Endang. M. E (eme effendi)

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
SETIAP ORANG PUNYA KETERBATASAN: Di manakah batasnya?

SETIAP ORANG PUNYA KETERBATASAN: Di manakah batasnya?

Judul tulisan di atas dimodifikasi dari status facebook seorang teman. Aslinya status itu begini: “Setiap orang punya keterbatasan dan kemampuan masing-masing”. Pernyataan ini begitu sering kita dengar. Terutama pada saat seseorang mengalami sistuasi kritis dan tekanan untuk berbuat lelbih dari yang telah diperbuatnya, sementara dia masih kebingungan apa yang harus dilakukan kemudian. Saat seseorang mendapat kritik atau teguran bahwa hasil kerjanya kurang optimum, maka sering orang menggunakan proposisi tersebut. Betul! Yang namanya mahluk Tuhan pasti memiliki keterbatasan dalam berbagai sisi. Benda mati maupun benda hidup semua memiliki batas-batas terentu dalam setiap dimensinya.

Batas yang dimaksud dalam pembicaraan ini adalah titik tertinggi yang dapat dicapai dalam suatu hal. Misalnya suhu seberapa derajar yang dapat ditahan kulit untuk tidak melepuh terbakar. Jika pada 60o belum melepuh namun saat suhu naik menjadi 61o, maka 60o itulah batas kulit bertahan dari panas (Ini hanya misal, saya tidak tahu berapa batasnya). Yang jadi masalah, bagaimana kita mengetahui batas tersebut sehingga saat kita mengatakan bahwa hal itu sudah di luar bataskemampuannya?

Untuk hal-hal yang bersifat material, terutama benda mati, batas-batas kemampuan dalam beberapa dimensi sudah banyak ditemtukan orang dan bersifat universal. Misalnya air dapat bertahan dalam wujud cari hingga suhu di bawah 100o, pada suhu 100o air akan berubah wujud menjadi gas. Setiap logam sudah diketahui batas kemampuannya menahan tekanan, regangan, suhu dan lain-lain. Namun yang menyangkut kemampuan manusia, saya belum membaca temuan mengenai kepastian ambang batas dalam berbagai hal. Kalaupun ada beberapa hal yang dianggap batas ambang kemampuan fisik manusia, namun ternyata selalu terjadi anomali yang tidak sedikit.

Waktu sekolah diajari bahwa pendengaran manusia hanya mampu menangkap suara pada frekwensi 20 sd 20.000 Hz. Lebih rendah dari batas itu (infrasonik) atau lebih tinggi (ultrasonik) berada di luar batas hingga tidak akan terdengar. Ternyata hal ini pun hanya rata-rata yang bersifat genaral. Di kampung saya ada seorang tuna netra yang memiliki kemampuan menangkap suara yang tidak dapat didengar oleh manusia kebanyakan. Dia mampu memanjatkan pohon kelapa untuk memetik buanya. Hebatnya, sebelum naik, dia akan memeriksa apakah ada kelapa yang cukup umur untuk dipetik atau tidak. Jika manusia lain yang melek, pemeriksaan tersebut dilakukan melalui penglihatan. Tapi sanga tuna netra tersebut memeriksa kondisi kelapa di atas sana hanya dengan menepuk-nepuk pohonnya di bagian bawah sambil meletakkan telinga di pohon itu. Melalui suara yang dia dengar dapat diketahui apakah ada buah kepala yang matang untuk dipetik atau tidak.

Batas-batas kemampuan manusia non fisik lebih bersifat misteri. Belum ada ukuran dan instrumen yang dapat mengukurnya dengan tepat. Apakah kesabaran manusia ada batasnya? Tentu ada, tapi di manakah atas sebatas apa, sunggu sebuah misteri. Seberapa banyak manusia dapat menguasai pengetahuan? Lebih misteri lagi. Seberapa banyak bahasa yang dapat dikuasai seseorang? Sulit mencari jawabannya. Kita sering mengatakan bahwa kita manusia serba terbatas tanpa mengetahui di mana titik batasnya?

Kita akui manusia itu memiliki keterbatasan dalam segala hal, namun kita belum tahu dan sulit menemukan titik batas itu. Tugas kita adalah memacu segenap kemampuan hingga menemui batasnya bukan menentukan batas yang kita buat sendiri sebelumya. Kesabaran ada batasnya tapi tentu saja bukan batas-batas artifisial yang kita bangun sendiri dengan hawa nafsu. Kemampuan belajar ada batasnya tapi bukan berarti kita segera membatasi diri dengan kemalasan. Pacu terus kemampuan kita hingga bebnar-benar mencapai batasnya yang tidak kita ketahui sebelumnya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post