endang budiasih

Guru di SMP N 1 Bandar Menjadi guru sejak tahun 2001...

Selengkapnya
Navigasi Web
KONEKSI ANTAR  MATERI MODUL 3.1
Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1

“Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik”

(Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best).Bob Talbert

Menurut saya kutipan diatas memiliki kaitan dengan proses pembelajaran yang saya alami pada modul ini, yaitu bahwa memahamkan murid dengan pengetahuan tentang konskwensi sebuah pilihan adalah hal yang benar. Namun tidak cukup kita mengajarkan pengetahuan saja karena anak perlu diberikan Pendidikan karakter. Pemahaman tentang nilai-nilai universal sangatlah utama karena itu adalah dasar kita mengambil suatu keputusan.

Selama belajar di Program Pendidikan Guru Penggerak (PGP) menurut saya banyak belajar hal-hal baru yang tidak saya duga sebelumnya. Pada Modul 3.1 ini saya belajar tentang “Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin”

Nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang kita anut dalam suatu pengambilan keputusan dapat memberikan dampak pada lingkungan kita apabila keputusan yang kita ambil berpihak pada Murid yaitu dengan menciptakan lingkungan belajar yang nyaman, aman dan kondusif serta berdasarkan nilai-nilai etika / nilai kebajikan serta dapat dipertanggungjawabkan.

Sebagai Pemimpin pembelajaran kita harus berkontribusi pada proses pembelajaran yang dilandasi nilai kebajikan, sebagai seorang Pendidik sudah menjadi kewajiban untuk menyampaikan kebenaran dan memberikan keteladanan. Pembelajaran yang berpihak pada murid itu bis akita laksanakan dengan menerapkan Pembelajaran Berdiferensiasi dan Pembelajaran Sosial Emosional (PSE)

“Education is the art of making man ethical.” (Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis)-Georg Wilhelm Friedrich Hegel-

Menurut saya, maksud dari kutipan diatas adalah, bahwa Pendidikan pada hakekatnya merupakan hasil karya seni, cipta, rasa dan karsa yang memiliki nilai-nilai moral, kebajikan dan etika sehingga pendidikan sudah seharusnya berpihak pada murid sebagai individu yang memiliki potensi untuk berkembang. Sekolah sebagai institusi moral, sehingga jika kita memutuskan suatu permasalahan perlu pertimbangan moral dan dilandasi nilai-nilai kebajikan.

1. Bagaimana filosofi KHD dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?

Ing Ngarsa Sung Tuladha Filosofi ini mengajarkan bahwa kita sebagai pemimpin pembelajaran hendaknya memberikan teladan/ contoh yang bijak dalam pengambilan keputusan.

Ing Madya Mangun Karsa Filosofi ini menegaskan bahwa dalam pengambilan keputusan hendaknya kita mampu memberdayakan dan membangun kehendak murid.

Tut Wuri HandayaniFilosofi ini menegaskan bahwa sebagai pemimpin dalam pengambilan keputusan maka keputusan yang kita ambil hendaknya mampu mendorong kolaborasi /Kerjasama dan meningkatkan kinerja murid sesuai dengan minat dan potensinya.

2. Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan

Nilai-nilai kebajikan yang sangat mempengaruhi kebijakan kita dalam pengambilan keputusan adalah keadilan, kasih sayang dan tanggungjawab.

Adil berarti menempatkan sesuatu sesuai dengan porsinya, Kasih sayang sangatlah penting agar manusia bisa mencapai kebahagiaan hidup, sedangkan tanggungjawab berarti mampu menanggung resiko dari keputusan yang telah kita pilih.

Nilai ini harus ditanamkan sejak dini dan dibudayakan dalam lingkungan sekolah, agar kelak murid kita menjadi orang yang bijak dalam mengambil keputusan.

3. Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.(modul 2.3)

Salah satu tujuan coaching adalah mengembangkan potensi yang dimiliki oleh seorang guru. Melalui proses coaching akan terjadi pengambilan keputusan yang mengarahkan pada hal-hal positif yang artinya keputusan-keputusan yang diambil berpihak kepada murid.

Melalui kegiatan coaching, pengambilan keputusan yang diambil berasal dari potensi yang dimiliki seseorang. Sehingga keputusan tersebut dapat dipertanggungjawabkan yang nantinya akan mendorong terwujudnya well being dalam ekosistem kelas dan sekolah.

4. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

Guru sebagai pemimpin pembelajaran harus mampu mengelola dan menyadari aspek social emosional agar mampu bijak dalam mengambil dan menguji keputusan. Seorang guru yang memiliki kesadaran diri yang baik, akan menunjukan integritas dan tanggungjawab dalam memutuskan masalah yang berkaitan dengan Dilema Etika

Guru juga harus mampu memiliki kesadaran penuh Ketika menghadapi suatu dilema etika, dengan kesadaran penuh, maka perhatian, rasa ingin tahu, dan kebaikan akan mempengaruhi keputusan guru dalam menciptakan wellbeing ekosistem (kesejahteraan psikologis)

5. Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Nilai-nilai yang dianut oleh pendidik seperti keadilan, Kasih sayang, kemanusiaan, tanggungjawab, kejujuran dan lain-lain akan sangat mempengaruhi pendidik tersebut dalam mengambil sebuah keputusan, baik yang berupa dilema etika maupun bujukan moral. Karena nilai ini akan menjadi dasar seseorang pendidik dalam mempertimbangkan benturan nilai yang muncul dalm kasus dilema etika dan bujukan moral. Mana nilai yang harus dipertegas, dikuatkan atau mungkin dikalahkan agar keputusan yang dihasilkan bisa berpihak pada murid dan dapat dipertanggungjawabkan.

6. Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman serta membahagiakan murid.

Lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman adalah lingkungan yang membangun persepsi bahwa setiap orang memeiliki potensi yang berbeda-beda, orang lain adalah mitra bukan saingan. Tugas pendidik adalah membentuk anak-anak menemukan jati diri dan mengembangkan potensinya. Persepsi tersebut akan mendorong kuatnya kolaborasi antar murid, guru dan orangtua.

Lingkungan tersebut akan tercipta dari budaya positif. Budaya positif akan terbentuk dari kesepakatan dan sinergitas para pelaku lingkungan dalam menyepakati Tindakan positif. Dalam kesepakatan ini lah dibutuhkan suatu keterampilan dalam pengambilan keputusan yang tepat berdasarkan nilai-nilai kebajikan.

7. Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Tantangan muncul Ketika tidak ada komunikasi dan keterbukaan dalam lingkungan. Pada kasus pengambilan keputusan dari suatu masalah dilema etika, dibutuhkan suatu kejelian dalam analisisnya. Akankah menggunakan prinsip end based thinking, role based thinking, care based thinking dalam penyelesaiannya.

Oleh karena itu perlu adanya komunikasi dan keterbukaan untuk memetakan suatu masalah dilema etika berdasarkan paradigmanya. Seperti individu vs kelompok, keadilan vs kasihan, kebenaran vs kesetiaan atau jangka pendek vs jangka panjang.

8. Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?

Agar dapat memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda, maka kita harus mengetahui kesiapan, minat, dan profil belajar murid lebih dulu. Dengan memahami ketiganya, maka kita akan mampu Menyusun pembelajaran yang berpihak pada murid, yaitu pembelajaran berdiferensiasi, baik dari sisi konten, proses, maupun produknya. Dengan mewujudkan pembelajaran yang demikian mka murid akan semakin “merdeka dalam belajarnya”.

9. Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Sebagai pemimpin pembelajaran, kita harus lebih berhati-hati dalam pengambilan keputusan. Karena keputusan yang kita ambil akan terkait secara terus menerus dan berdampak pada kehidupan murid kita di masa yang akan datang.

Pepatah jawa mengatakan, Guru adalah digugu lan ditiru (guru itu di percaya dan ditiru) sehingga apapun yang kita putuskan sedikit banyak akan mempengaruhi murid kita dan memberikan pengaruh besar pada masa depannya.

10. Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Sebagai seorang pendidik kita harus mampu mengenali nilai dari person diri kita agar mampu memahami dan menerapkan filosofi KHD dalam pembelajaran. Kita juga harus mampu memahami kebutuhan belajar murid kita yang beragam dan mampu untuk mengelola social emosional murid kita.

Pemahaman tersebut dapat kita eksplorasi menggunakan prinsip coaching/ supervisi akademik. Dengan demikian akan muncul keputusan yang mampu menciptakan budaya positif demi terwujudnya visi sekolah yang berpihak pada murid.

11. Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

Pemahaman saya tentang modul 3.1 adalah tentang penerapan 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah dalam pengambilan keputusan. Dimana pemahaman tersebut saya gunakan untuk mengidentifikasi permasalahan yang muncul untuk memetakan mana yang benar vs benar ( dilema etika) dan benar vs salah (bujukan moral)

Hal mengejutkan diluar dugaan yang saya dapatkan pada modul ini adalah Ketika kita menghadapi kasus dilema etika maka kita perlu memunculkan opsi trilema agar muncul solusi kreatif yang bisa diterima semua pihak.

12. Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

Ya, saya pernah, misalnya Ketika ada murid saya yang sering tidak masuk sekolah dan sering tidak mengerjakan PR / Tugas. Menurut kesepakatan kelas anak yang tidak mengerjakan Tugas harus menerima hukuman, namun ada satu anak yang sering tidak mengerjakan, setelah saya telusuri ternyata anak tersebut anak yatim karena Bapaknya sudah meninggal. setiap malam harus membantu Ibunya berjualan, sehingga tidak ada waktu belajar. Ketika itu saya jadi dilema, disatu sisi saya harus menegakkan aturan agar anak tumbuh dengan rasa tanggungjawab, disisi lain saya kasihan terhadap anak tersebut jika setiap hari dihukum. Akhirnya saya minta anak-anak lain untukn membantunya melengkapi tugas-tugas yang belum dikumpulkan. Saya juga membantunya jika ada kesulitan-kesulitan pada pelajaran yang ketinggalan.

Setelah mempelajari modul ini saya mengerti memang dilema etika tidak bisa dihindari dan kadang kita harus memunculkan opsi trilema agar ada solusi terbaik bagi semua.

13. Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

Sebelum mempelajari modul ini saya cenderung menyelesaikan maslah menggunakan prinsip end based thinking, yaitu saya melakukan karena itu yang terbaik untuk kebanyakan orang maupun rule based tinking, yaitu berpusat pada tugas dan aturan yang ada.

Setelah mempelajari modul 3.1 ini saya lebih banyak mengolah rasa empati saya untuk memutuskan sesuatu menggunakan rasa peduli (care based thinking)

14. Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?

Menurut saya sebagai individu, modul ini sangat penting bagi saya, karena modul ini membuat saya mengerti bagaimana langkah-langkah yang harus saya terapkan dalma mengambil sebuah keputusan yang berhubungan dengan masalah pribadi saya.

Terlebih lagi sebagai pemimpin, modul ini juga angat penting karena keputusan yang diambil akan menyangkut kepentingan orang banyak. Sehingga harus dianalisa dan diputuskan penggunakan langkah-langkah yang tepat.

“Hidup adalah Pilihan dan setiap pilihan yang kita tempuh ada Konsekwensimya. “

“SALAM SEMANGAT, SEHAT DAN BAHAGIA “

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen ulasanya, Bunda. Salam literasi

14 Feb
Balas

Terimakasih Bapak atas motivasinya

14 Feb

Semangat terus berbagi & berkarya

14 Feb
Balas



search

New Post