TENGGELAMNYA ASA
Bagian 4
Yura bermaksud jalan kaki pulang ke rumahnya. Yura merasa jarak sekolah ke rumahnya tidak jauh. Baginya sekarang, angkot tidak lagi penting. Dorongan jalan kaki begitu kuat. Merasa sangat ringan tubuhnya, tidak seperti hari-hari sebelumya. Nafasnya terasa sangat longgar, tidak terasa sedikitpun sakit di kepalanya , tidak ada nyeri di dada . Yura bahkan menikmati perjalanan dengan bernyanyi kecil. Sangat bahagia. Yura menuju masjid dekat pasar yang di laluinya .Setelah dhuhur Yura tetap semangat berjalan menyusuri jalan kesehariaannya.
Dalam perjalanan pulang, dia jumpai banyak orang yang di kenalnya. Yura senantiasa tersenyum pada mereka. Lagi-lagi tidak di balas senyumnya. Tanpa ekspresi. Namun Yura tidak kecewa. Yura tetap saja bernyanyi kecil.
Tiba-tiba Yura ingat temannya yang menjual alat-alat elektronik. Yura bergegas ke toko temannya. Bimbim namanya. Mereka berdua sering terlibat dalam membuat rangkaian robot-robot yang akan di ikutkan dalam lomba robotic di sekolahnya. Bimbim selalu sabar membimbingnya. Yura akan diskusi tentang lomba yang akan datang. Yura bersemangat sekali. Dilhatnya toko masih ramai. Bimbim masih sibuk melayani pembeli. Bimbim sangat cekatan melayani pelanggan." Kasihan Bimbim, tidak bisa melanjutkan sekolah," Yura bergumam.
Akhirnya toko telah mulai sepi. Waktu menunjukkan pukul 14.00 WIB. Yura melambaikan tangannya ke arah Bimbim. Jelas sekali terlihat kalau Bimbim mengetahui kedatangannya. Namun sedikitpun tiada respon dari temannya itu. Yura tidak peduli. Tetap santai mendatangi temannya. "'Bim, sudah makan?' Yuk makan di luar, " ajak Yura pada temannya .Alih- alih mengiyakan. Bimbim justru melangkah pergi menjauhi Yura . Tanpa senyum. Tanpa bicara. Yura tidak dapat berbuat apapun. Menahan kecewa, Yura keluar toko.
Yura melanjutkan kepulangannya. "Ibu pasti cemas menungguku , tadi tidak sempat pamitan, aku harus segera pulang, " gumamnya. Di dekat rumah, Yura berpapasan dengan orang- orang berbaju hitam. Ada bendera duka terpasang jelas di depan rumahnya. Nampak wajah- wajah berduka. Yura semakin bingung, dipercepat jalannya menuju rumah. " Siapa yang meninggal? Ada ayah dan ibu , bude, pak Dhe, kenapa semua menangis? Apa yang terjadi? " gumamnya. Ada banyak tamu didalam rumah, mengelilingi orang tua dan kerabat nya. Tak sabar Yura mendekati ayahnya," Yah, siapa yang meninggal? Dengan penasaran yang memuncak Yura, menggoyang-goyang tangan ayahnya. Namun ayahnya tak segera menjawab. Semua yang berkumpul di ruang tamu tidak ada satupun yang menghiraukannya. Yang lebih mengejutkan, teman-teman sekelasnya serta guru wali kelasnya telah berada di ruangan yang sama. Diam seribu bahasa. semuanya menunduk, terisak tertahan. Ibunya berkali-kali pingsan. Bude sibuk menerima tamu yang datang, tanpa kata. Yura mendekati teman-temannya. semuanya bungkam. Lagi-lagi tidak ada jawaban. Mereka tidak ada yang membalas pandangan penuh makna Yura. Yura akhirnya berhenti bertanya, ditengah rasa penasaran, ketika dia menyaksikan ada jasad terbaring kaku , terbungkus kain kafan. adalah dirinya sendiri. Bagai disambar petir ,kaget, menghentak jiwanya yang terpisah dari raganya.
Innalillahi wainna ilaihi roojiuun. Yura telah tiada, menghadap sang Khalik dengan rasa damai, tentram, tanpa rasa sakit lagi.
Tamat
Kediri, 29 Januari 2020
# Tantangan hari ke -12
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar