endah susilawati

Guru SMKN 1 Nglegok Kab Blitar Menulis apa saja untuk meningkatkan kompetensi ...

Selengkapnya
Navigasi Web

Indahnya Silaturahmi

 

Tantangan hari ke 89

Dalam agama Islam menyambung silaturahmi itu sangat dianjurkan. Sedemikian baiknya, maka kondisi sebaliknya yaitu memutuskan silaturahmi diancam dengan hukuman haram masuk surga. 

Secara sederhana saya memaknai menyambung silaturahmi itu ya berbuat baik. Salah satu bentuk berbuat baik adalah saling berkunjung. Saudara saling mengunjungi saudaranya. Teman saling mengunjungi temannya. Tidak harus menunggu undangan semisal undangan walimah atau undangan makan-makan. 

Bagi masyarakat jawa terutama masyarakat yang hidup di pedesaan, mendapat tamu adalah sebuah kehormatan. Tuan rumah akan berusaha menerima dan menjamu dengan apa yang dimilikinya. Dalam urusan menerima tamu ini ada filosofi gupuh, lungguh, suguh. Gupuh artinya bergegas atau bersegera. Dalam hal ini, petuah para pendahulu kita, bila ada tamu datang hendaknya kita menunjukkan sikap antusias. Kita sambut tamu dengan hangat dan kita tunjukkan bahwa kita berkenan dengan kedatangan mereka. Tamu yang diterima dengan antusias akan merasa nyaman. Mungkin saat itu kita lelah atau sedang menghadapi masalah, tetapi saat menerima tamu kita tidak perlu menunjukkan kelelahan kita. 

Lungguh artinya duduk. Dalam hal ini lungguh berarti sebagai tuan rumah kita harus segera memberi tempat duduk tamu kita. Kita persilahkan tamu duduk di tempat yang nyaman. Meskipun bukan sofa yang empuk, melainkan yang kita miliki. Kadang-kadang orang desa hanya mempunyai lincak yang sederhana, tetapi sikap dan penerimaan kita yang baik terhadap tamu akan memberikan rasa nyaman bagi mereka. 

Selanjutnya adalah suguh. Suguh berarti hidang atau menghidangkan. Orang desa pada umumnya berusaha menghormati tamu dengan menjamu apa yang dimilikinya. Kalau dia mempunyai pohon kelapa biasanya disuguhi kepala muda. Kalau mereka punya tanaman ketela, mereka akan menyuguhi tamu dengan makanan berasal dari bahan dasar ketela. Orang desa juga biasanya membagikan tanaman hasil kebun atau sawah mereka. Panen cabai, tamunya diberi cabai. Paneh terung ya tamunya diberi terung. Mereka tidak rikuh sama sekali memberikan apa yang mereka miliki kepada tamunya. Bahkan bila pemberian itu ditolak, mereka akan merasa tersinggung. 

Nuansa kehangatan dan kekeluargaan seperti itu masih sering saya temui. Seperti hari ini. Saya bertandang ke rumah teman untuk mengambil kunci. Saat pulang saya membawa sirsat, terung dan cabai. Semua hasil kebun sendiri. Rejeki memang Allah yang menentukan. Kali ini melalui hal baik yang dianjurkan, silaturahmi. 

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post