ENDAH HIDAYATI, S.Pd

Saat kau merasa ingin menyerah, ingatlah apa yang selama ini membuatmu bertahan Mengajar di MAN 2 KOTA KEDIRI. SD, SMP, S...

Selengkapnya
Navigasi Web
Menggenggam Semesta

Menggenggam Semesta

Bintang sang fajar mulai menampakkan keelokannya di ufuk timur perbukitan daerahku. Semilir angin pagi yang membuat kulit terasa berkerut, berhembus ringan bersama gemericik segar air hujan yang turun berintik-rintik. Di tengah dinginnya hawa pagi, aku memaksa kedua mataku untuk menyambut bagaimana sang surya memulai tugasnya dengan begitu sempurna.

Ya, aku adalah Widyawati, seorang gadis pelajar yang baru saja menginjakkan kaki di bangku SMA. Tentu, aku baru saja meninggalkan indahnyaa masa-masa SMP sekitar enam bulan yang lalu. Menjadi pelajar putih abu-abu.

Ketika aku tengah bersuka cita dengan lingkungan baru, banyak yang berubah. Mereka, teman-temanku yang dulu selalu menjadi motivasiku, mereka yang selalu bersemangat untuk belajar dan menyambut sukses di masa depan, kali ini mereka telah berpisah .tidak bersekolah di tempat yang sama denganku. Teman baru yang punya tujuan yang sama. untuk bersiap menyambut sukses di masa depan.

Aku banyak mengalami kesulitan di bangku SMA ini. Segalanya lebih rumit dari yang kukira. Apa itu kimia, ada fisika ,ada ekonomi, geografi serta pelajaran lain yang ku tidak cepat dapat menerimanya. Namun karena aku ingin berhasil, maka tekad ku harus dapat menyelesaikannya. Itu artinya aku harus lebih giat belajar.

Bukankah kemudahan akan datang sesudah kesulitan? Tentu, aku percaya. Kali ini aku menghabiskan jam istirahatku di dalam kelas dan memilhi untuk bergulat dengan cantiknya rumus-rumus matematika

Aku pun hanya tersenyum. “Bukankah Allah SWT telah menjanjikan bahwa sesudah kesulitan ada kemudahan?” kataku sambil tersenyum. “Pikirkan sekali lagi, kali ini tindakan pemerintah dalam hal pendidikan benar-benar berat sebelah! Lihat mereka, pelajar yang hidup di kota besar, berfasilitas lengkap, tentu saja mereka bisa hidup dengan nyaman bersama kurikulum baru itu. Lalu bagaimana dengan kita? Di desa terpencil, masih sangat jauh jika dibandingkan dengan masyarakat modern, apa pemerintah benar-benar menghendaki pendidikan di negeri ini berjalan semakin semrawut?” kata Indy mengelak. “Pantas saja, bangsa ini dianggap terbelakang oleh negara lain. Toh, pernyataan itupun juga benar jika menilik kembali bagaimana pemerintah menjalankan dimensi pendidikan bangsa ini.” Mita menambahi.

Ketika kita belajar, kita hanya perlu berlaku sebagai orang tuli, yang tidak pernah mendengar apa yang dikatakan semua orang tentang kita, yang selalu menatap ke depan, menatap tujuan utama kita tanpa mempedulikan apa yang semua orang katakan, kataku dalam hati.

***

“..Ujian Akhir Sekolah akan segera tiba. Jadi anak-anak, bapak berharap kalian mampu menyelesaikan Ujian Akhir Sekolah dengan lancar, sehingga kalianpun dapat meningkatkan sumber potensi kalian masing-masing. Karena pada dasarnya, Kurikulum ini lebih menuntut siswa untuk menjadi anak negeri yang lebih unggul, berprestasi, dan kompeten. Semoga, kalian dapat melewati Ujian Akhir Sekolah ini dengan baik.” Setidaknya, itulah sepenggal amanat perihal Ujian Akhir Sekolah pada kurikulum baru dari kepala sekolah kami, SMA Tunas Bangsa, yang tadi beliau sampaikan ketika upacara berlangsung.

Setelah upacara usai, siswa-siswa kembali ke kelas mereka masing-masing. Di dalam kelas, terjadi percakapan kecil antara aku dan teman-temanku.

“Satu minggu lagi, ujian telah tiba, sampai kapan kalian tidak mau belajar bersamaku?” tanyaku kepada semua teman-teman yang ada di dalam kelas. “Tidakkah kalian sadar, dengan tidak mau belajar, saat ini kalian sedang menyiksa diri kalian sendiri? Bukankah kalian pernah mengatakan bahwa kesuksesan tidak akan pernah datang tanpa usaha, dan usaha tidak akan pernah ada tanpa kemauan?” aku melanjutkan.

“Bukan begitu, Widya. Kami hanya kesal dengan setiap perubahan kurikulum. Bukankah kamu sendiri juga tahu, kurikulum baru ini sangat menyiksa kita.” Kali ini Andini yang berbicara. “Aku takut menghadapi ujian dengan kurikulum baru, kurasa terlalu berat,” Putri menambahi. “Kita hanya perlu memulai. Bukankah Tuhan selalu menilai proses, bukan hasil?” aku tersenyum.

***

Aku bermimpi nama sekolahku ditulis paling awal di atas kertas pengumuman peringkat nilai rata-rata Ujian Akhir Sekolah se-Kabupaten dan Kota. Lihat saja, suatu saat nanti kalian akan mendapati mimpi itu menjadi sejarah besar.

“Mari belajar, bersamaku,”

Aku menoleh dan mendapati Mita tengah berdiri di sampingku. Apakah kalimat yang baru saja aku dengar tadi benar-benar diucapkan oleh Mita? Ya Tuhan...

“Dan bersamaku juga.” Kali ini Indy yang berbicara.

“Mari belajar, bersama kami!” Teman-temanku berseru.

“Mari!” Aku tersenyum.

***

Hari demi hari telah berlalu. Aku dan teman-temanku tengah berjuang keras untuk belajar, sebagai persiapan kami untuk menyambut ujian. Kali ini, aku baru menemukan semangat mereka yang sempat terlupakan. Hingga pada waktunya, satu minggu telah terlewati dengan usaha keras kami. Tibalah saatnya menyambut ujian bersama-sama.

“Kerjakan dengan baik, seperti ketika kita sedang belajar, bersama-sama!” aku berseru kepada teman-temanku.

Ketika ujian tengah berlangsung, kami benar-benar mengerjakan soal ujiaan dengan serius dan tentu saja tidak melupakan harapan kami, SMA Tunas Bangsa menjadi nomor satu. Mimpi kami bukan hanya sekedar mimpi, mimpi adalah harapan dengan kekuatan super besar. Setiap mimpi mempunyai prosesnya masing-masing untuk menjadi nyata. Mimpi yang besar adalah kombinasi dari usaha, doa, dan tawakal.

Di pagi yang penuh dengan kebahagiaan ini, aku bangun dengan berjuta mimpi di langit kotaku. Ujian Akhir Sekolah telah berlalu. Menghitung detik. Hanya tinggal menghitung detik kami bisa mengetahui hasil dari kerja keras kami selama ini. Ya Tuhan... ketika semua berawal, pasti akan berakhir, ketika semua terasa sulit, akan ada saatnya semua berubah menjadi sangat mudah,kala itu, bahagia telah menanti. Ku mohon, biarkan kami menggenggamkan semesta untuk sekolah kami tercinta

***

‘’Seberat apapun harimu, jangan biarkan siapapun membuatmu merasa tidak pantas mendapatkan apa yang kau impikan. Lupakan kesedihan dan rasa mengeluh, hanya perlu bertindak, menatap satu tujuan utama yang menjadi sumber kekuatanmu. Saat kau merasa ingin menyerah, ingatlah apa yang selama ini membuatmu mampu bertahan.’’gumamku sementara air mata kami tidak lagi mampu terbendung ketika kertas pengumuman telah berbicara bahwa nilai rata-rata Ujian Akhir Sekolah SMA Tunas Bangsa berada di urutan pertama.

Bukankah semua selalu berawal dari mimpi? Tentu saja.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post