#TantanganGurusiana Hari Ke-14

Siapa yang dulu ingin mengabadikan gambar harus datang ke studio foto? Dengan background 'imitasi' seolah kita berada di suatu tempat. Contoh saja kita ingin foto ala pantai. Ada, nih, di strudio foto background gambar kain lengkap dengan sunset dan lambaian pohon kelapa.

(Membayangakan atau teringat zaman penjajahan?)

Hehehe....

Sama, kok. Dulu mau nenyetak foto sana harus melalui proses yang sangat panjang. Iya, kan? Ingat, ya (bagi yang mengalami), foto dulu, dicuci filmnya yang kemudian jadi klise film atau biasa disebut film negatif, baru dicefak ke kertas. Mencetakpun harus diberikan cahaya di kertas melalui larutan kimia.

Riweh, ya?

Beda dengan foto digital zaman sekarang yang sangat dimanjakan dengan teknologi. Sekarang hanya tinggal menyalakan kamera, menangkap gambar kemudian melalui sensor kemudian akan tersimpan dalam file digital seperti JPG dan penyimpanan otomatis akan tersimpan dalam memory telepon pintar atau dalam chip memory card. Proses cetaknya juga terbilang lebih praktis. Dimana hanya tinggal memindahkan file foto ke dalam komputer lalu dicetak dg mesin atau printer pencetak.

Dan cerita kekaguman akan klise film dimulai. Mohon izin menuliskan kembali (apabila pernah ditulis sebelumnya). Secara tidak sengaja melihat video bagaimana mengubah klise film atau film negatif ini menjadi foto digital. Jika ingin melihatnya kembali kita bisa mengubah gambar atau merepro gambar yang tersimpan di klise film dibuat menjadi foto digital.

Ternyata, caranya sangat mudah. Langkahnya adalah:

Secara otomatisi akan membuat bayangan film negatif yang diberi bayangan cahaya ini akan menjadi foto digital di kamera kita.

Mudah kan, mengulang gambar di klise film? Semudah kita menekan fungsi tombol di gawai kita.

Klise film akan menjadi jejak sejarah digital kita. Mari kita klisekan kembali sebagai jejak kenangan di masa sekarang.

Selamat mencoba

Salam Literasi