ENDAH HIDAYATI, S.Pd

Saat kau merasa ingin menyerah, ingatlah apa yang selama ini membuatmu bertahan Mengajar di MAN 2 KOTA KEDIRI. SD, SMP, S...

Selengkapnya
Navigasi Web
Bukan Pintaku

Bukan Pintaku

Bagian 2

Aku memasuki ruang tamu panti agak canggung. Ku lihat ada seorang bapak paro baya yang sedang menunggu antrian . Ody sang penjaga panti kembali dari dalam rumah, menunjukkan kamar pasien untukku. " Mari, Bu. Silakan ." Aku mengikutinya. Kamar nya bersih, ber cat putih. Ada aroma wangi, terpasang kipas angin dinding , sebuah tempat baju. Aku duduk di tepi tempat tidur, menunggu mbak Fitri . Penasaran. Seperti apa dia. Tak lama terdengar pintu berderit , di buka seseorang dari luar. Ini pasti dia. Si Mbak Fitri itu. Benar. Perempuan parobaya usia sekitar 32 tahun, berperawakan sedang, dan masya Allah.... dia benar-benar tidak dapat melihat. Seolah kedua matanya lengket . Ya Allah Yaa Robb, Alhamdulillah ..rasa syukur tak henti- hentinya kuucapkan, atas kesehatan dan karunia yang telah di berikan Allah kepada kami. Melihat di depanku ada seorang wanita yang tuna netra, namun dia mau berusaha dengan segala keterbatasannya itu. Sungguh tegar, kataku dalam batin.

" Ibu, panjenengan yang akan dipijat? Saya Fitri , bu. atau biasa di panggil Mbak Fitri. Siapa nama Ibu? ". Ramah juga mbak Fitri, pikirku. " Bu Lili, mbak." jawabku singkat. " Baik Bu Lili, Silakan di lepas dulu jilbabnya, di taruh digatungan . Ibu pakai jaket? Di lepas juga, biar tidak kusut." perintahnya. Aku pun melepas jilbab dan jaket ku dengan perasaan yang tak menentu. Lebih tepatnya tertegun. Selama ini aku tidak pernah berhadapan langsung apalagi berkomunikasi dengan penyandang tuna netra. Atas kehendak Allah, aku dipertemukan dengan wanita ini. Berkomunikasi santai. Dari raut wajahnya, tampak dia seorang yang tegar, iklhlas menerima keadaan , sebagai seorang tuna netra.

Aku masih heran dengannya. Dia tahu apa yang aku pakai. Mungkin karena terbiasa dengan siapa dia berhadapan. Kebanyakan pelanggannya mungkin selalu menggunakan jilbab, atau memakai jaket. sehingga dia hapal apa yang akan di sampaikan kepada pelanggannya. Masih saja aku tertegun dengan keadaannya, tiba-tiba dia melanjutkan bicaranya, " Bu Lili sudah siap ? Silakan ibu baring, kepala diujung selatan. Permisi, saya nyalakan kipas angin dulu" kata mbak Fitri sambil memutari tempat tidur pasien. Tepatnya dia memegangi tepi tempat tidur pasien, sebagai pegangan . Aku terus mengamati gerak geriknya. Dia menarik benang di bagian bawah kipas, klik..nyala sudah kipasnya. " Permisi ya bu, saya mulai pijatannya. Saya mulai dari kaki ibu." Mbak Fitri memulai pijatannya. Di balurkan krim di kaki ku . Krim beraroma terapi sedikit hangat rasanya. Enak pijatannya. Tidak terlalu kuat tetapi terasa di kakiku. "Gimana Bu, pijatannya?, kurang atau pas? " tanya nya . " Sudah pas, Mbak. Nyaman. " jawabku.

Badannya yang agak besar menyimpan tenaga yang kuat pula, cocok bila dia memijatku yang juga gemuk. Wah.. enak sekali pijatannya, biasanya aku segera tertidur, bila merasakan nikmatnya badan yang di pijat. Maklumlah, pekerjaan ,rutinitas keseharian ku banyak sekali menyita waktu. membutuhkan energi, fisik dan pikiran yang kuat. Aku berangkat pagi, pulang sore kadang malam sehabis Magrib, tergantung kondisi toko tempatku bekerja. Namun karena aku belum begitu mengenalnya, ku tahan rasa kantukku yang luar biasa, apalagi pijatannya yang pas di tubuhku makin mempercepat tidurku.

Mbak Fitri mulai mengajakku ngobrol. " Bu Lili, baru pulang kerja? " tanyanya. "Ya mbak, di bagian pemasaran di toko bangunan." jawabku. Ku pikir dia tidak bertanya lagi, ternyata salah. Mbak Fitri orang yang supel. " Berangkat pagi bu, sore begini baru pulang , nggih ? " seperti dugaanku, pasti akan banyak pertanyaan untukku. Namun memang lazimnya dua orang baru kenal, terlibat obrolan seputar pribadi, keluarga, pekerjaan. Itu sudah pasti menjadi awal pembicaraan. Lama- lama aku pun enjoy dengan mbak Fitri. Aku sudah menyiapkan banyak pertanyaan seputar keadaan mbak Fitri, masih ada waktu yang panjang, senyampang dia masih memijatku. 1,5 jam, akan sangat beda bila kami dalam suasa akrab. Seolah kita sudah mengenal satu sama lain.

Bersambung

# tantangan hari ke 19

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post