Kita menyadari begitu banyak persoalan hidup yang melanda. Masyarakat dikepung dengan segala permasalahan yang begitu rumit. Kemiskinan. Tindak kekerasan. Pencurian. Pelecehan. Kenakalan remaja. Pengangguran. Minimnya lapangan pekerjaan dan masalah putus sekolah.

Gaya hidup borjuis bak konglomerat tak kalah melanda masyarakat. Tampil mewah dan glamor walau harus berhutang dan melakukan tindakan yang tak manusiawi menjadi "fenomena gunung es" yang terus menjangkiti. Sementara, kondisi ini tidak ditunjang dengan perbaikan ekonomi yang memadai.

Akibatnya, tak sedikit masyarakat pun dilenakan. Sistem kehidupan ini akhirnya membawanya kepada riba demi memenuhi keinginan tampil mewah.

Riba bagaikan buah ranum yang sangat menggiurkan. Riba menjadi bahan rebutan. Kebanggaan. Bahkan dijadikan pondasi dalam perekonomian masyarakat. Na'udzubillah.

Hijrah menuju kehidupan yang lebih baik tentu sebuah pilihan hidup. Ada konsekuensi besar yang akan dipertanggungjawabkan. Terlebih masalah yang berhubungan dengan hukum halal haram.

Sebagai Muslim, sangat jelas Allah larang praktek riba. Larangan itu bukan tanpa sebab akibat. Riba telah dirasakan akibatnya yakni membawa malapetaka bagi tatanan kehidupan masyarakat. Praktik riba dalam bentuk apapun, sedikit demi sedikit namun pasti akan menghancurkan.

" Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah" (QS. Al-Baqarah:276)

Tentunya sebagai masyarakat Lombok yang telah diuji dengan gempa dahsyat beberapa bulan lalu, menjadikan itu semua sebagai bahan muhasabah diri. Terus berusaha memperbaiki diri.

Hijrah dari kehidupan yang kelam kepada kehidupan yang penuh harapan. Dari akhlak yang buruk kepada akhlak yang santun. Dari sikap acuh menjadi sikap peduli. Dari hidup yang terjerat riba kepada hidup yang dilandasi syari'ah.

Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT) Indonesia Wilayah NTB sebagai sebuah ormas terus menguatkan azamnya. Berkomitmen membangun bangsa melalui dunia pendidikan. Komitmen itu terus diupayakan. Selain meningkatkan mutu pendidikan, JSIT Indonesia Wilayah NTB juga berupaya meningkatkan kualitas pelayanannya.

Untuk peningkatan management pelayanan, JSIT Indonesia Wilayah NTB bersama Bank NTB Syari'ah telah melakukan penandatanganan MoU. Penandatanganan kerjasama ini dilakukan bersama 35 steakholder di NTB pada tanggal 23 Januari 2019 kemarin di Hotel Santika Mataram.

Ketua JSIT Indonesia Wilayah NTB, Istining Siti Waliyah menyampaikan bahwa " kerjasama ini adalah sebagai bentuk dukungan JSIT Indonesia Wilayah NTB kepada Bank NTB yang telah melakukan transformasi menjadi Bank NTB Syari'ah. Dukungan ini tentunya sangat tepat, mengingat Bank NTB Syari'ah merupakan perbankan daerah kedua setelah Aceh yang menjadi bank syari'ah. Bank NTB Syari'ah punya peran strategis dalam menggerakkan perekonomian masyarakat NTB. Hal ini membuat kami bahagia karena ada lembaga perbankan daerah yang sejalan dengan visi kami, dan sepantasnya diapresiasi".

Kukuh Raharjo Dirut Bank NTB Syari'ah menjelaskan, "Transformasi yang dilakukan Bank NTB menjadi Bank NTB Syari'ah bertujuan membangun lifestyle masyarakat yang berbasis Syari'ah. Sehingga, keberkahan akan Allah SWT berikan. Untuk dunia pendidikan, Bank NTB Syari'ah siap memberikan kontribusi pelayanan terbaik untuk siswa, guru, orang tua murid, terlebih bagi lembaga pendidikan.".

Transformasi Bank NTB Syari'ah ini juga mendapat apresiasi dari semua pihak khususnya Gubernur NTB Dr. Zulkifliemansyah, Pimpinan Bank Indonesia Pusat, dan Otoritas Jasa Keuangan NTB. Mereka yakin Bank NTB Syari'ah akan mampu menjadi Champions dan rujukan bagi perbankan daerah yang ada di Indonesia.

Harapan kebangkitan itu masih ada. InsyaAllah bersama JSIT Indonesia kita bisa bersinergi membangun bangsa melalui dunia pendidikan. Bersama Bank NTB Syari'ah, kita bangun tatanan perekonomian masyarakat dengan berlandaskan Al-Qur'an dan As-Sunnah. Sebagaimana kepanjangan Bank NTBS yakni Berkah Antum Ninggalin Konvensional, Nikmat Taqwa Berkahnya Surga. JSIT, Jaga Syari'at InsyaAllah Taqwa. Wallahua'lam.