Endang Sri Wahyuni

Guru SD Negeri 4 Kalibaru Wetan, Banyuwangi. Lahir di Kediri, SMADA Pare terakhir aku menuntut ilmu di Kediri. Diploma 2 PGSD di IKIP Negeri Malang, Sarja...

Selengkapnya
Navigasi Web
Jari 11 atau 11 Jari
Line Today

Jari 11 atau 11 Jari

Pagi itu aku duduk santai di teras belakang. Kulihat hijaunya dedaunan di taman belakang rumah. Sayang beberapa hari hujan tiada henti walau tidak deras. Pemicu rumput-rumput liar tumbuh. Wah.. kenapa saya menyalahkan hujan ... ya?” batinku. Harusnya aku yang peduli dengan itu semua. “Biarlah agak nanti setelah memasak akan kubersihkan,” aku bicara sendiri.

Kupegang HP sambil buka WAG Keluarga. Ternyata seru beritanya. Adik lagi asyik goes, kakak lagi menikmati waktu libur di taman wisata, dan lain-lain. Biasa untuk menjalin keakraban aku ikut nimbrung status masing-masing. “Wah asyik juga Om.. goes terus,” sapaku melalui WAG tersebut. Eh kok seperti dikuti orang.. ayah ternyata menyimak apa yang saya lakukan. “Bu, ini bedanya anak muda dan orang tua,” katanya. “Apa-apaan, ini ayah.. emangnya kita sudah tua, lantas apanya yang beda, khan gaul juga, Yah.. nih aku belajar android biar ndak ketinggalan jaman,” sahutku. “ Nah, coba ibu ulangi cara ngetik di HP-nya!” perintahnya. Kembali aku mengetik. “Nah...nah... itu jari sebelas. Sebelas jari berjalan semua”, sambil menuding cara aku nulis di HP. “Kalau anak muda dengan pegang dua tangan dua ibu jari sedangkan kita yang tua kebanyakan ya seperti ibu ini,” sambil meledek.

Aku membela diri, “ Yah, kata Tribun lho..., ada arti tersendiri mengapa saya mengetik di HP seperti ini.” Suamiku terdiam sejenak. “Apa iya..?” tanyanya penasaran. “Menurut yang saya baca orang jika mengetik dengan jari telunjuk seperti ini tipe kepribadiannya pendiam, orang ini tak suka keramaian. Orang ini tak tahan melihat pasangannya menangis. Orang ini sangat mudah memaafkan kesalahan pasangannya,” jelasku lanjut. “Ayo siapa yang diuntungkan kalau demikian?” tanyaku sambil mempertahankan argumen.

Sambil manggut-manggut suamiku mengiyakan. “Bener juga, ya, Bu”, jawabnya tanda sepakat. Tapi ayah tetap tidak yakin seratus persen ternyata. Sambil bergumam, “Lha wong memamg belum lancar megetik di HP koq ada saja ibu ini lasannya.”

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen pentigrafnya. Sukses selalu. Salam literasi

26 Sep
Balas

Salam!, makasih Pak Dede supportnya.

26 Sep

Kereen. Yg bikin aku rindu.. Hijau dedaunan diguyur hujan meski tak deras. Rindu berjalan menembus kabut pagi di Kalibaru

26 Sep
Balas

Hebat bu Endang

26 Sep
Balas

Terima kasih, Bunda supoetnya... Bunda jg hebat ...mari berkarya bersama...

26 Sep



search

New Post