Endang Mudjiastuti

Salam literasi Saya, Endang Mudjiastuti, tinggal di kota Semarang, sejak 1987. Belajar sepanjang hayat dan tidak mengenal usia. Selalu koreksi diri te...

Selengkapnya
Navigasi Web
Nomor surat, terlupa!

Nomor surat, terlupa!

#Tantangan Gurusiana Hari Ke-97

Seorang bapak yang sudah terlihat seumur ayahku berjalan sangat pelan dari ruang dokter, didampingi isterinya yang membawa stopmap status catatan riwayat kesehatan suaminya. Di depan ruang perawat, kuterima stopmap itu sambil menyilakan sepasang suami isteri itu untuk menunggu dipanggil.

Stopmap berwarna hijau berkop Rumah Sakit tempat aku bekerja itu kemudian aku buka. Kulihat beberapa kertas terbaru dari dokter. Ada pertama adalah kertas perintah kontrol ulang saat 30 hari setelah kedatangan pasien hari ini. Kertas kedua berwarna kuning yang merupakan resep dokter yang harus dibawa ke bagian farmasi. Satu lagi ada sebuah surat keterangan dari dokter terkenal itu yang menyatakan bahwa bapak itu beresiko untuk datang bekerja setiap hari ke kantornya karena kondisi kesehatannya. Setelah aku yakin semuanya beres, aku panggil nama bapak itu. Setelah menyatakan “Ya”, bapak ibu itu berdiri menemuiku. Kujelaskan satu persatu kertas yang harus dibawa, termasuk surat keterangan dokter itu. Setelah menyatakan terima kasih dengan halus keduanya meninggalkanku.

Setelah sekitar saju jam berlalu, tiba-tiba aku teringat bahwa surat keterangan dokter untuk bapak tadi belum aku beri nomor surat. “Wah, aku teledor. Itu kan surat dinas”, gumanku. Setengah berlari aku mencari bapak/ibu tadi ke ruang fisioterapi, karena katanya tadi mau meneruskan ke fisioterapi. Tetapi aku sudah tidak menemukannya. Pelan-pelan kucari data bapak tadi di komputer yang ada di ruang kerjaku. “Aku harus mengambil surat itu kembali ke rumahnya, memberi nomor surat besok pagi serta mengembalikan ke rumahnya besok sore sepulang kerja”, demikian tekadku, karena ini merupakan tanggungjawabku. Alhamdulillah data itu ketemu. Aku sangat bersyukur karena ternyata beliau rumahnya satu kampung denganku. Tanpa ragu aku laksanakan niatku itu. Setelah ketemu di rumahnya, aku memohon maaf pada bapak itu.

Semarang, 7 April 2022

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kisahnya menarik Bu Endang .keren

10 Apr
Balas

Wah, kisahnya mantap, Bunda. Semangat terus dan salam literasi.

08 Apr
Balas

Makasih bunda Heni atas apresiasinya. Salam sukses selalu

08 Apr



search

New Post