Eneng rahmayanti

Guru IPA di SMPN 1 Jatinangor, memiliki hobi menulis. Buku karya perdana bejudul "Seribu Tanya, Sejuta Jalan", menjadi salah satu penulis pada antologi fabel ka...

Selengkapnya
Navigasi Web

LITERASI SAINS PENTING UNTUK SIKAPI PENYEBARAN COVID 19

Penyebaran sang virus bermahkota covid 19 kini menjadi momok menakutkan bagi masyarakat Indonesia. Sejak diberlakukannya social distancing mulai tanggal 16 Maret 2019, kekhawatiran masyarakat terhadap penyebaran RNA-virus ini semakin meningkat.

Berbagai berita mengenai covid 19 memenuhi halaman media social. Hal ini penting, mengingat perlunya membangun pemahaman masyarakat mengenai apa dan bagaimana virus ini dapat menyebar begitu cepat. Mulai dari laporan sebagai penyakit pneumonia misterius di Wuhan China pada akhir Desember 2020, sampai akhirnya menyebar ke berbagai negara. Sehingga dideklarasikan sebagai kedaruratan kesehatan masyarakat yang meresahkan dunia (Public Health Emergency of International Concern) oleh World Health Organization (WHO) pada tanggal 30 Januari 2020.

Disinilah kita menyadari pentingnya “literasi sains” untuk sikapi penyebaran covid 19. Mengapa dan apa hubungannya literasi sains dengan pembentukan sikap terhadap penyebaran covid 19 inilah yang harus dipahami oleh masyarakat.

Istilah literasi sains digunakan pertama kali oleh Paul de Hurt dari Standford university yang memiliki arti tindakan memahami sains dan mengaplikasikannya untuk kebutuhan masyarakat (C.E de Boer, 1991). Hal ini memiliki makna bahwa Sains atau lebih dikenal dengan ilmu pengetahuan alam bukan hanya sebuah pelajaran hafalan, tetapi harus teraplikasikan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Masyarakat dituntut memiliki keterampilan proses sains untuk dapat membuat keputusan menyangkut diri dan lingkungannya. Setiap orang diharapkan dapat memahami fakta dan data untuk memahami alam semesta agar dapat membuat kesimpulan dan mengambil keputusan dari perubahan yang terjadi akibat aktivitas manusia (OECD, 2003).

Keterampilan proses sains meliputi keterampilan untuk mengamati, menggolongkan (mengklasifikasikan), menafsirkan (menginterpretasikan), menerapkan/menggunakan informasi, merencanakan penelitian (termasuk didalamnya menentukan sumber data), dan mengomunikasikan. Keterampilan tersebut bukan hanya penting bagi seorang saintis, tapi untuk seluruh masyarakat.

Terkait dengan penyebaran covid 19. Penting bagi masyarakat untuk mengetahui apa itu covid 19, bagaimana cara penyebarannya, apa yang harus dilakukan agar dapat terhindar dari virus ini, dan apa yang harus dilakukan jika terpapar atau menangani orang yang terpapar covid 19.

Untuk itu, pemerintah diharapkan dapat memberikan penjelasan terkait hal ini. Dan masyarakat aktif dalam mencari informasi yang akurat. Karena tak sedikit informasi berisi kebohongan (HOAK) yang akibatnya hanya meresahkan tanpa memberi solusi.

Himbauan presiden untuk beraktivitas di rumah selama 2 pekan benar –benar harus dipahami seluruh kalangan masyarakat. Begitu juga dengan pemberhentian seluruh kegiatan yang bersifat masal terutama di daerah yang termasuk zona merah (terpapar covid 19).

Pengetahuan masyarakat tentang covid 19 tak cukup dengan mengetahui sejarah dan bentuk dari severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-Cov-2) atau yang lebih dikenal dengan nama virus corona. Lebih dari itu, masyarakat harus tahu virus ini dapat menular dengan mudah melalui udara dari batuk dan bersin (droplet), sentuhan langsung dengan penderita atau menyentuh objek yang terkontaminasi virus, dan kontaminasi feses. Virus ini dapaVirus dapat masuk melalui mulut, hidung, atau mata.

Oleh karena itu, social distancing dipilih menjadi salah satu cara untuk memutuskan penyebaran covid 19. “Mengisolasi diri” selama 14 hari, menghindari kontak langsung dengan orang lain, menghindari kerumunan atau kegiatan yang bersifat masal. 14 hari ini penting, karena tubuh seseorang yang terpapar covid19 secara normal akan menghasilkan antibody pada hari ke-7 setelah infeksi virus. Antibody akan terus diproduksi dan mencapai puncak pada hari ke-14. Sehingga bila seseorang sehat sampai melalui masa social distancing selama 14 hari, maka orang ini dinyatakan aman/negative covid 19.

Virus corona menyerang system pernafasan. Tak menimbulkan gejala yang mencolok. Gejala utama yang muncul adalah demam, batuk, nyeri tenggorokan, dan sesak. Adapun gejala penyertanya adalah nyeri kepala, pegal/nyeri otot, dan diare. Semua gejala ini bersifat umum. Sehingga dapat menimbulkan keresahan bagi setiap orang yang mengalaminya. Karena dari gejala yang umum ini, virus dapat bekerja dengan cepat dan akibat terburuk dapat menyebabkan kematian. Terutama bagi orang yang telah memiliki riwayat gangguan pada system pernapasan.

Namun demikian, virus corona ini bukan virus yang super kuat. Berdasarkan hasil penelitian yang diterbitkan dalam The Journal of Hospital Infection, virus corona dapat bertahan hidup di luar tubuh manusia maksimal sampai 9 hari bergantung pada jenis permukaan, suhu atau kelembaban benda. Virus ini juga sangat mudah hancur oleh pelarut lemak, detergen, atau desinfektan. Dengan selalu menjaga kebersihan badan, pakaian, dan lingkungan dengan cara memakai/menyemprotkan desinfektan, mencuci menggunakan detergen, virus ini akan hancur.

Selain itu virus tak akan dapat membuat seseorang sakit, jika daya tubuhnya kuat. Makanan sehat, gizi seimbang, mengkonsumsi cukup air putih, berolahraga, dan cukup mendapat cahaya matahari. Hal ini berarti pola hidup sehat akan menghindarkan kita dari virus corona.

Jadi jangan terlalu khawatir, tetapi selalu waspada. Berdasarkan penelitian para ahli, kekhawatiran yang berlebihan akan meningkatkan stress pada tubuh. Dan hal ini merupakan salah satu pemicu turunnya daya tahan tubuh.

Paparan tersebut merupakan pengetahuan minimal yang harus dipahami oleh masyarakat. Sehingga pelaksanaan social distance bukan lagi karena perintah, tetapi dijalankan karena kebutuhan. Hal ini merupakan salah satu wujud literasi sains.

Dalam dunia pendidikan, guru menjadi kepanjangan lidah untuk menyampaikan dan menjelaskan mengenai segala kebijakan yang diambil pemerintah terkait usaha pemutusan penyebaran covid 19. Termasuk keputusan social distancing yang diberlakukan selama 2 pekan, mulai tanggal 16 Maret 2020. Dan sekarang diperpanjang sampai batas waktu yang belum ditentukan.

Memberikan pemahaman tentang hal tersebut dapat dilakukan oleh para guru yang melaksanakan pembelajaran jarak jauh selama 2 pekan ini. Dengan tata bahasa dan titik berat yang berbeda sesuai dengan jenjang pendidikan dan mata pelajaran yang diampu, guru dapat menjadi fasilitator agar siswa sebagai bagian dari masyarakat dapat melaksanakan literasi sains.

Menumbuhkan sikap bijak atas dasar kesadaran pribadi berdasarkan pemahaman data dan fakta yang ada. Guru dapat menjadi salah satu ujung tombak keberhasilan pemutusan penyebaran covid 19 yang kini telah menjadi pandemi.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post