Endang. M. E (eme effendi)

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
BERMAIN DENGAN MATEMATIKA (1)

BERMAIN DENGAN MATEMATIKA (1)

Tahun pelajaran ini saya mendapat tugas mengampu matematika di kelas X dan kelas XII. Hari ini, kegiatan pembelajaran secara efektif dimulai. Jam pertama saya masuk di kelas X-TKJ-1. Kelas Teknik Komputer jaringan, siswanya selalu didominasi oleh perempuan. Memulai pembelajaran di kelas awal itu sesuatu banget. Mereka baru masuk di kelas ini, baru bertemu dengan saya. Hari ini harus memberi kesan yang begitu menggoda, karena selanjutnya tidak terserah anda, melainkan akan dipengaruhi oleh kesan pertama.

Sekedar informasi, saya mengajar di sebuah SMK swasta di kota kecamatan. Tidak ada seleksi masuk calon siswa baru, baik melalui nilai ijazah, nilai UN apalagi lewat tes akademik. Semua yang daftar diterima, yang penting mereka memiliki ijazah SLTP atau bahkan paket B. Ya harus bagaimana lagi, atara pendaftar dengan daya tampung seimbang. Pernah satu kali, jumlah pendaftar kelebihan satu rombel dari daya tampung (jumlah ruang), eh Dinas Pendidikan minta seluruhnya diterima, urusan ruang kelas segera akan diberi proyek ruang kelas baru (RKB). Dengan informasi singkat ini, pembaca dapat memperkirakan sendiri bagaimana kondisi siswa di sekolah ini. Ya, heterogin.

Singkatnya hari ini saya sudah mulai mengajak para siswa baru untuk sama-sama belajar matematika.

Ucapan salam dan informasi seperlunya mengenai pelajaran yang saya ampu. Nama siswa saya panggil satu persatu berdasarkan daftar hadir. Sambil menanyakan informasi singkat mengenai diri mereka, saya tatap wajahnya, mudah-mudahn tatapan saya menyejukkan mereka. Saya berupaya keras menghindari kesan “negatif” guru matematika yang sudah banyak terpatri pada persepsi kebanyak siswa. Pelajaran sulit, gurunya dingin menakutkan. Dari sorot mata mereka, saya melihat kebanyak siswa tidak suka matematika, merasa sulit memahami materi pelajaran, dan masuk kelas ini dengan “terpaksa”.

Mulai dengan meminta mereka menyiapkan pulpen, kertas kosong dan kalkulator (boleh juga kalkulator HP). Yang tidak ada juga tidak apa-apa. Saya tersenyum melihat sebagai mereka takut karena mengira saya akan mengadakan tes pendahuluan. Namun setelah diberitahukan bahwa mereka akan diajak bermain-main dengan angka, barulah wajah mereka sedikit rileks. Saya minta mereka memikirkan sebuah bilangan tiga angka (ratusan) tanpa angka kembar, simpan secara rahasia, tidak boleh ada yang tahu, terutama saya.

“Silahkan tetapkan bilangan anda, ratusan tanpa angka kembar”

“Buat bilangan anda kedua yang angka-angkanya dari bilangan pertama ditulis terbalik, misalnya bilangan anda pertama 987 maka bilangan anda kedua 789”

“Hitung selisih kedua bilangan itu (yang besar dikurangi yang kecil”

Saya sampaikan bahwa jika seorang siswa memberi tahu saya angka pertama dari selisih bilangan mereka, maka saya dapat menyebutkan bilangan itu secara lengkap. Sampai di sini mereka mulai berbisik-bisik tidak percaya. Ada beberapa siswa yang berani mengatakan “bener pa?”

Saya coba minta seorang siswa untuk memberitahukan angka pertama dari selisih kedua bilangan itu. Saat dia mengatakan 3, saya langsung mengatakan bahwa bilangan lengkap milik anda adalah 396. Ditanya benar atau tidak, anak itu menjawab “Ya!”. Para siswa mulai heran, tidak percaya, dan mulai bertanya-tanya. Beberapa siswa meminta bilangan miliknya saya tebak.

Seorang siswa bernama Ahmad mengatakan angka pertama dari selisih bilangan miliknya. Saat Ahmad mengatakan 2, maka langsung saya jawab bahwa bilangan lengkap milik Ahmad adalah 297. Santi mengatakan angka pertama miliknya adalah 5, langsung saya jawab bahwa bilangan selisih miliknya adalah 594. Bilangan pertama milik Susi, 1 saya katakan bilangan lengkap anda adalah 189.

Kelas mulai gaduh, saling berbisik, saling bertanya dan melihat bilangan-bilangan milik teman disampingnya. Saya biarkan kondisi itu lebih kurang lima menit. Semakin riuh. Ketika ditanya apa yang kalian ributkan, beberapa siswa menanyakan bagaimana saya bisa menebak dengan tepat semua bilangan selisih itu secara lengkap hanya dengan mengetahui satu angka. Saya katakan bahwa itu semua karena saya senang bermain-main dengan matematika. Saya katakan bahwa matematika itu menyenangkan seperti kita main game. Pertemuan lain saya janjikan menebak nomor HP yang disembunyikan dua nomor akhir.

(permainan bilangan diadaptasi dari https://akzerikho.wordpress.com )

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Assalamualaikum.. Sebelum saya mau tanya bu, kebetulan saya pemula, saya ingin sekali belajar menulis tapi modalnya belum ada alias belum bisa apa2, bolehkah berbagi ilmu dng saya bu?

07 Mar
Balas

Assalamualaikum.. Sebelum s

07 Mar
Balas

Maaf maksud saya pak..

07 Mar
Balas



search

New Post