Endang. M. E (eme effendi)

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
POWER OF ”KAPEPED”

POWER OF ”KAPEPED”

*

Lemari berisi penuh dengan kitab-kitab Pak Kiyai itu sudah berada di luar ruamah, tepat diperkarangan mesjid, sekitar 10 meter dari rumah Pak Kiyai. Luar Biasa! Lemari berukuran lebar sekitar 2,5 meter dan tinggi lebih dari 2 meter itu pasti sangat berat karena penuh dengan kitab yang tebal-tebal. Apanya yang luar biasa. Kejadiaanya luar biasa, sungguh diluar nalar biasa.

Suatu malam, habis magrib seperti biasanya semua santri masuk kelas masing-masing. Mengikuti kegiatan belajar sesuai jadwal. Akupun –saat itu masih kelas 6 sekolah dasar, kalau malam nyantri di pesantren sebagai santri kalong- masuk kelas anak-anak yang berada pada bangunan dua lantai. Lantai satu digunakan sebagai kelas belajar sedangkan lantai 2 asrama putera. Aku masih ingat malam rabu tahun 1973, tanggal dan bulannya lupa. Saat itu jadwal kelasku adalah pengajian Matan Bina. Kitab tipis yang berisi kajian tata bahasa Arab (Sharaf) untuk memperlajari tata bentukan kata dari fi’il madhi (kata dasar bentuk lampau) sampai dengan isim alat (kata benda yang memberi makna alat sebuah pekerjaan.

Beberapa puluh menit pembelajaran berlangsung, tiba-tiba kami dikejutkan oleh suarat kentongan tanda bahaya, suara-ribut-ribut di luar. Kami belum tahu apa yang terjadi. Berbarengan dengan suara ribut dan teriakan-teriakan “api... keluar..!” kami menoleh ke luar kelas, Astagfirulloh, dari air kolam yang ada di tengah kompleks pesantren itu, nampak baynagan api demikian besar lidahnya menjilat-jilat angkasa dapat kami lihat dan kamipun berhamburan ke luar kelas, sebagian melalui pintu, aku sendiri loncat lewat jendela kelas. Ternyata banguan yang kami tempati terbakar dengan kobaran api yang hebat. Kami yang ada di bawah jelas tidak melihat api itu karena kebakaran terjadi pada lantai 2, dari deretan kobong (kamar-kamar asrama di pesantren) kami.

Seperti biasa pada kejadian kebakaran, selain berupaya mamadamkan api pada itik kejadian, orang-orang juga akan menjaga bangunan-bangunan sekelilingnya dari jilatan api agar kebakaran tidak merembet ke mana-mana. Di samping itu juga biasa orang-orang menyelamatkan barang-banrang baik dari titik kejadian maupun dari bangunan-bangunan sekeliling yang berpotensi untuk ikut terbakar. Demikian pula dengan rumah pak Kiyai. Orang-orang berupaya menyirami rumah pak Kiyai agar tidak mempan terjilat lidah api. Barang-barang berharga dikeluarkan. Bagi seorang Kiyai harta yang dianggap paling berharga adalah kitab, perpustakaan pribadi di rumahnya itulah harta yang dirasa paling mewah.Ya, tidak seperti kebanyak “pengasuh” sekolah zaman sekarang yang malas baca, pengasuh pesantren pasti tukang baca, pasti punya perpustakaan pribadi di rumahnya.

Aku berlari menuju mesjid di depan rumah pak Kiyai itu. Saat itulah sebuah kejadian di luar nalar aku saksikan. Sementara orang-orang menyiram rumah dan mengeluarkan perabotan, tiga orang lanjut usia, pak kiyai dengan dua orang tokok masyarakat (Pak Amil Tamami dan Pak Haji Dasuki) berupaya menyelamatkan lemari perpustakaan pak Kiyai. Lemari besar yang penuh kitab itu pasti berat sekali, sangat berat. Saya yakin, dalam keadaan biasa, lemari itu tidak akan bergeser hanya dengan tenagat tiga orang sepuh itu. Tapi, subhanalloh, saat itu, tiga orang sepuh yang kesehariannya bukan pekerja berat, berhasil mengeluarkan lemari buku tersebut. Luar biasa!

**

Sering aku mendengar cerita seseorang tiba-tiba memiliki kemampuan luar biasa. Seorang yang kesehariannya tidak memiliki kemampuan lompat tinggi yang bagus suatu saat mampu melompati pagar setinggi 2 meter misalnya. Kemampuan itu muncul saat orang tersebut dikejar sesuatu yang sangat emnakutkan dan terasa mengancam keselamatannya. Dikejar orang gila, atau dikejar anjing gila yang hendak menerkan dan merobek-robek seluruh tubuhnya. Saat seperti itu bisa terjadi orang tersebut tiba-tiba mampu melompat pagar demikian tinggi. Sebuah kekuatan yang tidak pernah diketahuinya dan sangat sulit untuk diulangi dengan sengaja dalam keadaan normal.

***

Tanggal 18-19 Februari 2017, guru-guru yang tergabung dalam kelas menulis Bandung, sebuah acara besutan Media Guru. Sekitar tanggal 6 Maret kami diberitahu pak CEO akan adanya acara gebyar SAGU SABU (Satu Guru Satu Buku) pada bulan Mei nanti. Kami ditantang untuk ikut meramaikan acara tersebut dengan cara mempersembahkan sebuah buku yang ditulis kami masing-masing. Buku-buku yang ditulis para guru ini akan diterbitkan langsung oleh Penerbit Media Guru itu sendiri. Untuk hal tersebut, kami diberi waktu untuk menyerahkan naskah final maksimal 15 Maret 2017.

Pada grup WhatsApp (WA) yang dibuat khusus untuk komunikasi para alumni Kelas menulis tersebut, saya menulis “Lima belas Maret? Wow...dicoba. Tapi kalau gak kelar, bolehkah secara reguler setelah Mei. Mohon penjelasan komendan Moh Ihsan”. Tiga menit kemudian saya mendapat jawaban begini:”Jangan pikirkan setelah Mei... YANG ADA SEKARANG MEI DULU...BULAN TERPENTING UNTUK MEDIA GURU. Energi the power of kepepet bisa membuat andrenalin membuncah, dan mendorong Kang Eme makin produktif menulis”. Beberapa kali saya baca tulisan tersebut. Beberapa menit sayang merenung. Teringat berbagai pengalaman dan kebiasaan saya selama ini.

Luar biasa! Itulah mungkin kata yang tepat untuk para penulis yang tergabung di Media Guru Indonesia dan juga para penulis yang setia mengisi blog gurusiana ini. Hampir semuanya para penulis ini adalah alumni kelas menulis, pelatihan menulis yang digagas CEO dan Pemred Media Guru Indonesia di berbagai kota. Mengapa disebut luar biasa? Karena ternyata mereka mampu menulis minimal satu buku dalam waktu yang relatif singkat dengan “monster” dead line yang demikian sempit. Salah satu falsafah yang mereka anut adalah kekuatan dalam keadaan terdesak, dikenal dengan istilah power of kepepet. Judul tulisan ini pun diambil dari falsafah tersebut. Kapeped, dalam bahasa Sunda berarti kondisi mendesak yang berisi tantangan dan niscaya harus diselesaikan.

--*--

Itulah beberapa contoh mengenai adanya power of kapeped”. Istilah tersebut nampak seperti guyonan, namun percayalah bahwa itu bukan main-main. Sebuah realitas yang demikian nyata, empirik dan banyak terbukti. Ya, sesusnggunya manusia memiliki kekuatan tersimpan yang akan muncul dalam keadaan terdesak. Kekuatan itu biasanya muncul bersamaan dengan sebuah keyakinan penuh bahwa dirinya mampu melakukan apa yang harus dilakukannya. Keyakinan tanpa keraguan walau sebesar zarah. Namun sayang kekuatan tersimpan (energi potensial intuitif) tersebut sulit kita kenali sebelumnya dan sulit pula untuk diulangi setelahnya. Pertanyaannya kemudian, Dapatkah kita melatih dan mewujudkan power of “kapaped” tersebut menjadi energi kinetik yang rutin, dapat disengaja dan diwujudkan dengan kesengajaan? Dapat!. (sampai berjumpa dalam tulisan yang lain)

http://endangme.gurusiana.id/article/jawadah-tutung-biritna-5292668

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Ya Allah... ampunilah hamba ini. Kok jadi memaksa orang lain. Tapi, yang dipaksa kok ya mau saja, hehe... Terus menulis Kang. Dahsyat

27 Mar
Balas

terima kasih moga guru tetap semangat

27 Mar

Wah....bener kang EME, power of kepepet, di jawa. Hampir sama Mksd nya.

25 Apr
Balas

Keren, the power of kepepet itu benar2 powerful. Hehehe

27 Mar
Balas

kita populerkan pake basa sunda kepepetnya jadi power of kapeped

27 Mar

Hebat Pak, power of kapeped betul2 berwujud. Kereeeen!

27 Mar
Balas



search

New Post