Endang Wahyu Widiasari

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Sedekah Subuh

Sedekah Subuh

Tantangan Menulis Hari ke 35

Sedekah Shubuh

Oleh Endang Wahyu Widiasari

Mengajar di SMPN 4 Cikalongwetan Bandung Barat

Setiap shubuh selesai sholat pasti aku bergegas ke dapur untuk menyiapkan sarapan pagi buat kami sekeluarga. Walau dengan menu sederhana, selalu kuusahakan setiap pagi untuk memasak agar semua anggota keluarga sarapan dahulu sebelum melakukan aktivitas. Selain menyiapkan sarapan untuk keluarga, selalu ku siapkan sebungkus makanan memakai dus nasi dan sendok plastik serta air minum kemasan, yang kemudian aku gantungkan di pagar depan rumahku.

Tak lama kemudian ada seseorang yang mengambilnya, lalu dia bawa ke suatu tempat untuk memakannya, kebiasaan menyimpan makanan setiap pagi di pagar depan rumah sudah dilakukan sejak beberapa tahun lalu. Jika terlewatkan rasanya ada yang kurang dan membuatku merasa berdosa.

Walau pada awal mulanya aku merasa takut dan jijik, jika melihat orang yang mengambilnya, bagaimana tidak setiap dia lewat pasti semua orang menutup hidung karena bau badannya yang sangat menyengat, bahkan pernah juga aku sampai muntah karena bau badannya yang teramat sangat. Tapi lama kelamaan hatiku trenyuh dan merasa iba, bagaimanapun dia juga makhluk ciptaan Allah yang mempunyai rasa lapar dan haus, juga ingin memakai pakaian yang layak. Kasihan juga tidak ada yang mengurus, siapa lagi yang peduli padanya kalau bukan kita.

Setelah diberi beberapa baju bekas yang masih layak pakai, alhamdulillah kini tidak terlalu bau menyengat lagi seperti dulu, setiap pagi ketika dia mengambil jatah makanan yang ku simpan dipagar halaman depan rumah, selalu dia berkata, “sing salamet, hey hey sing salamet” kalau dalam bahasa Indonesia “semoga selamat, hay hay semoga selamat”, sering ku jawab amin... semoga saja menjadi do’a buat kami sekeluarga.

Orang yang mengambil makanan setiap subuh yang aku siapkan setiap selesai sholat shubuh adalah Sidin, dia adalah orang sakit ingatan, dulu ada juga yang setiap pagi aku siapkan makanan di depan rumahku, namanya Kernih atau sering di sebut Si Kernih, akan tetapi dia sudah meninggal beberapa tahun kebelakang. Walau kata orang lain gila, tapi dengan ku dia sering berkomunikasi layaknya orang sehat ingatan, bahkan sering kali ketika bertemu di jalan atau di pasar, dia melambaikan tangannya dan berteriak memanggil namaku, lalu aku balas dengan melambaikan tanganku padanya, terkadang membuat orang lain yang melihatnya tertawa. Ketika itu suamiku dengan refleknya berkata “duh ibu, sama si kernih juga kaya sahabatan, heheh... sambil tersenyum”.

Mereka mungkin kita anggap sebagai orang tidak berguna karena sakit ingatan, tapi bagaimanapun dia ciptaan Allah, jika direnungkan banyak pelajaran berharga darinya yang bisa kita ambil.

Terimakasih Sidin atas do’a do’a yang diberikan buat keluarga kami, dan sedekah pagi yang aku siapkan buat dirimu semoga menjadi jalan keberkahan bagi keluarga kami dan diampuninya dosa dosa kami.

Semoga kita semua selalu ada dalam lindungan Allah, dan diberikan keseharan lahir dan bathin, amin.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

MasyaAllah, mantap pisan Neng! Barokalloh!

29 Sep
Balas

Alhamdulillah sangat inspiratif Bu, semoga menjadi jalan keberkahan untuk Ibu dan keluarga. Aamiin.

29 Sep
Balas

semoga Alloh mancatatnya menjadi amal sholeh sebagai investasi di akherat kelak

29 Sep
Balas



search

New Post