Hijrahnya baginda Nabi Muhammad Saw ke Yasrib menjadi titik tolak penanggalan dalam Islam oleh Khalifah Umar bin Khattab Ra. Bukan tanpa alasan sang Khalifah memutuskan. Tapi banyak spirit yang bisa diambil oleh kaum muslimin khususnya.

Sebelum hijrah, Makkah begitu mencekam. Kemunculan Islam sebagai agama baru bak petir di siang bolong bagi kaum Quraisy. Segala cara akhirnya dihalalkan agar orang-orang yang mengikuti Nabi Muhammad Saw kembali pada agama nenek moyangnya. Menyembah berhala Latta, Uza, Manaf, dan berhala lainnya.

Siksaan demi siksaan tiada henti dirasakan para kaum muslimin. Sejarah mengukir banyak kisah heroik para sahabat. Diantaranya, kisah Bilal bin Rabah ra. Seorang budak. Berkulit hitam. Bertubuh pendek. Diseret di tengah Padang pasir yang panas. Sementara batu menindih tubuhnya. Dicambuk tanpa perikemanusiaan.

Lain Bilal lain pula dengan keluarga Yasir. Pelan namun pasti orang-orang Quraisy menyiksa mereka. Yang akhirnya Yasir dan Istrinya Sumayyah tercatat sebagai Syahidah pertama dalam Islam.

Mencekamnya kondisi umat Islam, membuat para sahabat Rasulullah Saw harus memutuskan meninggalkan kampung halamannya. Berjalan kiloan meter di bawah terik mentari. Bertahan menapaki panasnya gurun pasir. Pergi ke negeri orang tanpa membawa harta demi menyelamatkan keyakinannya.

Spirit hijrah Rasulullah saw dan para sahabat NabiNabi memberikan banyak pelajaran berharha bagi kita.

Pertama, keimanan pada Allah Robbul 'Aalamin adalah harta termahal bagi seorang muslim. Dia tak ternilai dengan harta dunia dan seisinya. Apalagi digadai hanya dengan sekardus mi instan. Atau hanya dengan Rp 100 ribu

Kedua, hijrahnya Rasulullah saw dan para sahabat adalah dalam rangka menyelamatkan iman mereka. Maka bagi kita sekarang, tentunya momen Muharram ini menjadikan diri kita menjadi peribadi yang jauh lebih baik.

Tadinya ogah-ogahan beribadah, menjadi lebih semangat beribadah. Awalnya malas baca Qur'an sekarang jadi lebih rajin baca Qur'an. Tadinya bekerja karena "something" misalnya agar bos happy, sekarang bekerja semata-mata karena Allah. Intinya berupaya menuju yang lebih baik.

Ketiga, seorang Muslim boleh melakukan muamalah, transaksi dalam hal duniawi dengan orang non-muslim.

Saat Rasulullah Saw hijrah, yang diminta Rasulullah Saw sebagai penunjuk jalan adalah seorang Yahudi bernama Abdullah bin Uraiqat Laitsi. Abdullah dikenal sebagai navigator profesional. Meski dia tahu bayaran bagi yang menemukan Nabi Muhammad Saw sangat besar, namun ia tak membocorkan kepergian Rasulullah Saw. Bahkan ia mencari jalan lain yang tak pernah disangka oleh orang-orang Quraisy yang menginginkan Rasulullah Saw.

Keempat, persaudaraan.

Rasulullah Saw, setiba di Yasrib sekarang Madinah adalah mempersaudarakan kaum muslimin Muhajirin dan Anshar. Orang-orang Muhajirin sangat faham kondisi saudaranya meski pertama bertemu, namun karena iman mereka mampu menyuguhkan yang terbaik bagi saudaranya.

Kelima, cinta tanah air.

Rasulullah Saw dan saahabat meski telah hidup aman dan nyaman di Yasrib, namun kerinduan akan kampung halamannya negeri Makkah selalu membuncah dalam dada. Saat waktu yang dirasa tepat untuk kembali, Rasulullah Saw dan para sahabatnya pun kembali ke Makkah. Melepas kerinduannya dalam sujud di Baitullah.

Semoga momentum Muharram ini menjadikan negeri kita menjadi negeri yang yang terus berbenah. Maju. Aman. Terhindar dari segala perpecahan dan permainan dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab.

Bagi seorang muslim, NKRI harga mati. Dan itu telah dibuktikan. Sebagain besar penggagas dan tokoh kemerdekaan Indonesia berasal dari kalangan ulama dan priyayi. Oleh karena itu, tak selayaknya ada Islam fobia di negeri tercinta ini.

Referensi:

Sirah 60 sahabat