Ketika ada pertanyaan, kapan karakter siswa terbentuk? maka jawaban kita adalah sejak mereka berangkat dari rumah. Karakter peserta didik kita muncul dan dikembangkan dalam perjalanan hidup mereka, dimulai dari rumah, dimulai dari orang tuanya dan dimulai dari lingkungan terdekatnya. Peran guru adalah menguatkan karakter mereka, tentu saja karakter positif yang dapat membawa mereka menuju insan yang baik, sehat jasmani dan rohani. Pertanyaan kedua muncul, bagaimana bila karakter yang terbentuk dari rumah bukan karakter yang optimal sesuai dengan kaidah umum yang berlaku? Apakah untuk pertanyaan kedua ini guru juga berperan untuk menguatkan karakter siswa kita seperti yang ada dalam pertanyaan pertama?

Sekolah adalah lembaga yang menjadi ujung tombak dalam pendidikan karakter siswa, hal ini dibuktikan dengan munculnya berbagai Permendikbud, Peraturan Menteri maupun Peraturan Presiden yang intinya menggalakkan fungsi sekolah sebagai penguat karakter siswa. Sepertiga waktu yang dihabiskan siswa di sekolah memang memungkinkan penumbuhan dan penguatan pendidikan karakter. Tetapi mohon diingat bahwa ada waktu dua pertiga hari yang dihabiskan siswa diluar sekolah, yang secara langsung maupun tidak langsung sulit dikontrol oleh sekolah, Guru tidak tahu dan sulit mencari tahu, apa yang didapat siswa disisa waktunya, apakah mereka bergaul dengan orang diluar keluarga, ataukah mereka masih dalam pergaulan koridor keluarga dan rumah tangga. Jika mereka bergaul dengan orang diluar keluarga, sejauh mana pergaulan mereka, siapa teman bergaul mereka dan bagaimana cara mereka bergaul. Banyak faktor yang ternyata berpengaruh pada karakter siswa.

Salah satu contoh adalah kedisiplinan, kita sebagai guru menegakkan kedisiplinan di sekolah, siswa harus mentaati peraturan yang dibuat sekolah, diantaranya adalah datang tepat waktu, mengikuti upacara dan beribadah sesuai agama yang dianutnya pada waktu waktu yang telah ditentukan. Bla orang tua yang mengantar anak tidak bias berangkat pagi dan siswa sering terlambat, guru bias apa?

Peraturan sekolah yang mengikat siswa diantaranya adalah siswa yang belum memiliki SIM dilarang mengendarai sepeda motor, bila orang tua karena alas an tidak ada yang mengantar dan menjemput kemudian mereka memfasilitasi anaknya dengan sepeda motor untuk berangkat dan pulang sekolah, guru bisa apa? Contoh yang lain, di sekolah siswa diajar berbicara dengan etika yang tepat, diberi strategi ketika akan menginterupsi pembicaraan yang dilakukan orang lain, dan diberikan teori cara berdiskusi yang santun walau berbeda pendapat, ternyata tayangan televisi menunjukkan sesuatu yang berbeda, di TV terutama dalam tayangan sinetron dan siaran langsung rapat dewan setiap pembicaraan diucapkan dengan tekanan kuat, setiap pembicaraan disela tanpa kesantunan, bahkan cara anak muda berbicara dengan yang tua pun mengabaikan rasa hormat, kalau ini yang terjadi, kita sebagai guru bisa apa? Segala usaha tetap akan dicoba dan dilaksanakan untuk menguatkan karakter siswa, tetapi sekolah bukan menara gading, sekolah juga membutuhkan kerja sama dengan pihak lain. Menumbuhkan, menguatkan dan mengembangkan karakter siswa bukan sesuatu yang segera dapat dilihat hasilnya, maka kerja sama jangka penjang semua pihak yang terkait perlu ditingkatkan. Izinkan kami benguatkan karakter siswa kami, bantu kami dengan contoh contoh yang reevan dan baik.