Sore itu tidak hujan di bulan November 2017 tepatnya di Kamis tanggal 2, H-2 menuju hari lahirku 35 tahun yang lalu.

Tak seperti biasanya di sebelah rumah ada suara suara yang mengisyaratkan seseorang sedang melakukan kegiatan. Aku ingin beranjak untuk melihat ada apa gerangan, karena tidak seperti biasanya yang terasa lengang. Tapi aku coba untuk bertahan beberapa menit, mencoba mendengarkan suara suara itu dan mulai menebak. "Sepertinya seseorang sedang mencoba menebang dahan pohon", ujarku dalam hati.

Kutengok kaca ruang tamu, dan kulihat ada Pak Udin di sana, beliau adalah tetangga sebelah selatan rumahku. Rumah kami hanya berbatas sepetak tanah kosong milik Pak Udin. Ya aku rasa Pak Udin sedang memberi komando kepada seseorang.

Beberapa menit kemudian terdengar deru suaramesin, "Ngooooong...Ngooooong...Ngooooong!", membuat anak lelaki ku memelukku erat dengan tiba-tiba. " Apa itu Maak!", jerit suara kecilnya.

"Sayang itu suara mesin untuk menebang pohon" kataku kepada anaku..

"Ayo kita lihat yuuk" kataku mengajak anak lelaki.

"Emooh"

"Ndak papa" ayoo kita lihatsaja kataku.

Ada rasa gembira yang menyeruak dalam dadaku. Pohon durian itu memang serasa kotoran. Hidung bagiku, sudah benar-benar ingin aku buang. Lima tahun sudah penantianku agar pohon durian itu ditebang..

Memang jarak pohon durian itu dengan rumahku hanya 0,5 meter saja. Daunnya yang berguguran banyak yang jatuh di atap garasi motorku..dan untuk membersihkannya, aku harus minta tolong suamiku untuk naik ke atap garasi motorku...

Alhamdulillah... Satu persatu mimpiku terwujud. Arai benar.."bermimpilah maka Tuhan akan memeluk mimpi mimpi kita" itu kata Arai dalam tetraloginya Andrea Hirata.

Sekarang rasanya lega. Pohon durian..ketiadaanmu membuat hatiku senang sesenang hatiku saat naskah buku 77 games berkarakter dalam bimbingan dan konseling diterbitkan jadi sebuah buku.