Endang. M. E (eme effendi)

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
KETIKA SUMBAT ITU TERBUKA
ilustrasi diambil dari http://keepo.me/aritnowid/bahkan-sehelai-kertas-pun-bisa-membuka-tutup-botol-inilah-20-cara-membuka-tutup-botol-tanpa-alat-pembukanya

KETIKA SUMBAT ITU TERBUKA

Pukul 07.10 roda-roda mobil tua kesayangan ini memasuki gerbang SMA Al-azhar Syifa Budi Parahyangan, Cimareme Bandung. Disambut satpam yang ramah, saya dipersilahkan langsung menuju lapangan parkir yang terletak di bawah, berdampingan dengan lapang Basket. Tepat di depan gerbang salah satu gedung yang megah berlantai 4, di bawah pepohonan yang rindang kendaraan saya parkir. Sejenak pandangan saya biarkan liar, memandang sekeliling. Sekolah yang bersih, nyaman dan sehat. Di sinilah selama dua hari puluhan guru dari berbagai penjuru Jawa Barat akan berkumpul mengikuti latihan menulis buku.

Latihan menulis buku bagi guru kali ini digagas oleh Media Guru Indonesia yang dipimpin langsung oleh Mohammad Ihsan, seorang tokoh pendidikan yang sempat mendirikan organisasi profesi Ikatan Guru Indonesia (IGI). Saya mengikuti latihan ini dengan harapan dapat membangkitkan kembali cita-cita yang sudah lama terpendam; menulis. Untuk itu, jarak yang lumayan jauh tidak menjadi masalah, perjalanan nyetir mobil tua sendirian tak menjadi rintangan. Semangat yang menggebu, menjadi energi positif mampu melawan apapun yang mencoba merintangi.

Saat tiba di lokasi itu, suasana nampak masih lengang, belum banyak peserta yang datang. Mungkin saya kepagian. Memang sudah bertekad untuk datang lebih awal, walau pembukaan acara baru akan berlangsung pk 08.00. Biar bisa istirahat dulu n beradaptasi dengan lingkungan. Untuk itu saya berangkat dari Rumah, dipinggiran kaki gunung Syawal Kabupaten Ciamis jawa Barat, pk 02.45 dini hari. Menembus udara dingin, lengkap dengan rintik hujan, mobil tua yang setia meluncur meninggalkan gubuk tempat bernaung bercengkrama dengan anak isteri.

Pendek cerita, kl pukul 08.00 acara dibuka. Sang CEO Media Guru Indonesia, Mohammad Ihsan memulai acara dengan semburan motivasi yang memancar dari setiap kata yang terucap. Seluruh peserta latihan guru menulis buku yang diadakan di berbagai kota selama ini, senantias diakhir dengan lahirnya penulis-penulis baru. Demikian salah satu berita motivasi yang diungkapkan pendiri IGI ini. Demikian pula kali ini, dari kelas menulis Media Guru di Bandung ini, diharapkan akan melahirkan tulisan-tulisan dari para alumninya.

Jika Mas Ihsan lebih banyak menyulut kompor untuk membakar gelora menulis di setiap dada peserta, berbeda dengan pembicara kedua. Seorang praktisi yang lama malang melintang di dunia editing korang terkenal di Jawa, “Jawa Pos”, lebih banyak tampil sebagai mentor teknis menulis. Walau demikian, kompor yang meledak-ledak, meluncur juga dengan derasnya di ela-sela intruksi membuat tulisan saat itu juga. Eko Prasetyo, demikian instruktur hebat ini dipanggi (di facebook lebih sering menonjolkan identitasnya sebagai ketua RT 48 Sukodono). Mas Eko, demikian kami memanggil, dengan piawai mampu menyulut semangat mencoba pada para peserta. Mencoba menuliskan apa yang terlintas di kepala.

Selama dua hari, pelatihan yang demikian efektif, dengan dua pemandu, Pemimpin umum dan pimpinan redkasi Majalah Media Guru Indonesia, mampu menggedor pintu-pintu hati peserta untuk siap dan mampu menulis. Hebat! Latihan langsung membuat tulisan pendek, langsung direspon, dibahas sampai diobrak-abrik berbagai kekurangan agar menjadi pas. Istilah mas Ihsan, dimutilasi. Resep menulis, kiat menulis opini di media massa, hingga kiat-kiat menerbitkan buku, dibahas tuntas. Pemilihan diksi, gaya bahasa, judul hingga ejaan tak luput dari sorotan. Peserta ihklas karena memang demikianlah seharusnya.

Dahsyat! Saya melihat perubahan mental para peserta demikian kentara. Jika semula banyak peserta bingung harus menulis apa, bagaimana memulai tulisan, bagaimana itu, bagaimana ini berhamburna dalam tanya penuh ketakutan, ahirnya semua sirna, menjelma menjadi sebuah keberanian. Merekapun menulis. Menulis apa saja, apapun yang ada di kepala. Anehnya, berbagai gagasan, berbagai pikiran, berwarna warni tema muncul di setiap benak peserta untuk diubah menjadi untaian kata-kata.

Namun apapun yang dikatakan oleh Pelatih kali ini dan dilakukan peserta untuk melahirkan kemampuan menulis, saya melihat sesunggunnya apa yang dilakukan mereka berdua adalah membuka sumbat.

Saya melihat bahwa menulis itu bagaikan orang menumpahkan isi botol. Menumpahkan air dari botol dapat dilakukan jika dan hanya jika memenuhi dua syarat. Dua syarat itu mutlak adanya. Pertana; botol itu harus ada isinya, dan kedua; lobang botol tidak tersumbat. Jika salah satu syarat saja tak terpenuhi, menumpahkan isi botol tidak akan terjadi. Coba anda bawa botol, lobangnya tak tersbumbat, tapi botolnya kosong, apa yang ditumpahkan? Sebaliknya, botol berisi air, tapi lobangnya tersumbat kuat, isinya tidak akan tumpah. Apa lagi kalau botol kosong yang tersumbat.

Nah menulis diumpamakan menumpahkan isi botol. Isi botol adalah kias untuk bahan tulisan berupa pengetahuan, pengalaman, wawasan, pemikiran, gagasan, dan sebagainya. Sedangkan lobang botol adalah kemauan, keberanian, tekad dan ketekunan untuk menulis. Jika tidak ada bahan lantas apa yang mau ditulis. Banyak bahan yang dapat dituliskan tapi tidak memiliki kemauan, keberanian, tekad dan ketekuan, menulis tak kan pernah dilakukan.

Namun bagi kebanyakan orang, khususnya guru, sebenarnya satu saja yang menghambat untuk menulis. Bukan botolnya kosong melainkan lobangnya tersumbat kuat. Urusan isi, bagi guru, saya percaya pasti berisi banyak, paling tidak dia memiliki pengetahuan, wawasan, keterampilan, gagasan-gagasan berhubungan dengan profesinya. Demikian pula beragam pengalaman telah banyak terkumpul, baik pengalaman hidup secara pribadi maupun pengalaman mengajar. Guru bagaikan botol yang penuh berisi. Jika demikian, mengapa kebanyak guru kesulitan untuk menulis?

Jika kebanyakan guru masih kesulitan untuk menulis, pasti karena sumbat yang demikian kuat. Sumbat itu berbentuk takut, bingung memulai, merasa tidak percaya diri, dan- ini yang paling kuat- malas serta tidak punya tekad kuat. Itulah yang utama saya lihat pada latihan menulis yang di gagas Media Guru Indonesia ini. Mas Ihsan dan Mas Eko mampu dan berhasil mendobrak sumbat itu. Ketika sumbat itu terbuka, mengalirlah tulisan para peserta, mulai di dalam ruangan dan seterusnya membanjiri blog gurusiana.id wahana penulsi para alumni pelatihan. Akhirnya Bandung tak terbendung.

Ciamis, 4 Maret 2017

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Dahsyaat!! Kapan k Bandung lagi menularkan ide?

05 Mar
Balas

ow.....nanti kalau ada MWC

05 Mar

Pak Endang, tulisannya oke dan mantap

05 Mar
Balas

makasih apresiasinya

05 Mar

Woww kereennn...

05 Mar
Balas



search

New Post