan keluar dari kuali. Kata sebagian orang bumbu ini bisa sebagai pengawet agar gulai tak cepat basi. Namun bagi saya gulai tak estetik tak enak dipandang kalau masih ada dalam kuali. Jahat saya ya. Hehehe. Sudah sedemikian berbaktinya bumbu-bumbu itu berkolaborasi membuat enak gulai lalu ketika perannya sudah tak ada lagi maka mulailah disingkirkan keluar. Aduh… kasihan saya sebenarnya.

Belajar dari bumbu-bumbu penyedap gulai tadi saya jadi kepikiran. Betapa banyak peran orang-orang baik disekitar kita. Memberikan kontribusi positif terhadap kita. Namun kadang kita lupa akan bantuan dan pertolongannya. Malahan ada juga yang kita temui bak kata pepatah habis manis sepah dibuang. Ketika gulai sudah masak maka bumbu dibuang. Hiks. Betapa kadang kita tidak peka dengan sesama. Ini pelajaran buat saya pribadi yang kadang syukurnya kurang. Sering mengeluh padahal pertolongan Allah datang dari semua arah. Ya Allah maafkan kilaf ini.

Ternyata memang benar alam yang terbentang mengajarkan banyak hal pada diri kita. Belajar memaknai ayat-ayat Allah penuh hikmah yang tersebar di permukaan bumi. Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.” Al-Baqarah 152

Payakumbuh, malam di Selasa 28 Juni 2022

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Super sekali tulisan Bunda, peran orang di sekitar kita di analogkan dengan peran bumbu gulai yang saling melengkapi.Salam sukses selalu Bundo..

28 Jun
Balas

MasyaAllah. Alhamdulillah. Segala puji hanya milik Allah. Terima kasih bu. Salam kenal dan salam sukses juga buat ibu.

28 Jun



search

New Post