Endang Artiati Suhesti - guru BK da

Seorang guru bimbingan dan konseling dan penulis buku Bagaimana Konselor Sekolah Bersikap? , 77 games berkarakter dalam bimbingan dan konseling dan sejumlah art...

Selengkapnya
Navigasi Web

IUD ku

IUD, alat KB yang baru aku sentuh sejak empat tahun terpasang dalam rahimku..ya benda berbentuk seperti huruf T itu baru saja berhasil dilepaskan oleh seorang dokter bergelar SPog.

Tepatnya hari ini, Jumat tanggal dua Maret 2018, pas adzan Maghrib berkumandang. Untuk kedua kalinya aku masuk kamar priksa seorang bidan yang bekerja sama dengan dokter kandungan.

Bidan yang aku temui bidan senior, perawakannya gemuk dengan jilbab besar,betul-betul diluar pikiranku.(red: aku baru bertemu beliau kali pertama ini)

Sebelumnya aku masuk kamar priksa bidan senior juga, tetapi lain tempat. Tujuannya sama untuk lepas iud. Tapi setelah othak athik ada setengah jam gagal..bidannya bilang " mbak Dateng lagi pas mentruasi hari kelima ya, soale iudnya tidak terlihat "

"Ya" jawabku tapi dalam hati tidak mau kembali, udah malu rasanya..

Nah bidan yang kedua ini jedanya cukup lama lho, ada setengah tahunan..

Untuk bidan yang kedua ini, aku menaruh harapan besar sebab selain sudah senior, bidan ini katanya udah sering nglepasin iud yang dipasang dari rumah sakit xxx.

Melawan rasa malu, diriku mengangkang sesuai intruksi bidannya..dan mulailah aktivitas ibue dan peralatan yang hanya terdengar denting nb ya di telinga ku.

Detik berlalu terasa lama. Apalagi ibue minta ambil peralatan lain

"Mbak tolong ambilkan alat yang ada geriginya, pakai yang ini sulit mbak" ujar bidannya kepada asistennya.

Ziiing....aku hanya bisa gelisah tutup mata dan memainkan jemarinya. Apakah akan seperti dulu lagi? Gagal maning?

Sakit? Aku jawab linu serasa ada benda dimasukkan dalam perut..linu dan sedikit sakit.

" wah ini tidak bisa harus dokternya" ujar bidannya memecahkan rasa linu sakit dan malu-ku.

Jreng..jreng..jreng..aku dibiarkannya dalam posisi mengangkang dengan alat yang rasanya masih menempel di mulut rahim ku. Sementara sang bidan memanggil dokter di kamar sebelah.

Beberapa saat kemudian sang dokter yang dipanggil datang.Pfuuff..rasanya lama nian..

Dokter datang dan ya raut wajahnya santai santai ajah..dengan dibantu dua assiten dari bidan dan satu assisten pribadi dokter mulailah aku digarapnya.

"Bu, coba pakai alat yang satu Bu. Pakai alat yang ini malah susah" kata sang SPog kepada Bu Bidan.

" ya. Coba mbak ambilkan. Kemarin ada kok baru diseteril" jawab sang bidan sembari meminta asistennya untuk mencarikan alat yang dimaksud.

" aku yang mendengarkan percakapan itu sempat berpikir. Eh pakai alat yang tidak biasa digunakan ya..waduh.."kataku dalam hati.

"Ada lho Bu. Aku ingat ibu punya." seru sang dokter yang berperawakan agak gempal

Tak berapa lama alatnya ketemu dan apa yang dokter lakukan sebelum menggunakan alat itu.

Dokter mencoba menyapaku..

" Bu.. Bu..lihat ini..tak tembak lho pakai alat ini.dor.." ujar sang dokter sambil menunjuk kan alatnya kepadaku..

Aku yang lagi kepayahan menahan malu hanya bisa meringis saja..

" sekarang tak tembak dokternya dulu ya.ntar malam ditembak bapak biar hamil" ujar sang dokter. Datar.

Aku makin meringis..

Detik berlalu menit berjalan terasa lambat. Aku memejamkan mata..berusaha untuk tidak tegang.berusaha untuk menikmati rasa ngilu saat alat alat masuk dalam mulut rahim ku. Mau menjert jelas tidak lah..duh tapi tetep rasanya kedua kaki ini agak tegang..tak bisa seratus persen lemas sempurna.

"Lho kok tidak ada ya" sahut sang dokter diantara salawat selepas adzan Magrib.

"Tidak teraba dok?" tanya Bidan

"Tadi di USG ada kok.tapi kok ini tidak ada.."sahut sang dokter yang berkulit sawo matang.

" Coba Bu tekan rahimnya", pinta dokter kepada Bu bidan yang langsung ditindaklanjuti.

"Mbak lemes mbak..jangan mengejan" seru Bu bidan sambil menekan rahimku.

"Ya Bu".jawabku walaupun dalam hati rasanya agak geli di tekan gitu.

Dua kali ditekan oleh Bubidan. Dan sang dokter dengan khusuk mencari-cari dengan alat. Aku sempat berkata dalam hati

" hehehehe. Coba bisa nggak dok? Sekelas dokter lho.." batin ku sambil tersenyum meringis menahan ngilu-ngilu.

"Masa ambil spiral Ampe kayak gini" ujar sang dokter sambil tetap mencari-cari iudnya.

Aku sempat berpikir, apa harusnya ambil iud itu tidak kayak gini ya..pas lagi mikir kayak gitu..Bu bidan yang masih berdiri di samping ku langsung mengusapkan tangannya ke wajahku..

"Mbak bersyukur mbak..bisa diambil.. Bilang terima kasih sama pak dokter".. Serunya.

" eh bisa ya..",jawabku spontan agak kaget campur bersyukur. "Terimakasih pak dokter lanjutku kemudian.

" apa masangnya salah pak dokter kok jadi sulit" tanya ku spontan.

"Ya tidak" jawab pak dokter masih datar datar saja.

Finishnya.. Alat kelamin ku dibasuh air oleh asisten bidan karena ada darah yang keluar. Setelah itu aku diperbolehkan keluar dan menunggu di kamar pendaftaran untuk mendapatkan penjelasan.

Oke..aku pun menunggu beberapa menit. Assiten bidan menemani ku sebentar dan terlibat obrolan pendek sebelum pamit mau sholat Maghrib terlebih dahulu.

"Mbak perjuangan ya mbak.tapi Alhamdulillah lho mbak"

"Iya mbak perjuangan ini. Emang biasanya tidak sesulit tadi ya mbak kalo ambil iud?

" Ndak mbak, biasanya gampang banget kok mbak"

"Oh"

"Mbak sama siapa?"

"Lha ini sama si kecil"

"Suaminya?"

"Ndak ikut mbak..belum pulang"

"Oh"

Tak berapa lama Bu bidan dateng.dan langsung memberi penjelasan.

"Maaf ya mbak nunggu, barusan ditimbali (red:dipanggil) pak dokter. Mbak bersyukur lho.ini tadi hampir tidak bisa.kalo tidak bisa saya rujuk ke rumah sakit. Jadi punya mbak rahimnya nekuk terlalu dalam jadi ambil iudnya agak sulit" jelas Bu bidan.

"Nekuk terlalu dalem itu bagaimana Bu? Apa karena jatuh atau bagaimana? Tanya ku agak cemas.

" Rahim biasanya posisinya tidak menekuk.tapi punya mbak menekuk ke dalam. Tapi tidak apa apa. Itu udah diparingi (red:diberi) Gusti Allah.. Udah tidak apa apa. Nanti kalo hamil lahirnya sesar aja trus pakai iud lagi" jelas Bu bidan keibuan.

"ya_Bu. Jadi habisnya berapa Bu?

"Tujuh ratus tujuh puluh lima ribu rupiah. Ini obatnya dihabiskan ya mbak"

jreeeeeeeeng Wooooowwwwww.. Angkanya fantastik di luar kepala. Jelas..aku tidak bawa uang segitu. Ada di dompet uang lima ratu ribu kurang lima puluh ribu karena sudah buat belanja susu dan dua lembar seratus ribuan yang niat nya untuk bayar..

Aku keluarkan dompet dan memang yang aku taruh di meja hanya sebesar enam ratus lima puluh ribu rupiah

"Aduh kurang Bu" setuju polos.

"Seadanya dulu, kurang tidak apa apa." sahut sang bidan.

"Bentar ya Bu, aku ke ATM dulu"

Kartu ATM Alhamdulillah masih bertengger dalam dompet ku, padahal biasanya tidak aku bawa.

Ya akhirnya sudah aku lunasi dan janjiku pada suami juga udah aku lunasi untuk mencopot iud.

Sah. Cilongok 2 Maret 2018

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Saya suka tulisannya san saya sudah lupa dengan bentuk IUD dan rasa ngilunya itu salam kenal salam Literasi

03 Mar
Balas



search

New Post