HATI YANG LUKA (DIJEBAK)(4) ttg 365-h-293
HATI YANG LUKA (Dijebak) (4)
Risna keluar menyeret kopernya, ayahnya sudah masuk ke kamar tidak mau melihat Risna keluar dari rumah, sebenarnya pak Heru tidak tega melihat anaknya meninggalkannya. Namun entah kenapa dia tidak berdaya di depan istri muda dan anak tirinya. Risna tidak mau menoleh, dia muak melihat seringai wajah Meli dan mama Linda ibu tirinya, dia juga tidak peduli dengan ayah yang mengabaikannya. Hatinya menjerit memanggil ibunya, dan merintih menyebut asma Allah.
“Ya Allah, kuatkan hamba menerima ujianMU ini, tuntun langkah hamba menuju tempat yang aman,” doanya dalam hati. Sampai jalan raya, dia berhentikan taxi, untung masih ada pegangan uang.
“Kemana neng,” tanya sopir taxi.
“Terminal pak,” jawabnya singkat, Risna juga belum tahu mau ke mana, dia hanya mengikuti langkah kakinya sambil berdoa. Hingga sampai terminal dia belum menemukan tujuan perjalanannya. Perutnya pedih dan penampilannya tak layak, sehingga dia disangka orang gila.banyak sorot mata aneh mengarah ke padanya. Dia sadar rambutnya acak-acakan, sejak pulang dari hotel belum tersentuh sisir, teringat hotel, airmatanya bercucuran, hatinya bagai diiris sembilu, siapa lelaki bejat yang telah merenggut kehormatannya. Risna pergi ke toilet, membasuk wajahnya dan menyisir rambut dengan jemarinya, lumayan tidak kucel lagi. Dia duduk di warung pecel dan memesan seporsi, meski dia tidak selera makan, tapi dia sadar perutnya harus diisi, dia harus menjaga kesehatan dan kewarasannya. Dia tidak mau mati sia-sia atau menjadi gila karena ulah manusia dholim Meli dan ibunya, suatu saat Allah pasti kan membalas perbuatan mereka, itu keyakinannya. Hidup harus diperjuangkan, sejak kecil dia sudah biasa menderita karena ditinggal ibunya.
“Bu, tahu desa Selo itu di mana dan naik bis apa ?, tanya Risna iseng pada penjual pecal, dia ingat ibunya pernah menyebut nama desa itu, katanya indah pemandangannya. Desa itu terletak antara Gunung Merbabu dan Merapi, jadi berada di “Sela” kedua gunung itu, maka dinamakan Sela.
“ Tahu, ibu dari desa Cepogo dekat sana, naik saja Bis jurusan Solo, nanti turun di Boyolali. Dari sana naik minibus kea rah Sela,” jawab si ibu. Segera Risna membeli tiket bis jurusan Solo, untung masih ada, 1 jam lagu baru berangkat.
Risna izin iztirahat di bangku milik penjual pecal, hingga tak sadar terlelap sebentar, dan dibangunkan si tukang pecal. Alhamduliallah ketemu orang baik, batinnya. Segera dia menuju bis dan mencari tempat duduk. Dari sini kehidupan barunya akan dia jalani.
# Depok, 21 Oktober 2022
#EDH#
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Bagaimana kehidupan barunya? ditunggu lanjutannya. Keren Bu Endang
Siip kisahnya, Bu. Kemana Risna akan membawa hidupnya? Lanjut, Bu Endang. salam sukses.