Endoh Muayad Pristine

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Sorethroat

Kubuka mataku. Kulihat sekeliling. Sepi. Tak ada orang lain selain aku di rumah pagi ini. Bahkan suara orang yang lewat atau uluk salampun tak nampak.

Telingaku terasa pengang oleh kesunyian yang membabat hati. Kucari lagi sumber bunyi kehidupan agar aku tak merasa sepi.Aku berharap ada pedagang lewat dengan gerobaknya, atau anak kecil bermain di depan rumahku. Nihil, karena rumahku ada di gang buntu.

Apakah aku sudah di liang lahat? Tanyaku pada selimut. Suara burung-burung diatas pohon dan rambutan akhirnya menjawab. Belum ..belum.. kata mereka dengan cericitnya. Alhamdulillah, ternyata aku masih hidup.

Kucoba bagun. Sulit. Tubuhku terasa digenangi puluhan liter air. Tulang-tulangku ngilu dan dari dahiku menetes keringat dingin. Oh, aku demam. Aku terhuyung saat bangun mencari air karena tenggorokanku kering. Bismillah...

Glek. Ouch..apa ini? Aku baru merasakan hal teraneh dalam hidupku ini, yaitu kesakitan saat minum. Aku harus memanjangkan leher saat kutelan air tegukan pertama tadi. Kelojotan, istilah yang tepatnya. Air yang mengalir lewat otot2 mulutku ini seperti benda kasar yang menekan luka di kulitku. Sakkit luar biasa. Oh, dan ini pula yang membuatku demam.

Kuteguk lagi air bening yang tak berdosa itu. Aaarggghhhh.. anak tekak di tenggorokanku seolah ditekan bolak-balik sebuah pisau yang tajam . Ini baru air, apatah lagi jika kutelan bubur, nasi, lauk atau (apalagi) kerupuk.

Ya Allah... Ya Allah.. Ya Allah...

Kuambil cermin, kubuka mulutku lebar-lebar. Merah. Sangat merah. Luka. Panas dalam. Aku pernah melihat mulut seperti itu di iklan larutan penyegar. Organ lembut di mulutku yang puluhan tahun ini selalu setia/ patuh menyampaikan makanan dan minuman dari piring dan gelas di meja menuju lambungku itu kini terluka.

Ya Allah.. Ya Allah.. Ya Allah..

Ia yang menjadikan makananku menjadi darah kehidupan itu kini sedang menderita. Deritanya menular kedalam fikiranku, lalu kedalam hatiku.

"Ah, jangan lebay...cuma sakit tenggorokan," ejek cicak yang merayap di dinding rumahku. "Nanti juga kamu sembuh dan lupa. " Katanya lagi. Aku memandangnya lalu menelan ludah. Aww.. sakit.

Cicak itu menjauh . Aku merasa sedih diejek hewan kecil itu. Sedih oleh kenyataan bahwa dia benar.

Aku pernah berada dalam bahaya yang mengancam nyawa saat berada di darat, di laut, ataupun di udara, lalu aku pasrah sepasrah-pasrahnya pada Allah, lalu Ia menyelamatkanku. Setelah itu aku lalai.

Aku juga sering berada dalam kesakitan, maka aku sebut namaNya banyak-banyak, dalam-dalam, lalu Ia menyembuhkan. Lalu Ia membuatku senang. Setelah itu aku khilaf.

"Tenaaang.. setelah kesulitan akan ada kemudahan"... kata sebuah suara menghiburku. Kucari sumber suara itu, ternyata ia seekor semut yang melewati gelas air beningku.

Ya Allah.. Ya Allah.. Ya Allah..

"Itu belum seberapa, Endoh.. sakit yang kamu derita itu keciiiil. Kamu lupa ya sama istilah kanker,stroke,diabetes,TBC, de el el.. " seru sang semut menjauh. Aku terkesiap.

Lupa sejenak pada derita di anak tekak, air mataku menetes. Sajadah merah yang kududuki ikut-ikutan berkata, "Endoh.. kamu tahu pohon Zaqquum?Ia adalah makanan orang-orang yang berdosa. Ia bagaikan aspal atau oli yang mendidih didalam perut manusia yang meragukan Allah, dan merasa mulia di dunia."

Jlebb!!! Aku terkadang merasa lebih baik dari orang lain, dan aku menderita hanya karena sakit di tenggorokan. Bagaimana aku bisa tahan dengan pohon Zaqquum di akhirat kelak?

Aku terisak.. Sajadah melanjutkan. "Ingat, Endoh, jangan sampai kamu seperti ayat ini;

Dan apabila manusia itu ditimpa kemudharatan, dia memohon (pertolongan) kepada Tuhannya dengan kembali kepada-Nya; kemudian apabila Tuhan memberikan nikmat-Nya kepadanya lupalah dia akan kemudharatan yang pernah dia berdoa (kepada Allah) untuk (menghilangkannya) sebelum itu, dan dia mengada-adakan sekutu-sekutu bagi Allah untuk menyesatkan (manusia) dari jalan-Nya. Katakanlah: "Bersenang-senanglah dengan kekafiranmu itu sementara waktu; sesungguhnya kamu termasuk penghuni neraka".

Huaaa... ‌Huaaaa...

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Terimakasih Pak Mulia.. sebenarnya itu kisah nyata

15 Jan
Balas

Hello Kak Bening, salam kenal

15 Jan
Balas

Wah cerpennya keren bu

15 Jan
Balas

Teimakasih pak Mulya..Hari ini saya posting lagi. Judulnya Pengantin Baru

02 Feb



search

New Post