endas dasiah

Guru di SDN. Cijulangadeg Kecamatan Cikalong Kab. Tasikmalaya. Aktif dalam Gerakan Pramuka. Hobi menulis ditekuni sejak tahun 2016. Beberapa judul cerpen dan ca...

Selengkapnya
Navigasi Web
Hai, Namaku Shofia Part 60
Tantangan hari ke-197

Hai, Namaku Shofia Part 60

Perlahan kakiku melangkah menjauh dari posisi duduk Rendi. Kuambil ponselku. Terdengar di ujung ponsel, suara lembut Synta mengucapkan salam.

“Gimana Syn, Di mana Rendi sekarang?” tanyaku penasaran. Rasanya tak sabar menunggu jawaban dari gadis cantik itu.

“Barusan Rendi bilang sedang meeting bersama kliennya di kantor,” ujar Synta.

“Apa kau tidak salah dengar? Apakah Rendi menjelaskan dia meeting dengan siapa?” tanyaku lagi.

“Aku heran deh sama sikap posesifmu, Fi. Aku kan kekasih Rendi itu, kok kamu yang jeles sih? Kamu masih ada hati sama dia, ya?” gerutu Synta. Sungguh aku tak menduga akan beroleh jawaban menohok seperti itu dari Synta. Aku speechless dibuatnya.

“Loh, kamu kok gitu sih, Syn. Kulakukan semua ini hanya karena aku tidak ingin kamu kecewa. Jika apa yang aku lakukan membuat hatimu tidak nyaman, baiklah, mulai saat ini aku tidak akan ikut campur dalam urusanmu,” ucapku menyudahi perbicangan via ponsel.

Kualihkan perhatianku. Kulihat tempat duduk Rendi. Dia masih seperti tadi. Duduk bersebelahan dengan seorang perempuan cantik. Posisi mereka begitu dekat. Tangan Rendi tak lepas menggenggam jemari perempuan itu. Bahkan mereka saling suap. Tatapan Rendi sangat mesra. Seratus persen keyakinanku, kalau mereka adalah sepasang kekasih.

Melihat adegan romantis itu, hatiku terasa panas. Kecemburuan memenuhi rongga hatiku. Aku mencoba menghalau rasa cemburu yang tak kupahami alasannya. Apakah karena tak tega akan penderitaan Synta? Ataukah karena sisa-sisa cinta itu masih tertinggal di sudut hatiku untuk Rendi?

Entah ada ilham dari mana, tetiba tanganku mengarahkan kamera ponselku ke arah Rendi. Kuabadikan kemesraan sejoli itu di memori ponselku. Mungkin suatu saat nanti jejak digital ini ada paedahnya.

Dengan membawa suasana hati yang memanas, kutinggalkan Rendi dengan perempuan cantik itu. Aku tergesa menuju eskalator. Kuturuni tangga berjalan itu menuju pintu utama mall. Aku ingin secepatnya duduk di dalam angkutan kota menuju kamar kost.

Menyisakan beberapa meter lagi untuk sampai ke sebuah angkutan kota yang sedang menunggu penumpang, tetiba pundakku ditepuk seseorang. Spontan kubalikkan badanku melihat siapa gerangan yang telah bersikap sok akrab padaku.

Mataku terbelalak menyaksikan sosok di hadapanku. Dia tersenyum sangat manis. Barisan giginya yang putih bersih sungguh menambah keindahan roman mukanya. Hatiku berdebar. Aku gelagapan, salah tingkah karenanya. Kucoba mengusir debaran jantungku. Aku berusaha sekuat tenaga untuk bersikap sewajarnya. Sesungging senyum kulemparkan pada sosok itu. Ya Tuhan, entah seperti apa senyum yang kusunggingkan untuknya.

Bersambung…

 

 

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen cerpennya, Bunda. Salam literasi

28 Oct
Balas

Wah gercep, Pak Dede Saroni. Makasih kunjungannya, ya!

28 Oct

Shofia ketemu siapa nih? kelihatannya cukup membuatnya bahagia

10 Nov
Balas

Wah. Spt nya bakalan seru nih. Salam kenal yaaa

28 Oct
Balas



search

New Post