Endang Wahyu Widiasari

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Ada CAHAYA Di Celah Kaki Gunung Burangrang

Ada CAHAYA Di Celah Kaki Gunung Burangrang

Ada “CAHAYA” Di Celah

Kaki Gunung Burangrang

 

Dengan membelah gunung akhirnya berdirilah sekolah kami

 

Ada canda dan tawa di ruang ruang kecerian, sekolahku yang nyaman dan anggun memberikan kerinduan yang tiada taranya, rumahku tempat ku mengabdi mengembangkan ilmu yang kumiliki.

 

Ada senyun anak-anak, ada canda tawa teman-teman, semuanya menambah lengkap kerinduaanku yang menggebu bila tak bertemu.

 

Teringat 4 tahun lalu, ketika ada kunjungan dari dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Konsultan pembanguan ketika mengamati lokasi tanah untuk pembangunan sekolah, langsung mengatakan “Tidak mungkin dibangun sekolah di sini karena lokasinya yang bergunung gunung dan akan sulit dibangun, mana bisa membangun sekolah ditempat seperti ini, harus dicarikan lagi tempat lain kalau ingin menbangun sekolah”.

 

Ketika itu harus dicarikan tanah yang datar, kalau tidak pembangunan akan ditunda dan jika selama satu tahun tidak bisa mencari lokasi baru maka dananya akan dialihkan untuk pembangunan sekolah baru di kabupaten atau provinsi lain.

 

Langsung saja ketika itu sekujur tubuh lunglai serasa tidak punya gairah, rasanya mau pingsan, Keringat dingin mengalir disekujur tubuh terasa mual sekali. Angan-angan untuk punya bangunan sekolah sendiri rasanya mustahil, tanah carik desa tidak ada lagi yang luas untuk bisa dibangun sekolah, sedangkan untuk terus menumpang di SD Cirenudeu rasanya juga sudah terlalu lama, mana anak-anak dari tahun ketahun semakin banyak. Ketika  itu Kami hanya manpu untuk berdo’a semoga Allah memberikan jalan keluar dari permasalahan ini.

 

Besoknya setelah kunjungan dari kementrian Pendidikan dan Kebudayaan kami menggelar do’a bersama di sekolah dengan harapan diberi ketenangan dan jalan keluar dari permasalahan yang sedang dihadapi, ada juga tokoh tokoh masyarakat yang mengikuti kegiatan ini. Waktu itu semangat kami muncul kembali, luar biasa memang kekuatan dari do’a bersama ini.

 

Kami yakin  niat baik pasti akan menemukan jalannya, akhirnya kami semua berembuk dengan berbagai unsur seperti kepala desa, komite masyarakat dan juga panitia pembangunan.

 

Dengan bantuan dari berbagai pihak, masyarakat, unsur pinpinan setempat, lokasi pembangunan sekolah yang tadinya tak mungkin untuk dibangun, akhirnya bisa juga. Semua berkat kuasa Mu Ya.. Rob...

 

Tanah yang terjal, tinggi dan curam akhirnya bisa menjadi rata, pihak kementriaan hanya memberikan waktu satu bulan setelah kunjungan ke sekolah. Selalu teringat ketika itu hampir setiap hari kami datangi lokasi pembangunan sekolah, ada rasa bahagia dan syukur, akhirnya perlahan lahan gunung yang tinggi itu berhasil dibelah.

 

Rasanya ingin menangis melihat semuanya, ada rasa tak percaya, tapi ini bukan mimpi ini nyata, semua berkat perjuangan bersama dan tangan tangan yang Maha Kuasa.

 

Mimpi itu akhirnya terwujud juga, gunung itu bisa terbelah dan menjadi rata, ada tanah datar  yang bisa untuk dibangun untuk mengais masa depan yang lebih baik, dengan menimba ilmu pengetahuan.

 

Mewujudkan semuanya tidaklah semudah membalikan telapak tangan, bukan seperti Sangkurian yang menyulap  gunung tangkuban perahu dalam waktu semalam, ataupun Sang Raja Bandung Bondowoso yang membuat candi prambanan dalam sekejap.

 

Mewujudkan ruang-ruang keceriaan di celah gunung Bukit Burangrang sangatlah sulit sekali.  Ada proses panjang luar biasa yang terkadang membuat kami putus asa. Terbayang sulitnya mencari dukungan dari sekolah-sekolah terdekat, bagaimana menbangun kepercayaan masyarakat, sering juga tatapan sinis dan caki maki kami terima. Tapi semua kami maklumi karena kami menyadari banyak sekali kekurangan yang kami lakukan, semua kritik dan saran yang terkadang seperti mengiris ngiris hati yang terkadang membuat air mata terurai dengan derasnya, kami anggap sebagai cambuk untuk maju.

 

Kami hanya punya semangat untuk mencerdaskan anak-anak bangsa, terus melangkah jangan hiraulkan caci maki, biarkan mereka berkata apa yang penting maju terus dan lakukan perbaikan, begitu kataku menghibur diri dan juga teman teman.

Hari demi hari berlalu, akhirnya terlihatlah bangunan sekolah kami yang megah dan kokoh, tak jarang kami pulang malam untuk membereskan administrasi dan menbicarakan banyak hal untuk pembangunan sekolah. Lelah dan letih tidak pernah kami rasakan, yang terbayang adalah pembangunan harus selesai demi anak-anak yang ingin maju, demi masyarakat dan demi nama baik kabupatenku. Sebab ada tanggung jawab besar dalam pembangunan sekolah ini.

 

Ya Alloh sampai waktunyapun tiba, ruang-ruang keceriaan untuk masa depan itu akhirnya berdiri juga, diantara celah gunung yang terbelah, disitu ada CAHAYA yang menerangi dunia, ada ruang-ruang keceriaan tempat kami mengembangkan potensi, untuk nusa dan bangsa.

 

Alhamdulillah dengan ada nya sekolah baru bisa memutuskan mata rantai anak-anak yang putus sekolah, bisa menyerap tenaga kerja, Insyaalloh semua akan bernilai ibadah.

 

Terimakasih kepada semua pihak yang telah mewujudkan pembangunan sekolah kami, semoga Alloh akan membalasanya dengan berjuta juta kebaikan.

 

Di celah gunung ada ruang ruang keceriaan yang akan menjadi “CAHAYA” bagi umat manusia.

Salam semangat

Endang Wahyu Widiasari, M.Pd

 Edisi terkenang ke masa lalu

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post