Pengantin Baru
PENGANTIN Ada kabar gembira. Kami punya tetangga baru. Sepasang pengantin. Kami selalu senang mempunyai tetangga baru. Maklum rumah kami sepi di pojok, tak bisa dilewati orang atau pedagang. Memiliki tetangga baru sama artinya memiliki harapan baru, apalagi ini pengantin, yang nantinya melahirkan anak- anak yang ramai berceloteh, menambah jumlah anak-anak di gang kami, dan pasti akan senang bermain ayunan di teras rumah kami yang rindang oleh pepohonan. Wah jadi ingat zaman dulu, waktu aku dan suamiku seperti mereka. Pindahan dari rumah orang tua ke rumah sendiri walupun ngontrak adalah suatu pengalaman tak terlupakan. Berdua di rumah mungil tanpa ada orang lain, punya gelas piring satu dua keping, dan menyiapkan sarapan pagi bersama merupakan suasana baru yang penuh cinta. Cuci piring berdua, menanam bunga berdua, oh bulan madu yang indah penuh senyuman bunga. Eh, kok jd melow sendiri, maaf ya.. hehe. -------------------- Kembali ke tetangga. Aku sendiri belum bertemu mereka di hari pertama. Hanya anakku yang bercerita, bahwa salah satu penghuni baru kontrakan depan rumah yang kemarin kosong adalah sepasang pengantin yang baru. Namanya Om Budi dan istrinya. Biasanya kami memulai pertemanan dengan menghantar penganan ringan. Kami akan mengetuk pintu dan menyodorkan keramahan. Biasanya hal itu menjadi permulaan yang menyenangkan. Selang beberapa hari, saat waktu luang di akhir pekan, kami memasak lebih banyak dari biasanya karena mau berkunjung ke rumah tetangga baru kami.
Matahari bersinar cerah. Hiruk pikuk anak- anak mulai terdengar riuh rendah. Ada yang berlari kesana kemari, ada yang jajan cilok atau telur gulung pada abang-abang yang lewat memanggul dagangannya. Harum bau masakan dari dapur-dapur rumah kontrakan menambah suasana hangat pagi itu. Sesekali suara motor dan dan pedagang keliling melewati anak-anak yang sedang berlarian.
Tok Tok Tok
Tak ada jawaban. Tok Tok Tok
"Assalamu alaikum", kami mengetuk pintu.
Pintu terbuka Keluarlah seorang lelaki muda tampan. Rambutnya ikal, alisnya tebal. Dia mengucek matanya, seperti baru bangun tidur. Ia tersenyum sambil menyiratkan pertanyaan akan maksud kedatangan kami.
"Oh, kami mau kenalan," aku memulai. Anakku yang membawa sepiring risoles hangat lengkap dengan cabe rawit hijau menyodorkan bawaannya.
"Oh, untuk om ya?" Tanyanya pada anakku. "Terimakasih ya, sayang.."
Anakku mengangguk. Sebenarnya ia agak enggan mengantarku tadi. Tapi kukatakan baik jika kita memiliki saudara baru. Silqturahmi akan mendatangkan rezeki.
Kami dipersilakan masuk . Kami menolak tapi ia sangat ramah dan agak memaksa. Wah, kontrakan kecil mas pengantin baru itu sangat rapi. Pasti istrinya cantik dan resik. Kami duduk di kursi sofa mungil di ruang tamu.
"Maaah.. banguuun," katanya sambil berjalan ke arah kamar tak jauh dari tempat kami duduk. "Buatkan teh buat tamu kecil kita," katanya sambil tersenyum, mengerling kearah anakku yang duduk di sebelahku.
Tak lama kemudian, keluarlah dari kamar, orang yang disebut oleh lelaki tampan tadi. Seorang yang perawakan ramping, berkulit putih mulus, berwajah bersih. Bercelana pendek. Tapi ia terlihat tidak cantik, melainkan cenderung tampan.
Ia tersenyum menyalami kami, melewati kursi yang kami duduki menuju dapur. Masih tercium aroma orang baru bangun tidur mengibas ke arah hidungku.
Sejenak kami terpana dalam jeda yang hampa. Kami duduk hampir tanpa suara. Sangat heran dan takjub akan kenyataan bahwa orang itu bukanlah perempuan. Ia berkumis dan berjakun pula. Kami dapat jelas melihatnya saat ia mengantarkan teh hangat yang mengepul.
Mataku masih menunggu ke arah pintu kamar. kalau-kalau ia salah panggil. Mungkin ada lagi seorang wanita didalam. Tapi nihil. Ruang rumah itu terlalu kecil untuk dihuni tiga orang , apalagi dua lelaki dan satu perempuan. Lagi pula, kamar adalah ruang privasi, tak mungkin ada wanita atau lelaki lainnya dalam ruang tidur yang sama.
Si om tampan yang tadi tersenyum maklum pada keheranan kami. Ia membantu si om kedua, dan dengan mesra menggandeng "istri"nya. Mengajaknya duduk.
"Ini," katanya dengan kepercaan diri yang tak pernah kutemui seumur hidupku, " pasangan om, perkenalkan, namanya , om Bayu ".
Om Bayu yang disebut tadi menganggukkan kepala. Kami terpana. Tak tahu mau menanggapi apa. Kami tersenyu, mungkin terlihat canggung.
Tak sempat menyeruput teh hangat yang disuguhkan, kami minta pamit pulang.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Saya suka white musk The Body Shop