Di suatu desa, ada seorang peternak bernama Pak Beno. Ia memelihara itik yang berjumlah 10. Dalam kelompok tersebut terdapat 1 itik yang berbeda dengan teman lainnya. Corak bulunya berwarna hitam keabu-abuan. Berbeda dengan ke 9 temannya yang mempunyai warna bulu yang indah dan bersih. Oleh karena itu, ia dijuluki oleh teman-temannya Si Itik Buruk Rupa. 

Pada suatu ketika, 9 itik berencana bermain  tanpa mengajak Si Itik Buruk Rupa. Mereka malu jika dalam satu kelompok mereka ada yang berbeda corak warnanya. Mengetahui hal tersebut Si Itik Buruk Rupa sedih karena ditinggal oleh teman-temannya. Ia memutuskan untuk berjalan sendiri mengitari desa.

Sedangkan ke 9 teman Si Itik Buruk Rupa bermain lumpur di persawahan. Tanpa disadari, ternyata itu adalah lumpur hidup. Mereka berteriak minta tolong. Di saat itu, Si Itik Buruk Rupa berjalan melewati mereka. Melihat mereka hampir tenggelam di lumpur hidup, Si Itik Buruk Rupa berlari memanggil Pak Beno. 

Beruntunglah mereka, Pak Beno segera menyelamatkan ke 9 itik yang berada di lumpur. Ke 9 itik tersebut lalu meminta maaf pada Si Itik Buruk Rupa, mereka mengakui kesalahannya karena mengejek dan menganggap Si Itik Buruk Rupa bukan teman mereka hanya karena berbeda warna bulunya.

Pak Beno kemudian menasehati mereka, "Meski kalian berbeda, hargailah teman kalian satu sama lainnya. Buat apa mempunyai bulu dan warna yang indah jika hati kalian ternyata tak seindah bulu kalian". Kemudian semenjak itu, Si Itik Buruk Rupa dipanggil oleh teman-temannya menjadi Si Itik Baik Hati.