Membaca, Cara Mudah Menjadi Pintar
Tantangan hari ke 66
Menjadi pintar adalah hak setiap orang. Dan menentukan dengan cara apa untuk menjadi pintar adalah juga hak setiap orang. Bahkan termasuk apakah seseorang ingin menjadi pintar atau tetap bertahan dalam kebodohannya, itu juga hak setiap orang.
Ini tentu sangat berbeda dengan kondisi bangsa kita satu atau dua abad yang lalu. Ketika bangsa kita dijajah, bangsa kita tidak diperbolehkan menjadi pintar. Mengapa? Karena penjajah tidak menginginkan kita pintar. Tentu saja agar mereka tetap bertahan menjajah kita.
Nabi Muhammad dalam salah satu hadistnya yang terkenal memerintahkan kita untuk menuntut ilmu. Bukankah itu berarti setiap orang wajib menjadi pintar. Kita diperintahkan mencari ilmu meskipun untuk itu kita harus menghadapi masalah atau menempuh jarak yang sangat jauh.
Banyak cara ditempuh agar menjadi pintar. Salah satu diantaranya adalah dengan membaca. Membaca dalam arti sebenarnya. Membaca merupakan salah satu cara mudah untuk menjadi pintar. Dengan membaca kita mendapatkan informasi, mengolahnya dan mengambil pengalaman baru dari buku yang kita baca. Dengan membaca kita menyelami jalan pikiran penulis. Mungkin ada bagian-bagian yang sesuai dengan jalan pikiran kita, mungkin juga ada yang bertentangan. Ketika jalan pikiran kita sama dengan jalan pikiran penulis maka akan terjadi penguatan, sementara ketika jalan pikiran kita berbeda dengan jalan pikiran penulis akan terjadi komparasi atau pembandingan. Membandingkan merupakan usaha untuk menakar pemahaman.
Hari ini, membaca adalah hal mudah yang nyaris tanpa modal. Kita dapat mengunduh buku elektronik tak berbayar. Materi-materi pelatihan biasanya dibagi dan bisa diunduh oleh siapapun. Aplikasi perpustakaan dapat kita instal di gaway dan dengannya setiap saat kita bisa meminjam buku yang kita sukai. Intinya, membaca bukanlah hambatan bagi kita yang hidup di jaman yang serba klik ini.
Tetapi mengapa literasi kita rendah? Mengapa daya baca kita rendah? Mengapa angka kunjungan perpustakaan rendah? Padahal angka buta huruf di Indonesia semakin kecil angkanya dari waktu ke waktu. Itu artinya semakin banyak orang Indonesia yang melek aksara dari pada yang buta aksara. Tentu keduanya tidak sejalan. Artinya peningkatan jumlah orang yang melek aksara tidak secara otomatis meningkatkan daya baca masyarakat kita.
Membaca seharusnya menjadi gerakan yang ditularkan dari generasi ke generasi. Orangtua menularkan kepada anaknya dan guru menularkan kepada muridnya. Sulit mendapati anak-anak membaca sementara orangtua tidak melakukannya. Bagaimana mungkin anak-anak disuruh membaca tetapi mereka tidak pernah melihat ayahnya atau ibunya atau gurunya membaca. Mereka membutuhkan keteladanan.
Maka, dimulai dari dari diri sendiri, marilah kita budayakan membaca. Pilihlah bacaan yang Anda sukai dan disiplinkan diri membaca meski satu atau dua halaman setiap hari. Anda akan mendapatkan manfaatkan di kemudian hari.
#TantanganGurusianaharike66
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Tulisan yang menggugah pemikiran.Semangat!
Terimakasih bapak Salam
Salam literasi
Salam
Sangat bermanfaat, salam literasi..
Salam literasiTerimakasih bunda
Salam literasiTerimakasih bunda