Hari yang menegangkan. Ya, itulah hari ini. Setelah lolos di babak penyisihan dan semi final. Kini saatnya bertandang di babak akhir perjuangan Lomba Cepat Tepat MIPA tingkat kabupaten. Babak Final, bersaing dengan 3 regu lain yang kualitasnya sungguh mengesankan.

Tak dapat dipungkiri kalau setiap regu mengharapkan kemenangan, begitu juga regu dari sekolah kami. Perebutan angka terjadi begitu sengit. Hampir tak ada soal yang terlewatkan oleh keempat regu. Ada beberapa soal yang tak terjawab, hanya beberapa soal saja.

Setelah berjuang begitu keras. Allah jua lah yang menentukan hasilnya. Regu dari sekolah kami menduduki peringkat harapan satu. Ada gurat kekecewaan di wajah siswa. sepertinya mereka tak rela menerima kenyataan. Setelah 2 tahun berturut-turut dapat menyabet juara pertama. Tahun ini hanya bisa sampai harapan 1.

Sebuah rasa yang wajar, tapi tidak untuk diperbuas. Setiap manusia hanya bisa berdoa dan berusaha. Sang serba Maha lah yang menentukan hasilnya akan seperti apa. Itulah takdir.

Hidup tak berakhir hanya karena tak dapat mencapai puncak kemenangan. Justru ini adalah awal. Kekecewaan ini adalah pembelajaran yang sangat berharga. Saat kita menyadari dan menerima kelebihan orang lain. Saat kita belajar bahagia melihat kebahagiaan orang lain. Saat kita ditantang untuk dapat bangkit dari keterpurukan. Bangkit dengan semangat yang lebih besar.

Kita tidak akan kehilangan kebahagiaan hanya karena ini. Mensyukuri apa yang dapat kita capai. Belajar menghargai setiap proses yang dilalui.

Rasa bangga dan bahagia itu bukanlah pemberian orang lain. Diri kita lah yang harus menumbuhkannya. Tetap berjalan tegak. Menyongsong masa depan dengan energi baru, semangat baru.

Tersenyumlah anak-anakku. Tetaplah bahagia. Ibu bangga dengan apa yang telah kalian perjuangkan.