CERITA DIBALIK KACA MATA
#tantangan gurusiana hari ke-185
CERITA DIBALIK KACA MATA
OLEH : EMILIA TRIAS ANANDA
Awal mula saya memakai kacamata adalah pas tamat Aliyah. Ketahuan kalau mata saya bermasalah ketika disuruh Papa baca pengumuman di pintu kos Uni. Saya bilang kalau tulisannya terlalu kecil. Papa heran. Beliau saja bisa baca tulisan itu. Curiga kalau mata saya bermasalah, Papa menyuruh periksa mata gratis di kelurahan beberapa hari setelah kejadian itu.
Ternyata memang benar langsung minus 2. Miopi, rabun jauh, minus huhu. Terpaksa pakai kacamata. Padahal sungguh saya merasa tertekan perasaan memakai kaca mata. Kenapa begitu. Gerakan saya jadi terbatas. Nggak bisa renang, main bola basket atau volley takut kena kaca mata.
Pernah kejadian pertama kali pakai kacamata, ketika mau wudhu saya langsung membasuh muka lupa kalau dimata nangkring kacamata. Kali lain kacamata saya keinjak waktu sholat berjamaah secara saya meletakkannya dalam tas. Terus pas tahun ke dua kuliah di ABA, kacamata saya patah gagangnya dan tidak bisa digunakan. Padahal saya harus ke kampus. Kuliah tanpa kacamata seperti pesawat terbang masuk awan. Hanya bayangan putih samar terlihat. Terpaksa duduk di depan sambil menyipitkan mata. Dan teman-teman disekeliling terdeteksi dari suara. Hehehe.
Entah sudah berapa kali saya ganti kaca mata. Mulai dari yang murah sampai yang bermerk (ups) tapi memang enak pakai kaca mata yang terakhir ini. Rasanya saya nggak seperti memakai kaca mata. Ringan dan bening. Seolah meilhat benda asli. Punya anak. Kacamata jadi objek mainan mereka. Lalu saya tak berani beli yang bening itu lagi. Beralih ke yang plastik. Ringan dimata dan ringan dikantong tapi harus ekstra hati-hati karena tak ada anti goresnya. Yeii…
Ikhtiar untuk mata sehat seperti sedia kala sudah dilakukan. Tapi ucapan dokter mata kala itu membuat saya terpukul. Bisa matanya sehat asal nggak lagi membaca, melototin laptop dan layar hape. Saat ini benda-benda tersebut sedang manja-manjanya dengan saya. Tak bisa ditinggal.
Ada lagi cerita horror. Untung suami cerita setelah saya lahiran. Katanya yang minus mata di atas 5 lahiran tidak bisa normal. Berbahaya untuk mata. Ya Allah untung saya mendengar cerita ini setelah Afwa lahir. Akan lain ceritannya kalau saya tahu di awal. Alhamdulillah. Allah masih beri saya penglihatan yang baik setelah lahiran.
Oh ya satu lagi cerita lucu awal berkaca mata. Jalan saya kayak orang naik tangga. Jingkrak. Rasanya benda yang saya injak letaknya ngga pas membuat saya harus jinjit. Padahal bumi yang saya pijak masih datar. Belum lagi rasa pusing yang mendera diawal-awal memakai kaca mata. Adaptasi saya cukup lama. Kemudian kalau kacamata itu tak lagi cocok maka macam-macam yang terasa. Pusing dan mual kayak orang hamil. Heuuu…
Banyak kisah dibalik pemakaian kaca mata ini. Sepertinya saya harus berterima kasih pada fisikawan muslim legendaris, Ibnu al-Haitham (965 M-1039 M) yang telah mempelajari pembiasan cahaya melewati sebuah permukaan tanpa warna seperti kaca, udara dan air. Cikal bakal terciptanya kaca mata.
Sudah hampir 26 tahun memakai kaca mata dengan segala suka dan dukanya. Benda yang selalu setia nongkrong di mata. Dilepas hanya saat mandi dan tidur itupun kalau tak ketiduran ketika sedang membaca. Ada lagi cerita pas mau masuk ruang operasi. Baju sudah diganti tapi saya request sama perawatnya untuk tetap pakai kacamata. Minta tolong untuk mencopotnya ketika obat bius sudah membuat saya tak tahu apa-apa. Ngga lucu kalau saya jalan ke meja operasi tapi nabrak-nabrak. Gawat.
By the way saya suka dengan yang disampaikan Aaron Hill Don't call the world dirty because you forgot to clean your glasses. Jangan menyebut dunia kotor karena Anda lupa membersihkan kacamata Anda. Maknanya dalam. Perlu kacamata khusus untuk memaknainya. Salam!
Payakumbuh, Selasa di 15 Desember 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Pesan moral yang sangat dalam di penutup tulisan, keren
Alhamdulillah. Terima kasih Bu.