endas dasiah

Guru di SDN. Cijulangadeg Kecamatan Cikalong Kab. Tasikmalaya. Aktif dalam Gerakan Pramuka. Hobi menulis ditekuni sejak tahun 2016. Beberapa judul cerpen dan ca...

Selengkapnya
Navigasi Web
Tanda Cinta 21
Tatangan hari ke-208

Tanda Cinta 21

Suasana bahagia mewarnai kepulangan Alina dan lainnya ke Pondok Pesantren Nurussalam. Namun demikian garis kesedihan masih tersisa di wajah Alina. Anak kecil itu tentu sangat berat berpisah dengan teman baru para peserta lomba, yang hampir sebulan bersama-sama di arena lomba. Untunglah semua tidak berlarut, terganti dengan keikutsertaan Winata mengantar Alina kembali ke pesantren.

Alina tidak mau lepas dari gendongan Winata. Ikatan batin antara keduanya sungguh sangat kental. Hanifah dan Umi Sepuh sudah mampu membaca hal itu. Mereka berdua sangat yakin kalau antara Alina dan Winata ada hubungan yang sangat erat. Keyakinan itu saling mereka utarakan lewat adu pandang yang kerap terjadi antara Hanifah dan Umi Sepuh.

“Alhamdulillah, akhirnya kita sampai juga di pesantren tercinta,” ujar Umi Sepuh. Beliau mempersilakan Winata dan Hanifah untuk masuk ke ruang tamu pondok, sedangkan Alina diajak oleh Laila ke kobong yang sudah sebulan ini mereka tinggalkan.

“Pak Winata, bisakah kita mulai bicarakan hal penting tentang Alina dan Laila? Saya rasa sudah saatnya anda membuka tabir misteri hidup anak-anak itu. Saya dan Ibu Hanifah sangat mengharapkan anda berbicara sejujurnya,” ucap Umi Sepuh. Tatapan netra pimpinan pondok pesantren itu tajam menusuk bola mata lelaki paruh baya yang sangat tampan itu.

“Benar, Pak. Kami ingin mengetahui siapa sebenarnya anak yang saya temukan tergeletak di teras rumah saya lima tahun lalu. Begitu juga dengan Laila. Tadi, sangat jelas saya dengar gumaman Bapak ketika menyebutkan anak-anakku sambil mata Bapak tertuju kepada keduanya. Meskipun Bapak berkilah, tapi hati saya merasa yakin kalau yang dimaksud anak-anakku oleh Bapak adalah Alina dan Laila. Iya kan, Pak? Ayolah jujur kepada kami!” pekik Hanifah penuh semangat.

Ada getar kesedihan dan kekhawatiran dalam nada bicara Hanifah. Perempuan itu sangat takut kehilangan Alina.

“Baiklah, akan saya urai kisah saya selama beberapa tahun itu. Meskipun sangat berat saya katakan, namun demi masa depan mereka, saya harus kuat menyampaikan fakta ini.” Winata menarik nafas sangat dalam. Ada selaksa kepiluan dalam tarikan nafasnya. Sepertinya lelaki itu memendam penderitaan hidup yang tidak kecil di masa lalunya.

Hanifah dan Umi Sepuh tak melepaskan perhatiannya dari Winata. Mereka berdua sangat berkonsentrasi mendengar setiap kata yang ke luar dari mulut Winata. Dengan hati berdebar Hanifah menata hatinya untuk siap menerima berita dan kesimpulan dari ucapan Winata. Meskipun Hanifah belum tentu akan merelakan Alina dibawa oleh Winata jika memang dia ayah biologisnya.

“Dulu, sekira tujuh tahun yang lalu saya dijodohkan oleh orang tua untuk menikah dengan seorang wanita yang sama sekali tidak saya kenal. Tanpa pikir panjang, dengan berbekal restu orang tua, akhirnya perjodohan itu saya terima dan berakhir di pelaminan. Awal pernikahan kami sangat bahagia. Cinta sebagai pondasi bahtera rumah tangga yang belum ada di awal pernikahan, lambat laun datang di hatiku. Seiring dengan hal itu, kucintai istriku dengan sepenuh hati. Tak ada wanita lain di hatiku selain dia. Aku menutup semua akses yang terhubung dengan mantanku, dan semua teman-teman wanitaku di masa muda. Komitmenku, jika aku sudah menentukan pilihan, maka tidak ada wanita lain di hatiku. Aku lelaki setia.” Winata memulai kisahnya. Ada binar bahagia di rona wajah tampannya saat mengutarakan kisah pertemuannya dengan istrinya.

“Namun, kebahagiaanku mulai terusik ketika rumah tanggaku memasuki tahun ke-4. Perangai istriku berubah. Kukira hal itu terjadi karena pengaruh kehamilannya. Tapi…” Winata tak melanjutkan kisahnya. Kata-katanya mulai terbata. Sangat jelas terlihat raut wajahnya diselimuti kesedihan.

Bersambung…

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Winata ternyata menyimpan cerita pilu ya, Bund. Jadi simpati nih. Beberapa bagian tak sempat baca. Tapi masih ingat inti ceritanya. Lanjut, Adik!

10 Nov
Balas

Makasih kunjungannya.

11 Nov

Kepo Bu hehehe

11 Nov
Balas

Makasih keponya.

11 Nov

Lanjut Bun,

11 Nov
Balas

Insya Allah, makasih kunjungannya.

11 Nov



search

New Post