Endang Dwi Haryanti

Perjalanan hidup yang menempaku, mengantarkan ke blog gurusiana ini Walau terlambat memulai semoga tetap berarti. Menulis adalah wisata hati, tempat bebas unt...

Selengkapnya
Navigasi Web
HATI YANG LUKA (TTG-H-355)

HATI YANG LUKA (TTG-H-355)

@Episode 26

“Masuk Ris, anggap rumah sendiri, kamu akan tinggal di sini,” kata Siwi sambil menunjukkan kamar untuk Risna. Risna terperangah memasuki rumah Siwi yang besar dan megah dengan bangunan model Joglo. Dia teringat ketika masih bersama ayah dan ibunya, mereka bahagia dalam rumah yang besar dan kehidupan yang serba ada, sebelum kematian ibunya merenggut semua kebahagiaannya.

Dia termangu memandangi rumah Siwi, seperti dejavu, apa dia pernah memimpikan rumah ini, dia seperti pernah ke sini, tapi tak mungkin pikirnya, tapi kenapa aku seperti pernah ke rumah ini, begitu hati Siwi berkecamuk.

“Hai ngelamun mbak, heran ya lihat rumah gede,” kata Bimo sambil meletakkan koper Risna di dalam kamar yang ditunjukkan Siwi.

“Iya Bim, kok mbak Siwi baik banget ya, semoga tulus orangnya,” sahut Risna setengah ragu.

“Tenang aja,mbak Siwi orang baik, semoga kamu senang di sini ya mbak, baik-baik ya,” pesan Bimo pada Risna.

“Iya Bim, aku berhutang padamu, kalau ga ketemu kamu, entah apa jadinya aku,” jawab Risna sambil menunduk.

“Iya, udah jangan dipikirin soal itu, masih banyak persoalan mbak Risna yang harus diselesaikan,” kata Bimo begitu dewasa, Risna mengangguk lesu.

“Mbok Nem, sini ,” panggil Siwi pada asisten rumah tangganya. Mbok Nem datang tergopoh-gopoh.

“Ya den ayu,” jawab mbok Nem.

“Ini mbok, kukenalkan, adikku dari Jakarta, akan tinggal bersamaku di sini,” kata Siwi pada mbok Nem. Risna dan Bimo terperanjat mengenalkan Risna sebagai adiknya, mereka saling berpandangan, dan Siwi tersenyum pada mereka.

“Alhamdulillah den ayu jadipunya teman, kalau perlu apa-apa bilang saja pada saya ya den,” kata mbok Nem.

“Ya sudah, mbok terusin masaknya,” kata Siwi lagi.

“Mbak, aku pamit ya, titip mbak Risna ya,” kata Bimo pamitan.

“Eh, jangan sekarang, makan dulu di sini, itu si mbok sudah masak banyak,” kata siwi menahan Bimo. Akhirnya Bimo pulang agak malam, mereka makan bersama di rumah Siwi.

#Bersambung

#Depok, 20 Desember 2022

#EDH

 

#Episode 26

Pagi menyembul dalam keremangan, mentari masih malu-malu sembunyi, enggan menyapa bulir-bulir embun pagi yang masih bergelayut manja pada rumput-rumput kecil yang menghampar di atas mayapada. Mbok Nem sudah sibuk di dapur menyiapkan sarapan untuk Siwi. Risna baru saja melipat mukenanya, dia memandangi sekeliling, masih kikuk untuk berbuat. Sebenarnya dia tidaklah kaget tinggal di kamar mewah begini, sebab kehidupannya di masa lalu penuh kemewahan dan kebahagiaan. Kini semua dikuasai oleh dua wanita haus harta.

Segera dia usap airmata yang kembali mengalir di pipinya, dia sibakkan horden kamarnya, terlihat pemandangan di luar sana yang membuat sejuk di hati. Deretan tanaman teh menghampar di lereng bukit, di ketinggian birunya gunung yang masih diselimuti kabut perlahan disibak cahaya mentari. Bukanlah ini desa Selo, ibu dulu sering menyebut desa ini, apakah aku pernah diajak ibu kemari, apa aku ada hubungan dengan desa ini, rumah ini, pertanyaannya kembali berulang, namun tak sedikitpun yang dia ingat.

Risna keluar dari kamarnya di lantai 2, menuruni tangga menuju dapur, bau harum aroma nasi goreng membuat perutnya menggeliat lapar. Entah kenapa akhir-akhir ini deia merasa sering lapar, padahal dia sering dengar kalau ornag hamil itu ga suka makan. Dia usap perutnya, terlintas kebencian dalam hatinya, suatu saat ingin dia melenyapkan benih yang tumbuh dalam rahimnya, di saat lain dia tidak tega, anak ini tidak bersalah, pikirnya masih waras.

“Mbok, masak apa, boleh saya bantu?,” tanya Risna pada mbok Nem. Mbok Nem menoleh kaget, karena asyik mengaduk nasi goreng.

“Eh, den ayu uda bangun, mbok masak nasi goreng kesukaan den Siwi,” kata mbok Nem.

Risna mencuci piring tapi dilarang mbok Nem,

“Ga usah den, itu pekerjaan saya, den ayu sana saja, sebentar saya buatkan teh panas,” kata mbok Nem, Risna bingung mau mengerjakan apa, akhirnya dia mengambil sapu dan mulai menyapu lantai rumah, mulai dari bawah.

#Bersambung

#Depok, 21 -12-2022

#EDH#

 

 

 

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Dtggu lanjutan kisah kerennya bunda

25 Dec
Balas

kisah yang menarik, keren Bu Endang

22 Dec
Balas

Selalu apik kisahnya. Ditunggu lanjutannya, Bu Endang. Salam sukses.

23 Dec
Balas



search

New Post