Ini Kisahku
#TantanganGurusiana Hari Ke-42
Mentari menyapa manja. Menyapu kabut memudar lembut. Rencana hari ini akan kuayunkan kembali sepeda yang lama tak kusapa. Sepertinya pedal usang tak patah arang kalau hanya sekedar memutar lewat jembatan layang. Sepeda warisan nenek menjadi satu-satunya kendaraan tradisional yang masih menyisakan kenangan.
Si Andi, teman seusiaku, tetiba mengirim pesan digawai malam itu. Mengajakku kembali memutar roda sepeda di sekitar desa. Mengajak berangkat selepas subuh, ternyata isapan jempol konyol. Andi sangat sulit terjaga selepas salat subuhnya. Kutekan simbol telepon berulang kali, tak ada jawaban yang dinanti.
Akhirnya, kuputuskan menyapanya di rumah seberang sana. Tak kusangka dua sepeda telah disiapkannya. Benar saja, diatas kasur, badan Andi masih terbujur. Berselimut hijau tua, kesayangannya. Kubangunkan. Meski masih setengah sadar, kuajaknya bergegas sebelum siang merampas. Ya, akhirnya bisa kuayunkan sepedaku. Ah, bahagianya. Bisa kurajut pagi bersama Andi. Ini kisahku. Aku, yang memotret dua remaja di depanku.
Salam Literasi
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Asyiiiikkk. bersepeda berdua
ayo, mam... agendakan
Asyik naik sepeda..sy ga bisa lagi takut
takut kenapa, bun?
Enak ya bisa naik sepeda , sambil santai
iya, Bun... ayo-ayo naik sepeda