Enden Astuti

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Belajar dari

Belajar dari "Bang Sapri"

Akhir-akhir ini rutinitas sore hariku selalu mantengin tivi, seperti biasa sambil ngasuh si kecil yang genap sudah setahun usianya. Ada sebuah acara di tivi yang membuatku selalu ingin memperhatikannya, entah mengapa? Mungkin bagi sebagian orang beranggapan acara itu tidak menarik tapi bagiku ini sangat menarik untuk selalu kuperhatikan. Acaranya sebenarnya hanya sebuah sinetron yang menurutku dari sisi tema biasa saja, hanya mengangkat permasalahan kehidupan sehari-hari. Judulnya hanya terdiri dari tiga huruf yang membentuk sebuah akronim yaitu "TOP" yang merupakan akronim dari sinetron itu sendiri yaitu Tukang Ojek Pengkolan dan juga sekaligus akronim dari tiga tokoh yang menjadi tokoh utama dalam sinetron tersebut yaitu Tisna, Ojak, dan Purnomo. Tapi aku disini tidak akan mengangkat tiga tokoh tersebut tapi justru yang kuperhatikan adalah tokoh yang tidak begitu penting yaitu tokoh yang bernama Sapri.

Tokoh Sapri menurutku menarik tapi menarik bukan dari penampilannya yang berambut pirang berjambul dan selalu memakai kemeja motif bunga-bunga tapi justru yang menggelitik hatiku adalah gaya tuturannya. Tokoh Sapri begitu lugas bertutur dalam bahasa Indonesia yang baku. Sangat menonjol dari para tokoh lainnya dalam sinetron tersebut. Mengapa aku katakan 'menonjol'? Ya, karena memang terasa begitu kaku namun indah terdengarnya ketika tokoh Bang Sapri berbicara dalam bahasa Indonesia yang baku ketika berdialog dengan tokoh lain dalam sebuah acara sinetron. Gaya bertutur bahasa sinetron biasanya identik dengan bahasa non baku, bahasa gaul, dan bahasa slang. Tapi disini tokoh Bang Sapri (yang mungkin menurut skenario dalam sinetron itu diharuskan untuk menggunakan bahasa baku). Contoh dialog yang dituturkan Bang Sapri yang populer didengar adalah kalimat" Selamat datang diparkiran kami" sambil menyilangkan tangan didadanya yang menandakan kalau Bang Sapri sangat berterima kasih kepada pelanggannya yang telah menggunakan jasa parkirnya.

Dengan memperhatikan tokoh Bang Sapri itu aku merasa malu. Apalagi profesiku sebagai guru Bahasa Indonesia malu rasanya ketika dalam memberikan materi pembelajaran kepada peserta didikku masih menggunakan bahasa yang tidak baku. Meskipun kadang dalam benakku berkata aku sudah menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, yang sudah sesuai dengan kaidah. Tapi kadang sesekali terselip bahasa ibu ku yaitu bahasa Sunda.

Memperhatikan gaya tuturan seorang Bang Sapri yang mulai dari penggunakan frasa, klausa, maupun kalimatnya begitu baku dan juga intonasi berbicara yang menarik membuatku berpikir untuk mencoba konsisten menggunakan bahasa yang baku. Ingin kuterapkan hal itu dalam kegiatan mengajarku. Supaya anak didikku mau juga mencintai bahasanya yaitu Bahasa Indonesia. Mungkin bisa juga diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun kadang terdengar lucu dan kaku tapi kenapa tidak untuk mencobanya.

Diantara dua buah hatiku ku menulis... 22.18

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post