ADA ASA DIBALIK CITA (Part 1)
#TantanganGurusiana Hari ke-42
Dari Abu Hurairah r.a. berkata, Rosulullah Saw. bersabda: ”
Apabila ‘anak Adam itu mati, maka terputuslah amalnya, kecuali (amal) dari tiga ini: sedekah yang berlaku terus menerus, pengetahuan yang dimanfaatkan, dan anak sholeh yang mendoakan dia.”
(HR Muslim)
Menjadi guru adalah cita-citaku sejak awal. Aku tidak ingat apakah aku pernah mempunyai cita-cita yang lain ketika aku kecil. Menurutku cita-cita ini yang terbaik untukku. Kenapa aku tidak memilih menjadi dokter atau insinyur? Profesi yang sangat tren waktu itu. Karena aku tahu diri. Aku berfikir realistis bahwa aku rasanya tidak mungkin menjadi dokter melihat kondisi yang ada. Jangankan menjadi dokter, setelah lulus sekolah nanti aku tidak tahu apakah aku bisa melanjutkan kuliah atau tidak.
Pertama kali aku mengajar adalah ketika aku kelas 6 di pondok atau setara dengan kelas 3 SMA. Karena pondok kami adalah TMI (Tabiyatul Muallimin Al Islamiyah) yang artinya Pendidikan Guru Islam yang mendidik para santrinya memang disiapkan untuk menjadi tenaga pengajar. Sejak kelas 5 kami sudah diajarkan teori-teori tentang mengajar dan di kelas 6 bahkan ada ujian khusus untuk mengajar di depan kelas sambil disupervisi oleh para asatidz dan teman-teman sekelas. Amaliyah Tadris atau praktek mengajar adalah pengalaman yang paling menegangkan dan sangat berkesan karena sedikit saja berbuat kesalahan pasti menjadi catatan dan akan dievaluasi setelah mengajar.
Setelah lulus pondok kami diberi dua pilihan, melanjutkan kuliah atau mengabdi di pondok minimal satu tahun. Karena waktu itu aku belum ada bayangan akan kuliah atau tidak karena terkendala biaya akhirnya aku mengabdi di pondok.
Pertama kali mengajar aku sudah diberi tanggung jawab sebagai wali kelas di kelas satu. Kalau tidak salah waktu itu aku mengajar mahfudzot dan mutholaah. Mahfudzot adalah kumpulan kata-kata hikmah atau kata-kata mutiara yang harus dihafalkan oleh para santri. Sedangkan mutholaah adalah bacaan berbahasa Arab yang juga harus difahami dan dihafalkan. Pelajaran di pondok memang banyak hafalan.
Setelah setahun berlalu, aku ingin mencari pengalaman baru di luar pondok. Kebetulan waktu itu ada dua orang teman yang menawarkan untuk mengajar di sebuah Yayasan Sosial. Aku dan kakakku yang juga sedang mengajar di pondok menerima tawaran tersebut. Lalu kami pergi menuju Yayasan tersebut dan disanalah petualangan dimulai...
Bersambung...
Gunung Sindur, 26 Mei 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Salut...sukses selaluSalam kenal
Terima kasih bun. Salam kenal juga...
Mantap bun
Terima kasih banyak atas perhatiannya
Mantap Bunda
Terima kasih banyak atas perhatiannya bun
Terima kasih banyak atas perhatiannya bun