Endang Ayu Patrianingsih,SSi.MPd.

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran Koneksi Antarmateri

Modul 3.1. Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran

3.1.a.9. Koneksi Antarmateri

CGP: Endang Ayu Patrianingsih

SMA Negeri 1 Takalar – Kabupaten Takalar - Sulawesi Selatan

3.1.A.9. KONEKSI ANTARMATERI

v Pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka Pendidikan Pengambilan keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran

Filosofi Pratap Trikola tidak lain adalah Semboyan Pendidikan Nasional, yaitu

Ø Ing Ngarsa Sung Tulada, artinya di depan memberi teladan

Ø Ing Madya Mangun Karsa, artinya di tengah memberi semangat

Ø Tut Wuri Handayani, artinya di belakang memberi dukungan

Filosofi Pratap triloka ini sangat mempengaruhi guru sebagai pemimpin pembelajaran dan pengambilan keputusan. Ing Ngarsa sung tulada mengandung filosofi bahwa guru adalah teladan yang patut menjadi contoh yang baik bagi murid. Pengambilan keputusan yang diambil oleh guru dalam menyelasikan masalah-masalah yang terjadi di kelas dapat menjadi pembelajaran bermakna bagi murid yang dapat dijadikan contoh dalam pengambilan keputusan. Teladan itu dari penerapan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran yang menerapkan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan keputusan dan pengujian keputusan.

Ing madya mangun karso: Ketika guru berada pada posisi pemberi semangat dan motivasi bagi murid, murid tentu merasa memiliki kemauan yang kuat dari dalam dirinya bahwa mereka mempunyai potensi yang dapat digunakan dalam menghadapi tantangan dan problem kehidupan. Motivasi yang ada dalam diri dapat menjadi kekuatan untuk memiliki jiwa mandiri, kreatif dan bertanggung jawab.

Tut Wuri Handayani: Guru memberi dukungan dari belakang, hal ini pun memiliki pengaruh besar dalam pengambilan keputusan dimana dalam proses pengambilan keputusan guru sangat perlu untuk mempertimbangkan banyak hal seperti kejelasan suatu kasus, guru juga dapat menfasilitasi proses pengambilan keputusan dengan cara membimbing murid atau rekan sejawat dalam pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Sehingga ada aspek kolaborasi dan rasa empati.

v Pengaruh Nilai-nilai Diri dalam Pengambilan Keputusan

Nilai-nilai diri atau karakter yang sudah tertanam dalam diri kita sangat berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan keputusan. Nilai-nilai diri seorang guru seperti nilai mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid. Nilai mandiri dalam diri mendorong pengambilan keputusan dimana kita menyadari bahwa pengambilan keputusan ini adalah hal yang urgen sehingga kita harus cepat tanggap terhadap kasus yang dialami murid. Melakukan refleksi tentang hal-hal baik yang telah dijalani murid, motivasi, tantangan dan masa depan murid semua itu menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

Kemandirian dan proses refleksi pun didukung oleh adanya Kerjasama atau kolaborasi dari seluruh warga sekolah dalam pengambilan keputusan, sehingga dapat menjadi keputusan Bersama. Langkah-langkah pengambilan keputusan yang diambil dapat dengan melakukan musyawarah mufakat atau mencari cara pengambilan keputusan alternatif yang baik dan dapat digunakan seperti penerapan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Dengan tujuan bahwa proses pengambilan keputusan dan hasil keputusan yang diambil itu tetap berpihak pada murid.

Nilai-nilai tersebut juga dapat dipengaruhi oleh pengalaman baik seorang guru dalam menjalankan perannya dalam pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, sehingga sangat berpengaruh pada penggunaan prinsip-prinsip pengambilan keputusan dimana harus ada keseimbangan proses berpikir yang dilandaskan pada penerapan prinsip berdasarkan hasil akhir, berdasarkan peraturan dan berdasarka rasa peduli.

v Keterkaiatan Kegiatan Terbimbing dalam Pengambilan Keputusan dengan

Kegiatan ‘coaching.

Proses coaching sangat membantu dalam kegiatan terbimbing dalam pengambilan keputusan. Misal seorang murid mengalami dilemma dan telah mendapatkan pembimbingan melalui proses coaching dalam dilemanya tersebut maka murid telah dapat menentukan solusinya secara mandiri, kemudian pada saat dilemma itu diselesaikan dengan pengambilan keputusan berdasarkan 9 langkah maka pengambilan keputusan dapat menjadi lebih efektif lagi, sehingga tidak ada lagi kekhawatiran atau pertanyaan terhadap keputusan yang kita ambil.

v Pembahasan Studi Kasus yang Fokus pada Masalah Moral atau Etika Terhadap Nilai-Nilai yang Dianut Seorang Pendidik.

Pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika sangat berkaitan dengan nilai-nilai yang dianut seorang pendidik. Moral dan etika adalah satu kesatuan tak terpisahkan dan merupakan nilai-nilai yang telah dimikili secara seutuhnya oleh seorang pendidik.

Pembahasan melalui studi kasus terkait pada masalah moral dan etika dimana dalam studi kasus tersebut intinya adalah bagaimana mengambil keputusan yang tepat dan benar. Dalam proses pengambilan keputusan inilah terjabarkan nilai-nilai yang dianut oleh seorang pendidik seperti nilai tanggung jawab dan kepedulian sang guru. Bukan hal yang mudah bagi seorang pendidik dalam pengambilan keputusan, hal ini karena perlu pendalaman pemahaman tentang suatu kasus apakah merupakan dilemma etika atau bujukan moral.

Oleh karena itu, perlu mengetahui kejelasan kasus per kasus, apakah merupakan suatu hal yang benar lawan benar atau benar lawan salah. Dalam proses analisis studi kasus ini melibatkan proses metakognisi dalam upaya mencari keseimbangan terhadap prinsip yang digunakan sehingga mencakup semua prinsip yaitu berdasarkan pada kepentingan banyak orang, rasa empati namun juga tetap sesuai dengan peraturan.

v Pengambilan Keputusan yang Tepat

Pengambilan keputusan yang tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman merupakan tujuan pengambilan keputusan yang diharapkan semua orang. Untuk mewujudkan tujuan pengambilan keputusan tersebut maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu: analisis masalah, penentuan paradigma, penentuan prinsip dan penerapan 9 langkah proses pengambilan dan pengujian keputusan.

Proses analisis masalah mencakup penentuan dilemma etika atau bujukan moral. ada hal-hal yang menjadi pertentangan moral, ada pihak terkait yang terlibat, didukung oleh fakta yang relevan, kemudian dilakukan pengujian benar dan salah, penentuan paradigma, penerapan prinsip, lalu ada investigasi opsi trilemma yang juga sangat mendukung pengambilan keputusan. Barulah dilakukan penentuan keputusan. Keputusan ini pun dapat ditinjau Kembali kemudia direfleksikan sehingga benar-benar dapat diambil keputusan yang tepat yang berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

v Kesulitan dalam Pengambilan Keputusan

Setiap permasalahan ada solusinya, namun dalam pencarian solusi itu seringkali harus dengan melalui beberapa kendala yang menyebabkan kesulitan dalam pengambilan keputusan. Kesulitan-kesulitan tersebut seperti masih sedikit wawasan dalam menentukan kasus dilemma etika ataupun bujukan moral sehingga ini diperlukan sharing pengalaman dan wawasan pengetahuan. Untuk mengatasi hal ini maka peran CGP dalam berbagi dalam bentuk sosialisasi pada komunitas praktisi melalui kegiatan sharing dan diskusi untuk persamaan presepsi dan pemahaman tentang proses pengambilan keputusan yang meliputi 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan.

Benar bahwa, hal ini Kembali pada perubahan paradigma dalam lingkungan kita.Sehingga untuk mengatasi perbedaan tersebut diperlukan kolaborasi dengan pihak guru yang berpengalaman dan berbagi pengalaman tersebut dalam proses pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran untuk terciptanya lingkungan yang kondusif, aman dan nyaman.

v Pengaruh Pengambilan Peputusan dengan Pengajaran yang Memerdekakan Murid

Pengajaran yang memerdekaan murid sangat dipengaruhi pula oleh pengambilan keputusan. Hal ini dapat kita lihat dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Seperti proses pembelajaran yang berpihak kepada murid yang disesuaikan dengan kebutuhan belajar murid, sehingga murid dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar. Maka keputusan yang diambil oleh guru dalam hal ini CGP adalah dengan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi yang terintegrasi juga dengan pembelajaran sosial emosional.

Pengajaran yang memerdekaan murid adalah bagian dalam episode merdeka belajar, sehingga selain menerapkan pembelajaran yang berpihak pada murid tersebut guru juga memberikan proses coaching dengan murid agar murid dapat menemukan potensinya dalam pengambilan keputusan terhadap masalah yang dihadapinya secara mandiri.

v Pengambilan Keputusan dan Masa Depan Murid

Seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid. Melalui penerapan pengambilan keputusan yang dilaksakan dalam menghadapi masalah murid di kelas, sehingga dalam pengambilan keputusan perlu menganalisis berbagai hal seperti dalam 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Agar keputusan yang diambil tetap memperhatikan kehidupan atau masa depan murid.

v Kesimpulan Akhir

Pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran merupakan kompetensi yang sangat penting bagi guru (CGP) dalam menerapkan program merdeka belajar. Hal ini berkaitan dengan filosofi Ki Hajar Dewantara bahwa tugas guru adalah menuntun anak sesuai kodratnya. Guru manjalankan peran dan nilai-nilai diri guru dengan mengacu pada triloka Pendidikan yaitu ing ngarso sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Guru menjadi teladan, pemberi motivasi dan dorongan pada muridnya dalam upaya menggali potensi anak dan anak dapat mengeksplor kemampuannya dan menjadi pelajar sepanjang hayat.

Pengambilan keputusan juga terkait dengan penerapan budaya positif untuk mewujudkan visi misi sekolah yang berpihak pada murid, hal ini didukung oleh penerapan pembelajaran yang berpihak kepada murid seperti pembelajaran berdiferensiasi, sosial emosional dan coaching. Pembelajaran yang memperhatikan kebutuhan belajar murid seperti minat, kesiapan belajar dan gaya belajar atau profil belajar murid dapat membantu anak menemukan kemerdekaan belajarnya, bukan hanya pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik tetapi juga dengan mengakomodasi keterampilan sosial emosional murid, sehingga anak memiliki kompetensi global.

Pengambilan keputusan juga didasarkan pada nilai-nilai moral dan tetap memperhatikan kepentingan banyak orang, peraturan yang berlaku, dan rasa kepedulian, yang terdapat pada 3 prinsip yaitu “end-based thinking, rule-based thinking dan care-based thinking”. Dalam pengambilan keputusan prinsip ini digunakan berdasarkan keseimbangan. Hal ini sesuai dengan filosofi Ki Hajar Dewantara yaitu terkait dengan “Budi Pekerti”. Penanaman terhadap nilai-nilai moral dan budi pekerti merupakan hal yang sangat penting dalam penguatan Pendidikan karakter. Penerapannya dalam proses pembelajaran dilaksanakan secara holistic menuju tewujudnya Profil Pelajar Pancasila.

Semoga Bermanfaat, Salam dan Bahagia.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post