Endang Handayaningsih

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Setangkai Kasih Putih 44)
Setangkai Kasih Putih

Setangkai Kasih Putih 44)

Tantangan hari ke 12

Menuju 34 ( 44 )

 

// Cerpen

 

Setangkai Kasih Putih ( 44 )

 

Oleh :

 

Endang Handayaningsih

 

 

Kedamaian dan ketenangan di keluarga Ratih dan Dewa, tidak bertahan lama. Hati Ratih sangat terguncang, saat Dewa tidak lagi bersikap ramah kepadanya. Suka marah-marah tak jelas,tanpa ada sebab yang jelas. Kadang Cinta yang menjadi sasaran, hanya dia ingin bermanja kepada ayahnya. Ingin dipangku ayahnya, seperti yang selalu dilakukan. Kebiasaan Cinta dan Bagus, selesai belajar. Menjelang tidur mereka meminta ayahnya bercerita. Dewa dengan senang, selalu bercerita tentang isi kitab suci. Sampai Cinta dan Bagus tidur, baru ditinggal keluar. 

 

Selesai menidurkan kedua buah hatinya, Dewa selalu menemani Ratih. Menyiapkan bahan untuk masakan besok pagi, agar besok pagi tinggal memasak dan tidak tergesa-gesa.

 

Kini Dewa jarang menemaninya, membantu mengerjakan segala sesuatu. Yang sering dikerjakan bersama-sama. Memandikan si buah hatinya saja sangat jarang.

Sore itu, Cinta sampai ketakutan. Hanya karena salah mengambil handuk, dia dibentuk ayahnya.

 

Melihat kelakuan Dewa itu, Ratih hanya mengelus dada. Dia peluk Cinta yang menangis gemetaran.

" Ada apa ta mas, kok teganya !"

Mendengar teguran Ratih, Dewa hanya diam. Pergi meninggalkan istri dan anaknya, Duduk di ruang tamu. Wajahnya kelihatan sedih, pandangan matanya kosong. 

 

Ratih melanjutkan memandikan Cinta dan Bagus. " Bunda, ayah kok marah terus, tak sayang lagi sama Cinta ya !" Ratih memeluk Cinta dengan penuh kasih." Cinta jangan ngomong begitu, ayah itu sangat sayang pada semuanya !"

Menengar jawaban ibunya, Cinta merasa tidak puas. " Tidak, ayah tak sayang lagi sama Cinta !"

 

Ratih membelai rambut anaknya, menghapus air matanya supaya tidak dilihat kedua buah hatinya. " Yuk pakai baju, kedinginan lho. Tuh lihat, bibirnya biru !" Dengan berlari-lari kecil, Cinta dan Bagus mengambil baju terus dipakai. Di kamar mereka sudah bercanda, tak ingat kemarahan sang ayah.  

 

Cinta dan Bagus keluar, melihat ayahnya menggendong adiknya.

" Ayah, adik sudah bangun ya !" Dewa duduk dan merangkulnya, diciumi mereka. " Bunda mana !" Ratih keluar kamar, " Bunda, Ayu mau mandi !"Dewa menyerahkan Ayu kepada Ratih, dia mengajak Cinta dan Bagus ke depan, "Ayah mandi dulu ya sayang, nanti kita jalan-jalan !" 

 

( Bersambung )

 

Semeru Indah, 21 Desember '20

 

 

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Duh... semoga Ratih dan Dewa tetap bertahan baik meski ada gelombang yang menghantam...tetap kokoh.. bersama keluarga tercinta.. salam cinta.

22 Dec
Balas

Terima kasih Diajeng say... Apresiasi dan doanya untuk Ratih dan Dewa...Salam damai penuh kasih.

23 Dec



search

New Post