Endah Hendayani

Hello. Saya Endah Hendayani. Sehari-hari sebagai ibu rumah tangga dan mengajar di SMAN 1 Kota Sukabumi mapel Bahasa Inggris. Senang bergabung dengan Gurusiana t...

Selengkapnya
Navigasi Web
Diari 21 (Catatan Perjalanan di Benua Selatan)

Diari 21 (Catatan Perjalanan di Benua Selatan)

Day 2

Berkenalan

Terjaga oleh dinginnya udara di pagi itu, aku menyangka bahwa aku berada di rumahku sendiri. Tidurku lelap sekali. Kesadaranku masih belum sempurna. Suasana begitu hening dan gelap. Aku berusaha mengingat-ngingat. Sedetik terasa asing. Dimana aku? Lalu tersadar. Aku ada di Flinders street Hilcrest Adelaide di rumah HFku. Kesadaranku sempurna. Mungkinkah sedini itu aku merasakan rindu rumah dan kampung halamanku?

Oh ya, biasanya waktu segitu di kampungku di Indonesia pada umumnya sudah tampak mulai kehidupan. Ada suara yang mengaji di mesjid, suara orang-orang pergi ke pasar, suara kendaraan orang-orang memulai perjalanan, dan lalu suara adzan. Tapi, di sini senyap. Seperti masih dini hari.

Kulirik Bu Heny di ranjang sebelah yang sudah mulai terjaga. Mungkinkah ia juga sedang menyempurnakan kesadarannya dan lalu rindu rumah? Entahlah. Yang jelas Segera aku bangkit dan menyalakan lampu kamar. Semalaman kamar dalam keadaan gelap gulita karena lampu dimatikan. Kuraih telepon genggamku dan kulihat waktu. Jam menunjukkan pukul lima kurang sepuluh menit. Keluarga HF belum ada yang bangun. Oh ya, perbedaan waktu antara Indonesia dan Australia adalah dua jam. Jadi, kalau pukul lima di Ausie sama dengan pukul tiga di Indonesia. Tapi pukul lima di sini masih sangat sepi.

Aku bangkit dan memutuskan untuk segera mandi dan melaksanakan solat subuh. Kuambil handuk dan peralatan mandiku. Kubuka pintu kamar. Seketika cahaya lampu dari kamar menyeruak ruangan gelap. Kutengok kanan kiriku gelap. Agak berdiri bulu kudukku tapi segera kutepis. Rupanya HF mematikan seluruh lampu yang ada di rumah. Jadi, seluruh ruangan gelap. Untungnya kamar mandi kami berada tepat berseberangan dengan kamar tidurku. Hanya terpisah selasar. Jadi, buka pintu kamar tidur sedetik kemudian sudah bisa mencapai kamar mandi.

Tak berlama-lama aku mandi. Aku ambil paket hemat dan cepat. Walaupun tersedia air hangat, rasa dingin sesudahnya pasti dapat membekukanku. Terakhir kuambil air wudhu. Tak ada kran khusus. Yang ada kran di wastafel. Jadilah pada saat membasuh kaki, kaki naik ke wastafel. Segera setelah selesai mandi, aku kembali ke kamar mencari kehangatan melalui bola lampu kamar. Ber, dingin banget. Kuteruskan sholat shubuh.

Kuintip keluar dari balik gorden jendela kamar hari masih gelap di pukul enam. Kenapa ya? Padahal di kampungku jam segitu sudah terang. Lagi-lagi aku membandingkan.

Pukul setengah tujuh aku dan Bu Heny sudah rapi. Di luar hari mulai terang tapi HF belum bangun. Kami menunggu di dalam kamar sambil mengobrol.

Pukul delapan hari sudah terang sempurna. Dan terdengar HF sudah bangun dan menuju dapur. Kami segera keluar kamar dan menemuinya. Kami menyapanya dan segera terlibat obrolan ringan. Tak lama HF berpamitan keluar untuk suatu keperluan dan berjanji akan mengajak kami melihat-lihat rute perjalanan bus pukul sepuluh. Tak lupa HF memberi kami kunci rumah yang boleh kami gunakan kalau kami ingin keluar melihat-lihat sekitar. HF juga memberitahukan kami untuk sarapan. Ada sereal dan susu di kulkas.

Oh ya, HFku seorang perempuan berwajah kaukasoid berumur paruh baya. Beliau seorang single parent dengan dua anak. Beliau bekerja di sebuah perusahaan swasta.

Tak menunggu waktu lama aku dan Bu Heny sarapan. Aku sih lapar juga. Sambil menikmati semangkuk kecil sereal dan susu, aku perhatikan ruang dapur dan sekitarnya. Ruang dapur menyatu dengan ruang keluarga. Tempatnya tidak terlalu luas tapi nyaman. Ada satu set sofa warna krem beralaskan karpet. Ada lemari pajangan pendek. Ada beberapa benda seni di pojokan. Sementara televisi 42 inch menempel di dinding.

Melalui jendela kaca yang lebar, pandangan ini menembus ke sebuah taman mungil di halaman belakang yang asri dan hijau. Ada pahatan di tengahnya. Satu set kursi anyam untuk bersantai di teras rumah menambah kesan elegan.

Setelah sarapan, aku mendekati pintu keluar ingin melihat taman belakang lebih dekat. Kupikir sepertinya asyik juga setelah sarapan lalu duduk santai di kursi sambil memandang ke taman. Kuajak Bu Heny untuk keluar dan duduk di kursi itu tapi beliau memilih di dalam saja. Aku pun mencoba membuka pintu lalu melangkah keluar. Aku duduk di kursi santai itu.

Belum sempet menikmati suasana teras dan taman belakang, tiba-tiba seekor anjing muncul dan nyaris lompat ke pangkuanku sambil menggonggong. Sontak aku berdiri dan menjerit. Si anjing terus mencoba menggapai-gapai aku dan menggonggong. Aku sangat ketakutan. Aku berpikir keras bagaimana melepaskan diri dari si anjing itu sementara butuh tiga langkah menuju pintu. Si anjing terus menggonggong di depanku. Oh My, aku pengen nangis. Bagaimana kalau anjing itu menyerang dan mengigitku. Rasanya aku berada di titik yang paling genting. SOS. Sedetik kemudian Bu Heny membukakan pintu dan menarik tanganku masuk. Dan, terlepaslah aku dari situasi yang menegangkan itu. Lemas.

Ternyata HF memiliki binatang peliharaan seekor anjing. Dan aku telat mengiranya. Anjingnya tidak besar. Bulunya lebat kriwil-kriwil berwarna hitam. Matanya bulat hitam. Mungkin anjing itu tidak bermaksud menggigit aku. Itu hanya reaksinya terhadap orang yang tidak dikenalnya. Tapi aku super kaget dan takut. Secara aku takut anjing.

Kembali ke dalam rumah aku merasa nyaris tak bertenaga. Aku segera ke kamar dan berganti baju takut bajuku terkena cipratan air liurnya. Maksud hati menikmati pagi, gonggongan anjing yang didapati. Duh.

Sambil menunggu HF kembali, pukul sembilanan aku dan Bu Heny mencoba keluar rumah untuk melihat-lihat sekitar. Kesempatan itu kami gunakan untuk mengecek halte bus yang kata HF tidak jauh dari rumah.

Serasa mendapat kebebasan tatkala membuka pintu depan. Yang semalam terlihat gelap dan seram ternyata adalah sebuah kompleks perumahan yang nyaman dan asri. Rumah-rumah tampak berderet rapi, jalan-jalan yang lebar dan mulus, pepohonan yang rindang dan taman asri dan sejuk. Suasana terlihat tenang dan lengang. Nyaris tak tampak orang yang berlalu lalang. Adem.

Kami menyusuri jalan setapak di samping taman. Kami melewati beberapa pohon besar tapi rindang. Setiap rumah yang dilewati tak tampak ada kehidupan. Betul-betul sepi. Selang sepuluh menit kami sampai di jalan raya dan halte terlihat di sana dekat dengan pintu masuk area kompleks. Alright, dekat banget dengan rumah.

Setelah itu kami kembali ke rumah karena ingat ada janji dengan HF untuk mengenal rute kegiatan. Tak lama HFpun kembali dan kami siap berangkat.

Oh ya, sebelum berangkat kami sempat diperkenalkan dulu dengan kedua anak HF. Yang pertama perempuan. Yang kedua laki-laki. Rupanya tadi malam mereka belum pulang dan sekarang baru pada bangun. Anak pertama sedang berkuliah. Sementara anak kedua masih SMA. Setelah itu kami berangkat.

Aha, hari Minggu yang cerah. Sedan hitam yang dikemudikan HF meluncur di jalan aspal kompleks yang halus dan masuk di jalan besar, Foster Road. Tak jauh dari situ, mobil berbelok ke kiri dan kembali menyusuri jalanan diantara kompleks perumahan.

Inilah rute bus yang akan kami lalui selama dua puluh hari ke depan kata HF. Aku merasa takjub dengan suasananya. Cenderung hening. Rumah-rumah berarsitektur dan bercat sama berderet rapi. HF terus nyerocos memberikan informasi, dan aku yang duduk di sampingnya mendengarkan sambil berpandangan ke depan menghapal jalan. Bu Heny duduk di belakang manggut-manggut. Ah, tapi sering juga aku tidak bisa menangkap maksudnya karena HF bicara cepat. Bahasa Inggrisnya sangat teramat lancar. Ya, iya lah. Lol.

Kami memasuki jalanan yang lebih lebar, Hampstead Street. Seingat aku kami lewati juga Walkerville dan Woman and Children Hospital. Lalu masuk ke King Arthur Road, akses langsung menuju pusat kota. Memasuki pusat kota tampak di sebelah kanan Oval Building yang megah. Gedung stadion kebanggaan warga Adelaide. Di sampingnya ada Sungai Toren yang bening bersih membelah kota. Sementara Rowing Club Building, landmarknya Kota Adelaide, ada berdekatan dengan sungai Toren.

Tak jauh setelah melewati Sungai Toren, ada belokan ke kiri. Itulah North Terrace Street yang terkenal itu. Ada Universitas Adelaide di sana. Tapi kami tidak berbelok ke North Terrace Street, kami terus melaju menuju pusat kota. Kota Adelaide cukup ramai tapi tidak padat. Kotanya bersih dan teratur. Ada banyak bangunan unik dan klasik bergaya gotik atau renaisans. Toko-toko berderet manis.

Di pusat kota kami berbelok ke kanan mengikuti rute tram. Tram adalah salah satu sarana transportasi yang ada di kota Adelaide selain bis dan kereta. Rute ini ternyata untuk menuju EDC (Education Development Centre), salah satu tempat yang akan dipakai untuk kegiatan kami. HF sudah sangat hapal tempat-tempat kegiatan kami berhubung ada juga beberapa peserta training sebelumnya stay di rumah HF. Sebenarnya aku tidak mendapatkan jadwal untuk berkegiatan disana. Tapi, kami menurut saja. Paling tidak jadi tahu gedung EDC.

HF banyak memberi penjelasan terutama untuk rute keberangkatan dan kepulangan dari kampus. HF bicara dengan detail dan penuh semangat dan aku yang duduk di sampingnya tekun mendengarkan. Mungkin supaya kami tidak get lost ya. HF gak suka diinterupsi kalau beliau sedang menjelaskan. Baiklah.

Segera setelah informasi rute bus selesai, topik pembicaraan berganti. Sambil on the way home, kami mengobrol tentang kegiatan keseharian hingga pekerjaan. Dari gaya beliau bercerita sambil mengemudi dengan mahir, ku menebaknya beliau adalah sosok wanita mandiri, gesit, tegas, dan to the point.

Sekitar dua jam kami mengelilingi beberapa sudut kota mengikuti rute bus yang mungkin akan kami lalui, kami pulang ke rumah. Lalu kami memasak bersama untuk makan siang. Kali ini menu yang dimasak adalah cream soup dan nasi rendang. Ealah, ada rendang di Australia tapi dalam bentuk instan. Rupanya HF sangat mengerti kami dan mencoba menyediakan makanan khas Indonesia. Aku senang banget. Selesai masak, kami makan siang bersama. Makanku lahap. HF mengalasi piring kami dengan makanan yang banyak. Aku super kenyang. Hups.

Sore hari sekitar pukul setengah lima kami mencoba keluar rumah lagi berjalan-jalan di sekitar kompleks. Kala itu HF sedang keluar rumah dan kami disilahkan kalau kami ingin keluar rumah.

Berjalan ke arah lain di seputaran kompleks agak ke dalam, kami menemukan danau kecil yang cantik. Tapi kami hanya memandangnya sebentar saja. Mengetahui suasana kompleks yang hening cenderung sunyi, tak ada lalu lalang orang membuat kami mempercepat langkah kami kembali ke rumah. Takut disangka orang aneh berjalan-jalan di seputaran kompleks.

Sampai di depan rumah suasana mulai meredup dan semakin sunyi. Yang membuat aku takjub adalah ratusan burung bercicit di beberapa pohon besar dan tinggi dekat rumah senja itu. Wow, hal yang sangat jarang di temukan di Indonesia. Senja yang hening dan dingin ditingkahi burung-burung bercicit. Mungkin itu cicitan orangtua burung yang membawa makanan untuk anak-anaknya dan anak-anak yang sudah tak tahan menanggung lapar. Masha Allah.

Kami masuk ke rumah bersiap melaksanakan sholat magrib. Malampun turun berbalut gelap. Selesai sholat aku dan Bu Heny makan malam berdua saja. HF tidak terlihat. Sepertinya belum pulang dari tadi sore. Begitupun kedua anaknya. Kami di rumah hanya berdua.

Kembali ke kamar, Kami bersiap diri untuk esok memulai hari yang pastinya harus penuh energi. Ya, besok adalah kegiatan dinas hari pertama kami. Kami cukupkan menyetok tenaga malam itu. Hari berlalu dimudahkan. Dan pastinya dunia baru mulai membuka tabirnya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Waaah asyik banget menyimak kisah Ibu. Seruuuu, berasa ada di Australua juga. Kereeen, Bu.

26 Oct
Balas

Wah pengalaman yang menyenangkan . Sukses selalu Mba Endah

06 Oct
Balas

Alhamdulillah bu.. trima kasih udah mampir. Sukses jg buat ibu. Salam..

06 Oct

keren bu..semoga sukses selama di Australia

04 Oct
Balas

Trima kasih ibu.. di australianya sudah selesai. Skg tinggal kenangan. Aamiin. Sukses jg buat ibu..

05 Oct



search

New Post