Endang. M. E (eme effendi)

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
MENGAPA PEMBELAJARAN DAN BUKAN PENGAJARAN?

MENGAPA PEMBELAJARAN DAN BUKAN PENGAJARAN?

Mendengar istilah mengajar biasanya terlintas dalam benak kita sebagai kegiatan “menyampaikan bahan pelajaran berupa sejumlah fakta pengetahuan. Dengan kata lain mengajar diartikan sebagai kegiatan guru untuk mentransfer sejumlah fakta pengetahuan (transfer of knowledge) kepada siswa. Selain mentransfer, mengajar sering juga diartikan sebagai menebar pengetahuan. Teachingf is imparting knowledge (Sanjaya, 2005:74). Pengertian tersebut perlu dikaji dengan teliti karena pengertian (konsep) dari suatu istilah, pada gilirannya akan mempengaruhi penerapan (aplication) dari istilah itu. Demikian pula konsep/pengertian mengajar sebagaimana dikemukakan diatas akan menimbulkan implikasi sebagai berikut (Ibid:74-75):

· Pertama, pengajaran berpusat pada guru (teacher centerd).

Karena pengajaran adalah penebaran pengetahuan yang dilakukan guru kepada siswa, maka guru berperan sebagai subjek, dialah yang senantiasa aktif melakukan, sehingga gurulah sebagai satu-satunya perancang, penyampai dan penilai. Guru menjadi pusat orbit pengajaran.

· Kedua, siswa hanya sebagai objek,

Dalam pengajaran dengan pengertian menyampaikan bahan pelajaran, maka siswa adalah pihak yang “diberi”, “ditaburi”, dan “ditanami” sehingga siswa hanya berkedudkukan sebagai penerima dan penghimpun sejumlah pengetahuan (colector of knowledge) yang “diberikan” guru.

· Ketiga, belajar hanya akan berlangsung pada tempat dan waktu tertentu.

Karena guru menjadi pusat dan subjek (pelaku utama), maka pengajaran akan sangat tergantung pada kehadiran guru, sedangkan Guru hanya hadir di kelas pada jam-jam pelajaran. Oleh karena itu, pengajaran hanya akan berlangsung di kelas pada jam pelajaran, itupun jika gurunya datang. Di luar itu tidak akan pernah terjadi pengajaran. Coba kita renungkan bagaimana munculnya istilah bebas ketika sang Guru tidak datang ? Di sekolah sering terjadi siswa harus pulang sebelum waktunya, dan ketika ditanya oleh orang tuanya mengapa pulang lebih cepat? Jawabnya :”Di sekolah tidak belajar (bebas) karena gurunya rapat”

· Keempat, pengajaran berorientasi pada penguasaan bahan pelajaran

Karena pengajaran berarti menyampaikan materi pelajaran (knowledge), maka guru akan berupaya menyampaikan pengetahuan sebanyak-banyaknya dan berupaya “memaksa” siswa untuk menguasainya. Dengan demikian orientasi pengajaran adalah penguasaan bahan pelajaran. Guru akan senantiasa mengejar dan menilai “seberapa banyak siswa menguasai bahan pelajaran?”

Konsep pengajaran sebagaimana diuraikan di atas, sudah tidak sesuai lagi, Oleh karena itu, harus sudah ditinggalkan. Mengapa?, antara lain karena :

Pertama, pengetahuan berkembang dengan kecepatan yang luar biasa. Setiap hari lahir pengetahuan baru, baik bersifat menambah dan menyempurnakan pengetahuan yang sudah ada, bahkan meralat, membatalkan dan mengganti pengetahuan sebelumnya. Manusia sekarang, untuk dapat hidup layak, dituntut untuk dapat mengikuti perkembangan tersebut. Ketinggalan berarti tersisihkan. Dengan demikain setiap individu harus selalu siap mengakses pengetahuan baru setiap saat. Akibatnya jika sekolah berposisi sebagai “pemberi” pengetahuan yang menjadi bahan pelajaran, haruskah setiap individu sekolah setiap saat ? Disamping itu, mampukah seorang guru menyediakan semua pengetahuan yang semakin komplek itu untuk dijadikan bahan pelajaran yang akan diberikan kepada siswa?

Fakta lain yang tidak bisa dipungkiri bahwa siswa tidak akan mampu mengumpulkan dan memelihara (mengingat) semua bahan pelajaran yang pernah “diterimanya” dari guru. Para siswa akan segera melupakan sebagian besar bahan pelajaran beberapa waktu setelah mereka lulus dari suatu sekolah. Saya tidak yakin kalau saya mampu mengingat 10 % saja dari seluruh informasi bahan pelajaran yang pernah diberikan guru semasa sekolah.

Yang diperlukan seorang siswa untuk dapat menghadapi hidup bukan hanya bahan pelajaran yang diberikan guru, melainkan kecakapan hidup (life skill) dan kemampuan memperoleh dan mengelola informasi. Kemampuan yang selalu dibutuhkan adalah kemampuan yang dapat dipergunakan setiap saat adalah kemampuan belajar untuk memperoleh pengetahuan yang dibutuhkan.

Kedua, penemuan-penemuan baru mengenai bagaimana orang belajar, bagaimana otak bekerja, serta bagaimana orang berkembang, semakin berkembang membantah teori-teori lama. Teori-teori belajar lama seperti behaviorisme dianggap usang. Pandangan tentang siapa itu siswa mengalami pergeseran ke arah yang lebih manusiawi. Teori-teori baru seperti Kognitif-holistik, Contruktivisme, Modalitas belajar, Multiple intelegensia dan lain-lain memaksa kita meninjau ulang konsep mengajar yang selama ini kita gunakan.

Oleh karena itu,, dewasa ini istilah pengajaran semakin banyak ditinggalkan dan muncul istilah baru yang dipandang lebih sesuai dengan teori-teori baru, yakni PEMBELAJARAN.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post