INOBEL BERBINTANG
INOBEL BERBINTANG
Kinanthi sedang duduk sendirian di hadapan laptop yang masih menyala. Tak sedikit kata-kata tertulis di layar monitor. Sementara suami dan kedua anaknya sudah terlelap. Wanita itu kemudian mematikan laptop dan menyusul ke kamar.
Meski kuku-kuku malam sudah mulai mencengkeram, namun mata Kinanthi belum juga mau terpejam. Sebongkah batu karang seolah mengganjal dalam relung hati. Keinginan untuk mengikuti ajang perlombaan inobel begitu membuncah, namun apa daya.
“Untuk apa ikut lomba sampai ke Jakarta, hanya buang-buang waktu saja. Coba lihat karya tulismu, untuk kenaikan pangkat saja tidak pernah mendapat nilai,” kata suami Kinanthi senja itu.
“Tapi aku disuruh Pak Edy, Yah.”
“Memang siapa dia? Suamimu kan aku....”
“Iya Yah,” jawab Kinanthi singkat, tanpa membantah lagi. Tak terasa, ada air bening menetes dari sudut mata wanita itu. Namun dia segera menghapusnya.
Esuk hari di sekolah, konsentrasi mengajarnya sedikit goyah. Godaan perlombaan yang menurutnya super keren itu selalu menari-nari di pelupuk mata. Ah... masak sih dia tidak bisa menunjukkan karyanya di ajang nasional itu, pikir Kinanthi.
Tanpa sepengetahuan Mas Hanas, Kinanthi mengirim karya inovasinya. Semua diselesaikan di sekolah. Pada waktu di rumah, dia mengerjakan pekerjaan rumah layaknya ibu-ibu rumah tangga lain. Memasak, mencuci, setlika dan lain-lain kukerjakan seperti biasa. Tidak ada yang berubah sedikitpun, sehingga beliau tidak tahu bahwa Kinanthi membuat karya inovasi itu di sekolah.
Sebulan setelah makalah dikirim, ada email masuk. Berisi pengumuman, bahwa karya inovasinya masuk 220 terbaik pada seleksi awal gelombang 1. Minggu depan harus mengikuti workshop di The Mirah Hotel Bogor. Rasa senang tak bisa kulukiskan dengan kata-kata. Namun ada ketakutan yang selalui menghantui. Bagaimana cara memberitahu suaminya, bahwa karyanya masuk nominasi.
“Yah, ini ada surat panggilan workshop inobel di Bogor,” kata Kinanthi memulai perbincangan. Secangkir kopi yang telah separo diminum, segera diletakkan. Dia mengambil dan membaca dengan seksama surat panggilan itu.
“Oh, kamu jadi ikut?” tanyanya singkat.
“Aku terpaksa, Yah. Pak Edy memaksaku. Tapi jika ayah tidak mengizinkan, aku tidak akan berangkat,” jawab Kinanthi sembari menunduk. Air mata yang hampir menetes, ditahan sebisa mungkin.
“Ya, berangkatlah!” kata suaminya datar. Wanita itu memberanikan diri menatap mata bulatnya. Sesaat mereka beradu pandang, lalu Kinanthi segera menunduk.
“Kenapa? Berkemaslah sebelum aku berubah pikiran,” kata Mas Hanas lagi.
“Sungguh?” tanya Kinanthi penasaran.
“Ya, selamat, kamu hebat!” kata suaminya sebelum mengambil sepotong pisang goreng, dan menggigitnya.
“Trims Yah,” kata Kinanthi sembari beranjak dari tempat duduk. Tubuh tinggi besar itu dipeluk erat. Kedua belah pipinya diciumi sampai entah berapa kali. Dia takingat lagi.
Setelah itu, Kinanthi bergegas menyiapkan diri. Mengurus perizinan ke kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Bojonegoro. Sesampainya di sana, ternyata bapak kepala dinas tidak sedang berada di tempat. Maka dia harus menunggu lagi sampai Hari Jum’at, kata salah seorang staf. Ya... harus bersabar, namanya juga orang kecil. Kalau sudah berhadapan dengan yang maha kuasa, pastinya harus mengalah.
Alhamdulillah... Jum’at pagi surat tugas sudah di tangan. Kinanthi bergegas menuju stasiun, pesan tiket keberangkatan untuk Hari Minggu malam. Tidak butuh waktu lama, beres sudah.
“Kemana lagi nih?” tanya suaminya.
“Membeli oleh-oleh untuk Iman,” jawab Kinanthi pendek.
“Di mana?”
“Di tempat biasa.”
“Ok.”
Mereka bergegas menuju toko oleh-oleh langganan. Sitelah memilah dan memilih, sekardus ledre siap dibawa. Seminggu Kinanthi ditempa. Materi demi materi diberikan oleh nara sumber yang super duper genius. Banyak ilmu yang didapat di sana, sebagai bahan untuk memperbaiki naskah inovasinya. Sebelum pulang, hasil refisian dikirim melaui email kesharlindung. Lega rasanya, di atas pesawat Kinanthi duduk sebangku dengan Ibu Dayu Santi. Beliau adalah peserta workshop inobel dari Lombok. Mereka bercerita tentang rasa bangga dan haru, karena bisa sampai masuk 240 besar lomba inobel nasional. Tidak lupa berharap, semoga terpilih lagi menjadi 34 besar masing-masing kategori. MIPA (Matematika dan IPA), IPSB (Ilmu pengetahuan Sosial dan Bahasa), serta SORAK (Seni, Olah Raga, Agama, Muatan Lokal, dan Bimbingan Konseling).
Sampai di rumah, Kinanthi membuat desaig untuk display. Tanpa menunggu, apakah akan dipanggil dalam seleksi 34 besar atau tidak. Keyakinan itu semakin diperkuat dengan komentar Bapak undang, salah satu juri dan pemateri.
“Power poin yang paling bagus, punyaknya guru Bahasa Jawa,” kata beliau seusai lima peserta workshop presentasi. Betapa senang hati Kinanthi mendengar pujian itu. Namun ada salah satu pemateri yang entah siapa namaya, mengkritik habis-habisan power poinnya. Hal itu tidak menyurutkan semangat wanita itu. Namun dari kritikan pedas itu, justru dia bisa belajar. Salah satu jalan yang dilakukan adalah melakukan refisi secara total.
Dari WA grup inobel ada kabar, bahwa Kinanthi masuk 34 besar inobel kategori IPSB. Namun setelah panitia mendapat konfirmasi darinya, bahwa Kinanthi jurusan Bahasa Jawa, akhirnya panitia menawarkan agar wanita itu masuk kategori SORAK saja. Tentu saja Kinanthi setuju, berada di kelompok manapun bagi dia yang penting bisa belajar.
Hari-hari dilalui dengan semangat 45. Display dan presentasi telah usai. Untuk menghilangkan rasa jenuh, panitia mengajak mereka jalan-jalan ke Dufan. Tentu saja rombongan tersebut sangat menikmati kebersamaan itu. Tidak ada lagi aroma persaingan di antara para peserta, yang ada hanyalan persaudaraan. Siapapun yang juara, pastilah hanya orang-orang yang sangat beruntung. Karena semua yang sampai 34 besar adalah yang terbaik dari seluruh Imdonesia.
Kini saatnya pengumuman juara. Namun sebelum itu, mereka semua menyanyikan lagu GUGUR BUNGA, karena bertepatan dengan Hari Pahlawan, 10 November 2016. Pada saat itu Kinanthi hanya berdo’a, “Gusti... kuatkanlah hatiku jika harus menerima kekalahan. Aku tahu, teman-temanku semuanya hebat. Semoga aku bisa tabah menerima cemo’ohan dan hinaan, jika pulang nanti.”
“Kategori SORAK, juara ke tiga diraih oleh Nyi Euis. Juara ke dua diraih oleh Endang Widoreno,” begitu pengumuman dari salah satu juru. Rasa-rasanya sudah tidak ada harapan lagi. Tapi ternyata, Kinanthi juara 1. Sungguh, ini benar-benar kuasa Gusti Allah SWT. Tahun 2016, inobel berbintang.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Selamat ya, kinanthi
Matur nuwun Mbakyu Restu. Ada beberapa huruf yg salah ketik. Bagaimana ya cara merefisinya?