endas dasiah

Guru di SDN. Cijulangadeg Kecamatan Cikalong Kab. Tasikmalaya. Aktif dalam Gerakan Pramuka. Hobi menulis ditekuni sejak tahun 2016. Beberapa judul cerpen dan ca...

Selengkapnya
Navigasi Web
Tanda Cinta 25
Tantangan hari ke-212

Tanda Cinta 25

Kehidupan Alina dan Hanifah di pondok pesantren kembali seperti sedia kala. Alina rajin muroja’ah menjaga hafalannya. Kini jumlah hafalan anak berwajah cantik yang nyaris sempurna itu, bertambah pesat. Sudah lebih dari dua puluh juz Al-Qur’an mampu diahafal. Sungguh prestasi yang membanggakan.

Sore hari yang cerah, Alina dan Hanifah pergi menikmati indahnya lembayung senja di tepian pantai, tidak jauh dari lokasi pondok pesantren. Anak dan ibu itu melangkah bergandengan tangan. Ada yang aneh dirasakan Hanifah pada pergelangan tangan anaknya.

“Kamu sakit, Nak? Kok tangan kamu panas banget sih?” tanya Hanifah. Reflek, tangan Hanifah meraba kening Alina. Benar saja suhu badan Alina sangat panas. Hanifah urungkan langkahnya menuju pantai. Dia berbalik arah kembali ke pondok. Alina diabaringkan di atas sehelai tikar di kobongnya. Hanifah menaruh kain kompres di atas kening anak kesayangannya.

“Tunggu sebentar sayang, Ibu akan beli obat penurun panas!” suara Hanifah terbata. Kecemasan sangat kental dari suaranya. Hanifah bergegas pergi ke kopontren (koperasi pesantren) yang tidak jauh dari kobong yang diatempati. Hanifah gerak cepat mengobati Alina. Perempuan yang sudah merawat Alina sejak ditemukan di teras rumahnya itu, tak ingin rencana umrahnya terganggu karena kesehatan Alina.

Kesehatan Alina tak juga membaik. Sudah hampir seminggu, Alina tergolek lemah di kobongnya. Keceriaan anak kecil nan cantik itu hilang seketika. Dia hanya meraung kesakitan. Hal itu tentu saja membuat Hanifah cemas. Berbekal uang yang diberikan Umi Sepuh, Hanifah membawa Alina ke rumah sakit terdekat.

Sungguh di luar dugaannya, ketika dokter menjelaskan penyakit yang diderita Alina. Setelah melewati beberapa tahap pemeriksaan, dokter menyampaikan penyakit yang diderita anak penghafal Al-Qur’an itu. Alina menderita anemia. Dia harus melakukan transfusi darah.

Kepanikan terjadi ketika Hanifah tak mendapatkan darah yang dibutuhkan Alina di PMI setempat. Hanifah memutar otak. Dia mencoba memeriksakan golongan darah dirinya agar bisa mendonorkannya untuk Alina. Hanifah terduduk lesu sambil berurai air mata ketika golongan darahnya tidak sama dengan Alina.

Mata Hanifah terlihat melebar, ketika dia teringat Winata. Lelaki itu diaharapkan dapat mendonorkan darahnya bagi Alina. Anak berusia hampir enam tahun itu tentu akan menjadi resipien yang pas dengan jenis darah Winata, karena memang dia adalah ayah kandungnya.

Hanifah langsung menghubungi Winata. Diakabarkan keadaan Alina yang sebenarnya.

“Bagaimana keadaan Alina sekarang?” tanya Winata panik, saat dirinya tiba di rumah sakit tempat Alina dirawat. Tatap netranya tak lepas dari tubuh mungil Alina yang tergolek tidak berdaya di atas kasur rumah sakit. Winata mendekap anak kandungnya. Lelaki tampan itu tidak berhenti menciumi muka Alina.

“Dia harus secepatnya mendapat donor darah. Sementara di bank darah, tidak tersedia. Bisakah Bapak mendonorkan darah demi Alina?” ujar Hanifah.

“Tentu saja aku bersedia. Dia anak kandungku yang selama ini terpisah dariku. Aku akan memeriksakan golongan darah kepada perawat.” Tidak menunggu waktu lama, Winata dan Hanifah berjalan beriringan menuju laboratorium rumah sakit.

“Golongan darah Bapak tidak cocok dengan golongan darah Alina. Jadi Bapak tidak bisa mendonorkan darah kepadanya,” papar petugas laboratorium.

Mendengar penuturan petugas, Hanifah dan Winata sama-sama terbelalak. Ada jutaan tanya bertengger di benaknya. Siapakan bapak biologis Alina? Ah, entahlah.

Bersambung…

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Wow, mengejutkan. Siapa ayahnya? Ditunggu ya lanjutannya

14 Nov
Balas

Makasih kunjungannya.

15 Nov

Keren Bu

15 Nov
Balas

Makasih kunjungannya.

15 Nov

Wow... kok namanya sama dengan saya. Besok saya juga bikin Cerpen . Saya kasih namanya Dasiah. Nggak apa kan Bu?

14 Nov
Balas

Saya tunggu ceritanya.

15 Nov

Waduh muncul masalah lagi nih, lanjut Bun

14 Nov
Balas

Konfliknya ditambah biar tidak bosan.

15 Nov



search

New Post